A

5.6K 242 14
                                    

"Terima kasih atas kedatangan kalian hari ini. Jaga kesehatan, semangat, dan kekompakan kita sampai pelaksanaan acara kurang lebih 2 minggu lagi. TM selanjutnya diadakan besok lusa dengan waktu dan tempat seperti biasa. Rapat hari ini saya tutup, sekali lagi terima kasih. Wassalamualaikum Wr. Wb."

Setelah menutup pertemuan ketiga untuk persiapan seminar nasional pertama dengan dia sebagai ketua pelaksana kegiatan, Ify membereskan beberapa berkas pengurusan gedung, pemateri, dan sebagainya yang dilaporkan anggota-anggotanya sebelum memasukkan ke dalam tas punggung yang tampak mulai lelah menampung barang bawaannya. Dia hanya berdoa tas yang senantiasa menemaninya sejak awal kuliah bertahan hingga akhir bulan sampai uang kiriman dari orang tuanya bisa diakses.

"Lama banget sih. Keburu malam nih. Ntar batal lagi makan-makannya."

Suara cempreng yang terkadang ia rindukan jika penghuni kost pada pulang kampung, langsung menyerbunya di pintu ruangan yang ia gunakan untuk rapat. Tepukan beberapa rekan organisasinya ia balas dengan lambaian tangan, anggukan, maupun senyuman. Dia terlalu lelah untuk buka suara.

"Maaf. Gue kan udah bilang, duluan aja ntar gue nyusul." balasnya berusaha keras menekan suara bindengnya.

"Gue gak percaya lagi tiap loe ngomong gitu. Ujung-ujungnya loe gak datang. Bisa gak sih loe ngehargai kita sebagai sahabat loe?"

"SHILLA!"

"Apa? Kamu ngebela dia, Yang? Makan-makan sekarang perayaan kelulusan kamu loh. Masak dia gak ngehargai ajakan kamu sih sebagai sahabatnya."

"Kita berangkat."

"Tap—"

"Berangkat atau nggak?"

Ify menghembuskan napas pelan. Setelah cukup berdamai dengan respon tubuhnya, dia mendongak. Sivia menepuk punggungnya sebelum berlalu mengikuti langkah pasangan kekasih yang mulai menjauh itu.

"Ayo."

Suara di balik punggung, membuatnya menoleh. Senyumnya mengembang. Aura menenangkan dari wajah pemuda yang sedari tadi tak bersuara, sedikit mengusir penatnya. Dia mengangguk. Pemuda itu berjalan lebih dulu, baru ia mengikuti.

***

Dengan langkah ringan, Ify memasuki ruangan untuk mata kuliah pertama di hari rabu yang padat jadwal. Dia mengemban 4 mata kuliah seharian ini. Kepadatan jadwalnya dikarenakan ia sengaja meletakkan 10 mata kuliah untuk dihabiskan selama 3 hari. Hari senin dan selasa sebanyak 3 mata kuliah, dan sisanya diampu pada hari rabu.

Hanya segelintir orang memenuhi bangku barisan depan. As usual dia duduk di barisan nomer dua dari depan. Sepuluh menit sebelum proses pembelajaran berlangsung, cukup bagi Ify untuk merogoh saku kemejanya dan menatap serius layar smartphonenya. Kembali ia membaca pesan dua hari lalu dari seseorang setelah makan malam bersama sahabat-sahabatnya merayakan kelulusan sidang dengan revisi seorang Racakka Nuraga yang terkenal tak niat kuliah oleh para mahasiswa dan dosen teknik informatika lainnya.

"Tugas Fy."

Ify mengerjapkan mata. Segera dia memasukkan kembali benda canggih itu, dan membuka tasnya mengambil lembaran-lembaran kertas yang ditagih temannya.

"Tipis banget Fy?"

Ify tertawa sebelum menjawab, "Gue mampunya cuma segitu."

Dalam hati dia tenang-tenang saja meskipun tebal laporan miliknya setengah dari teman-temannya. Dia telah menyelesaikan laporannya sebaik mungkin dengan tiga kali revisi. Selain itu dia pun tahu apa yang membuat laporan-laporan yang lain lebih tebal dari miliknya. Landasan teori. Ya sudahlah lihat hasil akhir. Proses yang benar-benar murni keringat sendiri tak mungkin mengkhianati hasil, bukan?

ALWAYS BE MY PARTNER (HOPE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang