H"

2K 200 15
                                    

Assalamualaikum Wr. Wb.

Terima kasih yang masih berkenan membaca kelanjutan cerita ini...

Mohon maaf jika tidak puas(?) karena aku sendiri merasa random banget nulis part yang ini...

Happy reading and hope you like this part...

-

-

-

Tersadar dari pingsannya, Ify sudah berada di dalam kamarnya dan Rio. Menyadari ada yang keliru dengan keberadaannya di sini, ia bergegas turun dari ranjang. Berjalan cepat meninggalkan kamar dengan menahan sakit di kepala sebelah kiri. Ify menuruni tangga merasa tak ada orang di lantai kamarnya berada. Ify melangkah ke arah dapur saat samar-samar mendengar suara laki-laki di sana. Dugaannya benar. Ayah berbicara dengan Ata di meja makan sementara bunda bergerak lincah menyiapkan makanan.

"Alhamdulillah Mbak sudah sadar." ucap ayah menggerakkan tangannya meminta Ify duduk di sebelahnya.

"Kok Ify di sini, Yah? Mas Rio di mana? Mama?" tanya Ify beruntun tanpa sadar mengabaikan ayah yang riweh sama Ata.

"Kamu kan tadi pingsan, Mbak. Mas Rio minta tolong ayah bawa kamu ke rumah. Mas Rio masih di rumah sakit sama mamanya."

"Terus kok kita di sini?" tanyanya lagi merasa jawaban ayah tidak tepat sasaran.

"Mas minta kita istirahat di sini dulu sambil nemenin kamu. Nanti habis isya gantian kita di sana." ayah segera menambahkan ketika melihat wajah penuh protes dari anaknya, "Kalau kita jaganya bareng-bareng nanti capeknya bareng-bareng juga, Mbak. Syukur-syukur kalau gak jatuh sakit. Kalau sakit semua siapa yang nanti nemenin papanya Mas Rio?"

Ify mendesah sedih, "Terus sekarang keadaan papa gimana?" tanyanya.

Bunda yang memindahkan hasil masakannya ke meja makan lebih dulu menjawab, "Masih seperti yang terakhir Mbak dengar." lalu berjalan menghampiri Ify yang mulai sesenggukan, "Mbak nangis terus gini malah bikin Mas Rio kepikiran."

Iya... Ify tahu kok, Bun.

"Mas Rio butuh dukungan dari Mbak—"

Iya, Bun... Ify paham...

"Mas Rio juga sedih dengan kondisi papanya. Jadi Bunda mohon Mbak jangan gini terusss. Kasihan Mas Rio, bebannya jadi nambah."

Ify ngerti, Bun?! Ngerti banget malah. Tapi yang namanya sedih mana bisa Ify tahan. Dulu memang Ify kuat nahan perasaan Ify. Tapi sekarang topeng yang selama ini Ify pake direnggut paksa sama Mas Rio. Salahin sana Mas Rionya!

Udah dibilang, lama-lama Ify gila kalau apa-apa dibatinin. Suara salam dari luar terdengar familiar. Tapi Ify memilih tetap menyembunyikan wajahnya di pelukan bunda. Takut laki-laki yang berjalan ke arah dapur khawatir seperti kata bunda.

"Ify sudah sadar, Bun?" pertanyaan pertama setelah salam begitu Rio memasuki dapur.

"Udah, Mas. Ini sembunyi di ketiak Bunda." jawab bunda mengedikkan dagu ke arah Ify yang menggeliat protes di pelukannya.

Rio terkekeh pelan sambil terus melangkah menghampiri bunda dan menyalami punggung tangannya. Lantas berjalan mendekati ayah yang tampak serius mengajak Ata bersenda gurau tanpa menyapa Ify yang ketahuan mengintip dirinya.

"Papa gimana, Mas?" tanya ayah begitu Rio selesai menyalami punggung tangannya, "Mas balik sendirian?"

Rio mengambil tempat di antara bunda dan ayah sebelum menjawab, "Alhamdulilah tubuh papa merespon baik pengobatan yang dokter berikan, Yah. Tinggal melihat perkembangannya ke depan. Mama masih di sana sama bibi. Gak mau diajak pulang buat gantian." ia melirik ke arah meja makan dan melanjutkan, "Mas makan ya?"

ALWAYS BE MY PARTNER (HOPE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang