In the name of love - Martin Garrix and Bebe Rexha
Aku, Aleya, Devano, kak Maya, dan satu lagi si curut Fahri . hari ini kami memutuskan untuk tinggal di sekolah setelah semua pelajaran selesai, mungkin untuk sekedar mengobrol.
"jadi gimana nih? Udah sah belum tuh hubungan? Apa perlu gue daftarin di KUA hari ini?" canda Fahri padaku dan Devano.
"lebay lu ri, lagian ngapain sih lo masih disini. Udah pulang sana" ucapku mengusirnya
"kalo gak ada gue, gak bakalan seru, yakan le?" dia meminta dukungan pada Aleya.
"ih apaan sih, gak juga" ledek Aleya.
"Leya mah cantik cantik gitu" ujar Fahri lebay.
Aku hanya memutar bola mataku, begitupun Aleya dan yang lainnya.
"may, lo kok gak sama Aldi? Biasanya kan sama dia" ucap Fahri spontan
Sontak Aleya menyenggol sikutnya Fahri dan membulatkan matanya pada Fahri. Aku bahkan mendengar Aleya mengatakan kata 'bangsat' dengan lirih pada Fahri. Raut wajah kak Maya terlihat berbeda setelah Fahri menanyakan kak Aldi.
"eh iya kak, event akhir tahun itu kapan sih?" tanyaku mengalihkan pembicaraan.
"sekitar 6 bulan la.." kata-katanya terpotong oleh seseorang yang baru saja datang.
"may..." panggilnya pada kak Maya.
"Aldi?" panggil kak Maya balik, aku Aleya dan Devano juga tidak menyangka dengan kedatangan Aldi tiba-tiba.
"gue pengen ngomong ke kalian semua, kecuali sama Fahri"
"oke oke sepertinya ini penting, gue pulang dulu ya..." ucap Fahri setelahnya lalu berlari menjauh dari kami.
"semua yang udah gue laluin sama lo berdua itu lebih berharga daripada hidup gue" dia menarik nafas panjang
"gue akui gue salah udah ngenjauh dari kalian semua, bikin kalian semua benci sama gue, karena gue fikir dengan kalian jauh dari gue, kalian gak akan repot lagi punya temen penyakitan kayak gue." Lanjutnya..
"gue kesini pengen minta maaf sama lo semua, kalo kalian gak maafin gue, gak apa-apa, itu pantas buat gue" lanjutnya sekali lagi..
"di.. maafin gue ya, gue ngelakuin semua itu karena gue sayang sama lo" maaf balik kak Maya
"jadi..."
"apapun yang terjadi gue tetep sayang sama lo, lo temen gue" kata Kak Maya.
Dengan cepat kak Aldi merengkuh tubuh kak Maya untuk memeluknya.
"dev... maafinn gue" kata kak Aldi meminta maaf pada Devano.
"sejak kapan lo pinter minta maaf? Belajar dari mana di? Gue gak marah... lo ngelakuin semua itu ada alasannya kok, asal jangan rebut Dira dari gue"ujar Devano sambil tertawa bahagia
Aldipun merengkuh tubuh Devano untuk memeluknya, dan aku juga melakukan hal yang sama pada Aleya, meskipun dia terlihat tegar, tapi aku merasakan apa yang dia rasakan.
"le, maafin gue ya karena belum bisa jadi pangeran berkuda putih buat lo"
"kan kita semua bisa temenan?" tawar Aleya
Sudah aku bilang, tidak semua masalah itu akan menjadi kesedihan. Sebenarnya teman kita adalah diri kita sendiri. ketika kita sudah berteman dengan ego kita, pasti dia akan mengalah demi cinta kita, dan kita akan mendapatkan sahabat dalam kenyataan.
***
Mulai hari itu, kami semua pun berteman termasuk si Fahri. Dan dengan terpaksa kami memberitahu semuanya ke Fahri, karena semuanya memang sepi jika tanpa Fahri.
"gue gak bisa ikut, besok gue harus keluar kota buat nganterin Valen berobat"jawab Devano saat kami ingin mengajaknya untuk makan malam bersama besok malam, dan tentu saja yang paling sedih adalah gue.
"Valen lebih penting daripada ini" ucapku lemah
"gue pengen ngajak lo ke suatu tempat, duluan ya temen-temen. Have fun buat besok malem, jaga cewek gue." Teriak Devano sambil menarik tanganku pergi.
..........
"toko mainan anak-anak?" tanyaku sambil menoleh ke arah Devano saat kami sampai di sebuah toko mainan.
"gue pengen beliin mainan buat Valen, biar dia seneng"jawab Devano seraya melangkahkan kakinya masuk ke dalam toko.
Aku hanya mengikutinya, sambil sesekali menolehkan kepalaku ke kanan dan ke kiri melihat seisi toko yang kami datangi.
"mas Devano" sapa salah satu pegawai yang ada disana, sepetinya mereka semua sudah sangat mengenal Devano, berarti Devano sangat sering datang kesini.
"lo sering kesini?" tanyaku memastikan.
Dia mengangguk tanda 'iya'
"ini pacarnya ya mas?" tanya mbak-mbak kasir sambil tersenyum menggoda.
"tunangan saya mbak" jawab Devano asal, aku memicingkan mataku padanya.
"pilihin dong" pinta Devano dengan wajah bingungnya.
"hemm" aku berdeham sambil berfikir seraya mengamati semua mainan yang ada disana.
"ini aja" pilihanku tertuju pada sebuah mainan pesawat terbang yang cukup besar.
"mbak ambil ini satu" kata Devano pada pelayan yang mengikuti kami.
"lo gak pengen mainan?" tanyanya setengah menawarkan.
"gue?"
"iyalah masak mbak-mbak yang ada disini. Yaudah sini gue beliin" jawabnya lalu menarikku ke bagian mainan anak perempuan.
"ehmmm" dehamnya sambil berfikir mainan apa yang akan dia belikan untukku.
"dev.. gak usah, lo kira gue anak kecil. Lagian buang-buang uang" tolakku halus.
"emangnya gue bikinin surat kayak kemaren-kemaren gak ngabisin buku?" tanyanya
Aku hanya diam...
"nah ini buat lo" dia mengambil sebuah squishy berbentuk ayam.
"buat apa?"
"kalo lo kangen sama gue teramat sangat sampek sebel sendiri, lo kan bisa remes-remes nih squishy" tuturnya memandangku.
"boleh juga ide lu" akupun setuju dengan perkataannya.
Kamipun pergi dengan membawa barang kami masing-masing, sebuah squishy ditanganku dan pesawat mainan itu ditangannya. Tak pernah kubayangkan jika hari ini aku adalah anak perempuan berumur 6 tahun yang sedang bermain bersama anak laki-laki yang seumuran, sebuah hubungan yang tak mengenal cinta namun mengerti bagaimana cara tertawa dan bahagia. Namun hari ini aku adalah remaja berumur 17 tahun yang sedang bermain bersama remaja laki-laki yang seumuran, sebuah hubungan yang mengenal cinta namun tak pernah lupa bagaimana cara tertawa dan bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
LITTLE THINGS [selesai]
Teen Fiction#241 [170317] Ini novel pertamaku jadi aku masih belum paham soal kepenulisan novel mohon maklum kalau banyak typo, salah EYD, semuanya. apalagi kalau ceritanya absurd banget. Makasih yang udah baca.