O

1.9K 171 27
                                    

Kemarin salah nulis bab. Seharusnya kemarin itu M sama N. Baru ini part Onya. 

Happy Reading... Semoga suka...

Pening. Setelah perkataan Rio siang tadi, dengan memperoleh responnya yang hanya bisa diam di tempat, sore hari ini tiba-tiba sepasang paruh baya yang merupakan orang tua Rio duduk mendampingi anak laki-laki satu-satunya. Berbincang menindaklanjuti ucapan Rio di kebun binatang tadi, karena diamnya dia dianggap sebagai jawaban yang mengiyakan. Pernah dengar bahwa diamnya seorang gadis adalah menandakan bahwa dia menyetujui dengan malu-malu? Nah itu yang mereka artikan.

"Mbak..?" panggil bunda yang duduk di samping kirinya, menyentuh lengannya.

"Kenapa Bun?"

Seperti orang linglung, Ify balik bertanya. Fokusnya memilih ke dunia lamunan sejak kedatangan orang tua Rio, yang dapat dipahami oleh ayah yang duduk di samping kanannya.

"Ify masih kaget, Mas." Ayah menggantikan menyuarakan isi hatinya pada Rio dan keluarga yang duduk di seberang mereka, "Dan ayah sangat memahami Ify jika maaf, lamaran Mas hari ini nantinya tidak diterima."

Ayah memberi jeda untuk mengamati respon kedua orang tua Rio. Jika Rio adalah anak yang walaupun pendiam, kaku, namun pintar menekan ekspresinya saat situasi mengejutkan atau sebangsanya, maka tidak dengan kedua orang tua Rio. Rian bisa langsung mengembalikan mimik muka ke semula, tidak dengan Manda yang memasang senyum sinis tertuju pada anak gadisnya.

"Kamu terlalu terburu-buru, Yo. Belum lagi yang kamu lamar nolak. Mama pikir Ify sudah setuju. Tinggal Mama sama Papa minta ke orang tuanya Ify. Ternyata. Mama memang pengen kamu cepat nikah biar di rumah rame, Kak. Tapi gak gini juga. Kamu tahu? Papa kamu itu menolak kerjasama dengan perusahaan asing ternama di Malaysia demi mendapat kabar kamu melamar Ify. Kalau sudah begini gimana? Ka-"

"Ma... Sudah!"

"Nggak ya, Pa! Kita sudah kehilangan partner bisnis kita. Di tambah lamaran yang kayak gini." Manda menoleh tajam pada Rian yang terlihat geram karena sang istri tak mengindahkan ucapannya, "Dan Papa minta Mama berhenti?"

Tampak Manda membuang napas dan menggeleng dramatis. Dan sebelum kalimat terusan yang terjeda untuk terucap, Ify berkata menenangkan situasi dan membuat seluruh anggota keluarga di ruang tamu minimalis itu menghela napas lega perlahan.

"Aku menerima lamaran Mas Rio, Tan."

Jawaban yang seakan membius ketegangan itu tak berlaku bagi Manda yang terlanjur kesal dengan Ify. Wanita paruh baya itu melengos memandang keluar jendela daripada harus melihat muka sumringah suami dan anak semata wayangnya.

Di samping kiri sang mama, Rio meraih telapak kanan Manda dan meremasnya lembut. Merasa bahagia dengan jawaban Ify yang terbilang terlambat -menunggu Manda ngomel. Menyalurkan kebahagiannya pada sang mama agar muka kesal di wajah mamanya dapat menguap tergantikan dengan senyuman yang sama dengan mereka. Rio mendekatkan wajah pada Manda dan membisikkan, "Makasih Ma. Makasih. Kakak bahagia."

Manda hanya mengangguk. Walaupun Mama terkesan menolak kehadiran Ify, namun Manda adalah seorang Ibu yang mendukung apapun yang membuat anaknya bahagia, termasuk pilihan pendamping hidup. Ini masih awal perkenalan. Baru dua kali Ify bertemu dengan Manda. Pasti nanti Ify akan berhasil membuat Manda bangga dan bahagia memiliki menantu sepertinya. Walaupun selama mereka menjalin ikatan kasih, tak jarang Ify begitu menyebalkan, namun Rio yakin bahwa Ify adalah menantu idaman dilihat dari sikapnya terhadap keluarga. Ify juga kan secara tidak langsung pernah berkata bahwa sikapnya -yang Rio anggap menyebalkan- akan berubah sesuai dengan statusnya. Membuat Rio tak sabar menantikan dirinya hidup serumah dengan mantan kekasih yang sekarang resmi menjadi calon istrinya.

ALWAYS BE MY PARTNER (HOPE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang