Hari ini kuputuskan untuk menginap dirumahnya Aleya karena ibu sedang keluar kota untuk menjenguk anak temannya yang sedang sakit, dan ayah sedang berada di Bali untuk menjalankan tugas. Kondisi seperti ini sering aku alami, sehingga itu tidak lagi berpengaruh bagiku, lagi pula mama nya aleya sudah menganggapku seperti anaknya sendiri.
"mama monic mana?" tanyaku pada Aleya seraya merebahkan tubuhku di sofa ruang tamu.
"di dalem kali, ke kamar yuk dir. gue pengen ganti baju, lo juga ganti sana. Baju lo numpuk dirumah gue" ujar Aleya. Saking seringnya aku menginap dirumah Aleya, sebagian bajuku aku tinggal disini bahkan mama monic menyiapkan satu lemari untukku. Anak numpangan ye gue? Berasa kek gak punya rumah. Hehehe
Kurebahkan tubuhku di kasur yang ada diruangan bersuansa serba baby pink ini alias kamar milik Aleya. Kuganti sepatuku dengan sandal jepitku yang aku tinggalkan dirumah Aleya.
Setelah kami berganti pakaian, kami pun kembali terbaring diatas kasur.
Klunting, tiba-tiba ponsel Aleya berbunyi dan layarnya menyala tanda bahwa ada yang menelpon, dan benar saja, setelah dia membuka ponselnya ternyata kak Aldi yang menelpon.
"ada apa kak?"
"kumpul yuk dirumahnya Maya, ajak sekalian Diranya."
"boleh. Kirimin alamatnya ya kak"
"cepet"
"iya, gue tutup ya kak?"
"yaudah"
Setelah Aleya menurukan ponselnya dari telinganya, barulah aku bertanya.
"kak Aldi? Ada apa?"
"dia ngajak kumpul dirumahnya kak Maya, yaudah yuk berangkat" ajak Aleya
.............
Tibalah kami disebuah rumah besar, yang tak kalah megah dari rumahnya Devano. disana terpampang jelas papan nama yang bertuliskan Dr.Suwarno, Ayah kak Maya memanglah seorang dokter spesialis.
Setelah kami dipersilahkan masuk, kudapati kak Maya kak Aldi dan si curut Fahri tengah asik becanda bertiga.
"cepet banget lu ri kesininya, naik apa lu? Pesawat?" ujarku sambil melangkahkan kakiku menuju mereka diikuti oleh Aleya.
"naik odong-odong, naik motor lah, secara gue kan reinkarnasinya Marc Marquez" jawab Fahri dengan lagak menyombongkan diri.
"terserah lu mau ngomong apaan." Sahut Aleya setelah duduk disebelahku dan sebelahnya Fahri.
"orang nya masih hidup kok udah ada reinkarnasi segala" ucap kak Aldi sambil meregangkan tangannya kesamping hingga seperti sedang merangkul kak Maya.
"ye.. pada sewot banget lu pada. Ntar kalo gue ganteng kayak dia pada nyesel lu semua ngatain gue" sahut Fahri lagi, dan masih dengan khayalan khayalan bodonya itu.
"gue kasih tau ya.. kalo peribahasa anak jaman sekarang, lo tuh masuk di peribahasa ini kakak kelas itu ganteng, adek kelas itu cakep, beda kelas itu keren, satu kelas itu ZONK setuju gak?" ledek Aleya pada Fahri. Kami pun tertawa bersamaan kecuali si Fahri.
"Aleya kok gitu sih sama cowoknya sendiri" ucap Fahri seraya bertingkah manja pada Aleya.
"enak aja gue jadi cewek lu, ogah!! Ogah besar!!" jawab Aleya sambil menjauh dari samping Fahri dan mendekat padaku.
"yaudah kalo leyanya gak mau, abang sama neng dira aja" sahut Fahri.
"enak aja, gak ada!! Gue udah punya Devano!" tolakku
"yaelah ditolak 2 cewek sekaligus, sakit hatiku Ya Allah..." jawab Fahri dengan nada lemas dan wajah yang dia buat memprihatinkan, kami pun tertawa sekali lagi melihat tingkah konyol dari Fahri.
"sabar nak... ini ujian.. ujian dari Allah sini sini sama papa"sahut kak Aldi yang membuat semuanya tertawa sekali lagi.
Dengan gaya yang lucu, Fahri menghampiri Aldi dan langsung menempel padanya.
"gue papa lo ya.. bukan pasangangan haram lo pakek nempel nempel segala" ujar Kak Aldi sambil menjauhkan tubuh Fahri darinya.
"yaudah aku sama mama Maya aja, papa jahat" sekali lagi kekonyolan terjadi.
"eits, gaboleh. Mama cuma punya papa, yang boleh peluk peluk cuma papa doang" jawab Aldi sambil menghalangkan tangannya didepan tubuh kak Maya
"papa keenakan punya istri cantik, tau gitu aku aja yang jadi papa nya. Gue berasa kek anak tiri yang gaboleh peluk mama tirinya" lanjut Fahri.
"enak aja anak tiri!! Lo kira gue dimadu sama Aldi?" teriak kak Maya.
"enggak kok ma.. maapin dedek ya.." ujar Fahri
Kamipun kembali tertawa, mempunyai sosok Fahri dalam hubungan ini bukanlan suatu keberuntungan yang harus disyukuri karena terkadang tingkahnya menyebalkan, tapi dia adalah sebuah pemberian yang harus dijaga karena tanpa Fahri semuanya memang hambar. Apalagi tanpa saingan lucunya Fahri, alias Devano.
"kapan sih devano muncul, kangen gue. Kan kalo ada dia, gue gak akan stand up comedy sendirian" ujar Fahri.
"tau tuh" sahut Aleya
"dah.. jangan ngomongin devano, ntar ada yang kangen, kalian musti tanggung jawab"ujar kak Aldi yang mebuatku tersipu malu.
"eh eh, kalian kan deket ame Devano, Devano tuh orangnya gimana sih?" tanyaku setelahnya.
"satu kata buat Devano, PENYAYANG" jawab kak Maya yang langsung aku benarkan dalam hati, terbukti kasih sayangnya padaku selama ini memang sangatlah luar biasa.
"Devano itu ngalahan sama gue"jawab kak Aldi.
"terus?" tanyaku lagi
"Devano itu paling ngerti penderitaan gue sebagai jomblo" sahut Fahri.
"gue gak nanya ke lo"kataku ketus yang membuat Fahri nyengir kuda.
"Devano pernah jadi setan kelas" ujar kak Maya disertai tawa dari kak Aldi.
"maksudnya?" tanya Aleya penasaran setelah lama diam.
"pas kelas 1 SMP, tiap hari Jum'at dia dateng pagi-pagi buat berantakin semua kursi yang ada dikelas, trus dia sembunyi dirumahnya mang mamat disamping sekolahan, temen-temen kira itu ulahnya si hantu, trus pas minggu ke 4 kalo gak salah dia gantung cabe, tomat ame bawang dipintu, dia bilang buat ngusir hantu padahal hantunya dia sendiri" jelas kak Aldi yang membuat kami semakin menyimak seraya tertawa.
"terus?" aku memaksanya melanjutkan perkataannya.
"trus saking jailnya dia jadi hantu, Sampek-sampek didatengin paranormal beneran, lah dianya ngaku deh. Ngakunya tuh kek gini 'temen-temen... hantu itu emang ada, kalian percaya atau enggak, hantu itu emang ada. Buktinya sekarang hantunya lagi ngomong'" lanjut kak Aldi sambil mempraktekkan gaya Devano saat itu . sontak kami pun tertawa keras mendengar cerita kak Aldi tentang kekonyolan dari Devano.
"buset dah tuh Devano lebih parah dari gue, beuh.. gue harus kayak gitu biar dapet yang kayak Dira" ucap Fahri bersama tawanya yang belum mereda.
"udah.. udah.. makan yuk? Udah dimasakin sama mbok dibelakang" ujar Kak Maya setelahnya.
"mama nawarinnya kok gak dari tadi? Dedek kan udah laper" jawab Fahri masih dengan gaya anehnya.
"malu-malu in lo Ri, kayak gapernah dikasih makan"sahut Aleya
"dir, gue pengen ngomong sama lo bentar aja" ucap kak Maya setelah semuanya pergi keruang makan.
"apa kak?" tanyaku
"apapun yang terjadi nanti, gue mohon ke lo jangan tinggalin Devano" katanya dengan halus.
"gue bahkan gak akan biarin terjadi apapun" ucapku meyakinkan kak Maya.
"bagus deh, yaudah yuk makan" ajaknya
Aku hanya mengangguk sambil terus memikirkan kejadian apa yang dimaksudkan oleh kak Maya, namun semakin aku memikirkannya semakin pula aku tidak mengerti. Kuhembuskan nafasku dengan kasar, mencoba berfikir baik,dan bersikap biasa saja. Apa penasaran ini tumbuh kembali?
KAMU SEDANG MEMBACA
LITTLE THINGS [selesai]
Jugendliteratur#241 [170317] Ini novel pertamaku jadi aku masih belum paham soal kepenulisan novel mohon maklum kalau banyak typo, salah EYD, semuanya. apalagi kalau ceritanya absurd banget. Makasih yang udah baca.