Part.37 awal

866 53 12
                                    

DEVANO POV

Masih kupandangi dengan lekat perempuan cantik beralis tebal tanpa bantuan pensil alis. Perempuan cantik yang tak pernah memakai make up bahkan jarang memakai bedak, perempuan cantik yang tak tahan dengan sepatu biadab miliknya dengan tinggi 10 cm, perempuan yang lebih suka kuberi surat daripada kuberi bunga mawar. Kurasa dari awal dialah yang aneh bukan aku.

"Dev.." teriaknya yang menjadi awal dari pekerjaanku di kantin sekolah pagi ini.

"apa?" tanyaku berbalik teriak karena jaraknya dengan jarakku yang cukup jauh.

"Aleya maksa gue makan terus, gue gak mau!! Makanannya pahit!!" keluhnya padaku tentang makanannya yang dia rasa sangat pahit itu.

Aku beranjak dari posisiku, aku tidak peduli jika aku harus kehilangan pekerjaanku karenanya.

"kenapa gak mau makan?" tanyaku halus padanya

"pahit" jawabnya seraya menunjukkan ekspresi mengeluh.

Hatiku teriris, benar-benar teriris seketika. Keluhan Dira bagaikan petir yang menyambarku tiba-tiba, lidahku kelu untuk menjawab keluhannya, ingin rasanya kugantikan posisinya, ingin rasanya aku menyantap makanannya habis sehingga bukan dia yang merasakan pahit, namun yang bisa aku lakukan sekarang hanyalah menguatkannya, serta menyembunyikan semua ini darinya agar hanya hatiku saja yang terluka.

"pahit.. kenapa tiap hari makanannya selalu terasa pahit?" keluhnya kembali, dapat kulihat matanya yang berkaca-kaca hendak mengeluarkan bulir-bulir kristal tanda kesedihan.

Kurengkuh tubuh Dira, kucium puncak kepalanya, dengan cara ini Dira tidak akan tau jika air mataku keluar setetes demi setetes.

"dimakan ya... mungkin lidah kamu lagi alergi makanya sedikit pahit"bujukku padanya, kutahan nadaku agar tidak bergetar.

Dia hanya mengangguk menuruti kemauanku, dimakannya sesuap demi sesuap nasi yang ada didalam kotak makannya, dapat aku lihat bahwa dia sangat menahan rasa pahit dari makannya, sesekali dia memejamkan matanya agar rasa pahit enyah dari mulutnya.

"mau gue suapin?" tawarku

Dia mengangguk pelan tanda iya.

ALEYA POV

"kalo lo gak makan, mag lo bakalan kambuh" bujukku pada perempuan yang sudah kuanggap sebagai kakak ku sejak kami berusia 6 tahun.

"ini pahit banget le..."jawabnya seraya mengeluh akan makanan yang dia bawa dari rumah.

"ayolah.. makan.." bujukku sekali lagi pada Dira yang tak kunjung memakan suapan kedua yang aku sodorkan didepan mulutnya.

"gak mau!!" tolaknya seraya menggeleng-gelengkan kepalanya cepat.

Aku menyerah dengan keras kepalanya, kutaruh kembali sendok itu ke dalam kotak makannya, dapat dilihat dari ekspresinya betapa pahitnya makanan itu.

Namun tak butuh waktu lama untuk Devano bisa membujuk seseorang yang keras kepala seperti Dira Aulia.

Dapat kulihat setetes air mata keluar dari mata Devano kala dia melihat perempuannya mengeluh akan makanannya yang pahit. Kutahan dengan sangat air mata yang sudah sampai di kedua sudut mataku.

"maaf dir.." batinku

***

AUTHOR POV

Karena rencana hang out minggu lalu harus tertunda akibat kondisi Dira yang sedang sakit dan magnya sering kambuh, Aldi memutuskan untuk mengajak teman-temannya keluar seusai pulang sekolah.

"enaknya kemana nih?" tanya Aldi sambil terus fokus pada jalan yang dia lewati agar mobil yang dia kendarai tidak mengalami kecelakaan.

"ke Amel"jawab dira dengan nada lemas.

Semua orang yang ada dimobil itu langsung menoleh pada Dira, Devano yang ada didepan melongo mendengar ajakan Dira. Sebenarnya permintaan Dira tidaklah sulit, dia hanya ingin ke makamnya Amel adik kandung dari Devano, hanya saja cara pengucapannya berbeda.

"kita ke makam"ujar Devano pada Aldi selaku sopir agar mau menuruti permintaan perempuannya itu.

@pemakaman

Tubuh Dira yang semula tegap dan tegar kini meringkuk dan menunduk dihadapan gundukan tanah yang didalamnya terdepat tulang belulang seorang Amelia Cantika, adik kandung dari Devano.

"Amel.. andai lo ada disini, pasti lo bakalan jadi bagian dari kita" kata Dira halus hingga suaranya yang lembut hampir tak terdengar.

Devano yang semula berdiri, kini berjongkok disamping wanita yang sangat menyayangi semua saudaranya tersebut.

"Amel udah bahagia" sahut Devano tak kalah lirih.

"gue pengen ketemu dia" ujar Dira.

Hati Aleya tersentak seketika, Aleya yang sedari tadi melamun kini menjadi menatap punggung Dira dengan sendu. Bulir-bulir air mata yang sudah sampai dikedua sudut matanya tak mampu lagi dia tahan.

Sementara Devano yang kini merengkuh tubuh Dira dalam pelukannya hanya mampu diam tak berkata. Sedangkan Aldi, Maya, dan Fahri sama diamnya tak menunjukkan respon apapun, mungkin karena mereka belum tau yang sebenarnya.

***

"le, sebenernya ada apa sih? Gue gak ngerti. Kenapa tiba-tiba semuanya berubah kayak gini, pertama lo jadi murungan, kedua Devano jadi pendiem, ketiga Dira jadi lemes gitu." Tanya Maya pada Aleya kala mereka sedang berdua di ruang tamu milik keluarga Bayu alias keluarga Dira karena yang lainnya sedang asik mengobrol di teras belakang.

Bukannya menjawab pertanyaan Maya, Aleya malah asik dengan lamunannya yang berkeliaran kemana-mana.

"aish.. oey" teriak Maya yang tak kunjung mendapat jawaban dari adik kelasnya tersebut.

Mendengar teriakan Maya yang menurutnya masih kalah dengan suara pelannya, Aleya membubarkan semua fikirannya dan beralih menatap kakak kelas yang sudah dia anggap sebagai kakak kandung tersebut.

"semuanya udah beda kak..." jawab Aleya dengan lemas dan pelan, sangat berbeda dengan Aleya yang biasanya, Aleya yang berisik dan ceria.

"apa yang beda?" tanya Maya dengan polos.

"gue harap kak Maya gak bakalan kasih tau ini ke kak Aldi, Aleya gak pengen kondisi kak Aldi memburuk karena ini"lanjut Aleya yang membuat rasa penasaran Maya semakin membelenggu.

"jika ini pantas untuk gue sembunyikan dari Aldi, gue bakalan sembunyiin semuanya" setuju Maya atas permintaan Aleya.

"Dira dan Devano sebenernya....."

Ada apa dengan Dira dan Devano? kenapa makanan Dira selalu pahit? Kenapa Dira selalu lemes? Apa hubungannya sama Devano? trus kenapa Aleya bisa se khawatiritu sama kak Aldi? Kuy lanjut!! Jan lupa ninggalin jejak kalian di kolom komentar atau menjadi salah satu bagian dari pecinta LT. Makasih yang udah vomment

LITTLE THINGS [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang