Assalamualaikum Wr. Wb. ....
Terima kasih atas apresiasinya pada cerita-cerita di lapak ini, khususnya yang ini...
Happy Reading...
-
-
-
Detik berlalu, menit berlalu, hari-hari terlewati, dan pergantian bulan di tahun ini terasa lama untuk dilalui. Terhitung 24 jam lagi, seluruh makhluk bumi yang diciptakan dengan sempurna, siap tidak siap menyambut 365 hari yang baru dan meninggalkan masa lalu yang berharap tersimpan dengan baik di 365 hari sebelumnya, tanpa menghambat langkah di masa depan. Revolusi Ify sendiri di tahun ini cukup banyak dibanding tahun-tahun sebelumnya. Selaras dengan kehidupan barunya sebagai istri yang segera memberikan keturunan, sebagai menantu yang harus selalu baik secara fisik maupun mental dalam kondisi apapun, dan sebagai anak yang terpaksa tak bisa sering pulang meskipun adik kesayangan masih sering keluar masuk rumah sakit.
Usai menikmati sarapan pagi, ia dan bibi ditugaskan menjelajahi pasar tradisional untuk merealisasikan daftar bahan masakan yang ditulis Manda shubuh tadi. Ify menyalami punggung tangan suaminya yang dibalas dengan kecupan di kening, pipi, hidung, dan bibir. Ritual ini muncul sejak beberapa minggu lalu. Sehari setelah perdebatan mereka di area parkir makanan cepat saji.
"Kamu tahu? Mas juga capek ngelihat kamu selalu minder sejak tahu Mas terlahir sebagai anak sultan. Lalu dengan status ekonomi Mas itu, apa Mas gak berhak didampingi sama kamu?"
Deretan kalimat luar biasa yang membuat tubuhnya bergetar hebat seiring isakannya yang tak kalah dahsyat. Selama berstatus sebagai istri, Ify tak pernah merasa semenyesal itu terhadap setiap perasaan mindernya. Sejak itu, saat Rio menegaskannya dengan kalimat yang malah mempertanyakan kepantasan laki-laki itu untuk bersanding dengannya, ia tak pernah lagi menyuarakan ketidakpede-annya sebagai istri dari seorang sultan. Rio memang bukan pria kaya yang perusahaannya menguasai seluruh asia bahkan dunia, seperti beberapa cerita yang pernah ia baca dan memunculkan bayangan tak masuk akal bisa mendampingi seorang CEO besar dan mendadak membuat dompetnya tebal oleh kartu debit prioritas. Perusahaan yang dikendarai Rio sepenuhnya sejak Rian meninggalkan keluarga mereka tanpa aba-aba, merupakan perseroan terbatas di bidang tekstil yang memiliki 41 cabang toko di luar kota. Di logika masih sangat jauh kedudukannya dengan CEO yang ada di novel-novel.
Ify sendiri belum pernah pergi ke gedung produksi. Dia masih sekedar main di gedung yang melayani administrasi. Bentuk gedung 10 lantai itu tampak khas dengan beberapa miniatur pakaian, di bagian dalam gedung pun tampak cozy dan ia sering melihat beberapa karyawan bagian desain nongkrong di beberapa titik ruang untuk menyegarkan pikiran. Intinya, jumlah uang Rio tak lebih banyak dari pengacara kondang yang punya program TV sendiri, namun lebih dari cukup untuk dipanggil sultan. Jelasnya lagi, uang Rio jauh berkali-kali lipat lebih banyak dari pendapatan keluarganya, dan yahhh menjelaskan kenapa sejak menikah minder menjadi nama tengah Ify.
"Kalau gak kuat, tunggu di luar aja. Gak usah dipaksa. Biar bibi yang belanja." pesan Rio dengan nada khawatirnya sebelum berlalu.
Ify mengangguk patuh dan melambaikan tangan sampai mobil yang dikendarai Pak Pri menghilang di pandangannya begitu melewati tikungan. Ia meraih lengan bibi yang berjalan pelan mengimbangi langkah kecilnya. Terhitung dua bulan Ify tak akrab dengan aroma khas pasar. Itulah yang dikhawatirkan Rio sebelum mengantarnya.
"Akhir-akhir ini Bibi heran sama sikap nyonya." Bibi membuka obrolan, "Kamu kan gak boleh aktivitas berat-berat dulu, Fy. Kok malah disuruh ke pasar. Padahal Bibi biasanya sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALWAYS BE MY PARTNER (HOPE)
ChickLitJika kalian dan pasangan berada pada posisi sulit untuk menyuarakan kasih karena pertemuan yang minim walaupun berada di kawasan yang sama, mungkin cerita ini sesuai untuk menghapus sedikit kebaperan karena keadaan. Selamat membaca...