DEVANO POV
Kutatap seorang perempuan berambut panjang tanpa dikucir yang sekarang sedang ada dalam gendonganku. Seorang perempuan yang sedari tadi memberontak saat aku menggendongnya namun aku dapat melihat banyak sekali kenyamanan dalam mata hazel nya.
Kuingat kembali memori beberapa bulan yang lalu dimana dia selalu marah akan kehadiranku, namun tak jarang dia ingin tahu banyak tentang diriku. Perempuan yang dengan senang hati mau menerima seorang pelayan kantin sepertiku meskipun belum tahu latar belakangku, perempuan yang mau menerima bunga kamboja langsung dari kuburannya, perempuan yang mau membaca surat yang aku tulis dirobekan kertas tak rapi. Hanya dia yang mampu akan semua itu, yaitu Dira Aulia
Beberapa menit yang lalu dia bertanya "lo capek ya?", jika kalian digendong oleh cowo kalian,apa kalian akan bertanya hal itu? Atau kalian malah asik dengan romantisme yang cowo kalian buat?, itulah kenapa aku berkata bahwa Dira itu berbeda. Dia selalu menerima apa yang aku berikan walaupun itu sangat sederhana asalkan aku mampu, daripada dia menikmati hal yang aku berikan secara berlebihan padahal aku tak mampu.
Dira selalu menjadikanku cowo paling cerdas diantara makhluk bumi dan isinya karena dia selalu berkata padaku bahwa "lo tuh pinter milih gue" itu bukanlah kata menyombongkan diri, bagiku itu adalah pujian yang tersirat.
Sekarang dia terlelap dalam gendonganku, tangannya yang melingkar dileherku pun mulai melemas.
"gue gak mau gendong lu lagi, gue gak pengen lo sakit lagi" bisikku padanya berharap dia bisa mendengarku dalam alamnya yang sekarang.
AUTHOR POV
Setelah merasa sudah lama tertidur, Dira membuka matanya dengan pelan. Dapat dilihatnya sinar dari lampu tepat di atas kepalanya, dia mencoba menyeseuaikan penghilatanya dengan cahaya tersebut. Dia melihat sekelilingnya, hal pertama yang dia lihat adalah boneka doraemon kesukaannya.
"lah, gue kok di kamar?" batin Dira.
Ceklek.. tak lama kemudian, pintu kamar Dira terbuka tanda bahwa ada seseorang yang datang.
"Devano.."ujar Dira kala dia melihat Devano berjalan kearahnya sambil membawa nampan piring berisi makanan.
"udah bangun?" tanya Devano seraya duduk disamping Dira.
"kok gue udah ada dirumah?" tanya balik Dira sambil memeganggi kedua pangkal hidungnya, tanda bahwa dia masih sangat pusing.
Tanpa menjawab pertanyaan Dira, Devano menatap Dira dengan teduh, diraihnya tangan Dira yang masih memijat pangkal hidungnya, dia mengelus tangan Dira dengan lembut sesekali diciumnya tangan Dira dengan manis.
"jangan sakit lagi ya sayang..." ujar Devano lembut setelahnya.
"hemm"Dira hanya berdeham.
"sekarang lo makan, gue suapin" kata Devano seraya mengangkat piring berisi makanan dari pangkuannya.
"gue gak laper" tolak Dira seraya menggeleng-gelengkan kepalanya cepat.
"ayolah.. makan ya.. ntar kalo gak sembuh-sembuh kita gak jadi lagi pergi sama Aldi" bujuk Devano sambil menyodorkan sesuap nasi didepan bibir mungil Dira.
Dira hanya pasrah, dia menuruti permintaan Devano untuk makan padahal kini perutnya sangat terasa penuh. Dengan telaten Devano menyuapi Dira hingga piring yang tadinya berisi kini menjadi kosong.
"maafin ibu sayang... ibu harus menyembunyikan semuanya"ujar lirih Andhini dari balik pintu sambil terus melihat kebersamaan Devano dan Dira.
"aku yakin, semuanya akan baik-baik saja. Devano dan Dira pasti bisa lepas dari semua ini."balas Bayu sambil memegang pundak istrinya untuk memeberi kekuatan pada perempuan 40 tahunan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
LITTLE THINGS [selesai]
Roman pour Adolescents#241 [170317] Ini novel pertamaku jadi aku masih belum paham soal kepenulisan novel mohon maklum kalau banyak typo, salah EYD, semuanya. apalagi kalau ceritanya absurd banget. Makasih yang udah baca.