49. kebenaran

739 43 0
                                    

Part ini bakalan menjelaskan semuanya,

Dari awal tp gak sampe akhir soalnya bakalan ada part flashback kedua

Happy reading all

---------

DIRA POV

Kurasakan seberkas cahaya masuk ke dalam mataku,

Disana terdapat ayah, ibu, kakak serta semua orang yang sangat berarti dalam hidupku termasuk seseorang yang awalnya kukira adalah hidup dan matiku.

Kenyataan beberapa jam yang lalu cukup membuat air mataku tak bersisa untuk yang lainnya, otakku kelu untuk berfikir bahwa aku masih hidup, hatiku terlalu hancur untuk tidak membentak siapapun yang berkata 'maaf'.

Hari ini aku merasakan arti kepergian, kehilangan, dan jauh.

Tapi aku tidak cukup mengerti arti dari melupakan.

mereka menatapku sendu dan teduh seolah aku hanyalah mayat hidup yang mati karena luka hati yang terlalu.

Benar,

Aku merasa mati,

"Papa akan jelaskan semuanya pada kamu.."ucap papaku memecah keheningan kami semua.

Diam,

"maafin tante sayang..."ujar Tante Mira halus.

Perempuan itu pasti merasakan yang lebih aku rasakan, kehilangan seorang anak yang sudah dia besarkan sejak kecil.

Air mata ini kembali mengalir,

"saya mohon kalian semua jelaskan apa yang terjadi"titahku serak. Aku mencoba kuat padahal aku hancur,

Aku hancur dev...

Kamu bisa mendengarku bukan? Kamu bisa melihat air mata ku bukan? Kembalilah jika mungkin..

"bakal gue jelasin" sahut kak Maya yang baru saja bergabung.

Perempuan itu, aku tau dia sama terlukanya.

"Devano yang kalian lihat bukanlah Devano yang sebenarnya..."

****

Author POV

"setiap bulan dia selalu pamit untuk pergi, bukan mengantar Valen berobat, tapi mengantarkan dirinya sendiri untuk berobat.."jelas Maya pelan-pelan, pandangannya suram.

Sedang Dira hanya terdiam hening mendengarkan, pandangannya kosong berkelana entah kemana.

"dia sakit.. kanker otak stadium 3, dia pernah cerita ke gue bahwa lo pernah mergokin dia gak boleh ikut tim basket, karena dia gak boleh berolah raga terlalu berat."

*

"lo pasti penasaran kenapa gue gak diterima masuk ke tim basket?" tanya Devano sambil masih memutar mutar bola ditangannya.

"gak juga, tapi kalo lo mau cerita silahkan aja, lagian hari ini kan jamkos sampai pulang" tuturku

"salah satu hal yag paling gue sukai adalah basket, tapi anehnya gue gak pernah dibolehin main basket, gue gak ngerti sama apa yang dunia mau dari gue" ceritanya padaku sambil tersenyum getir.

"kenapa bisa gitu?" aku penasaran

"bahkan gue harus ngerasain kerja dari sekarang" ujarnya kembali tanpa menjawab pertanyaanku.

"jadi lo di kantin itu bekerja? gue kira cowok kayak lo itu gak akan pernah ngelakuin hal kayak gitu, maksud gue menghidupi kehidupannya dengan uangnya sendiri." Kataku

"bukan buat gue, tapi buat orang tua gue" jelasnya.

*

"dia kerja di kantin bukan karena dia gak mampu, tapi karena dia ingin ngerasain rasanya kerja sebelum dia pergi menemui Tuhan..." lanjut Maya.

Air mata semua orang tak lagi mampu terbendung, Alan yang sedari tadi mencoba kuat akhirnya runtuh sudah pertahannya.

"sebelum Devano dimakamkan, kita pergi nengok lo. Kita sentuhin tangan lo di sebuah bunga kamboja yang bakalan kita taruh di makamnya. Dan itu adalah satu dari seluruh permintaannya."

*

"gue gak bayangin kalo lo udah gak ada dibumi sebelum gue, gue pengen lo jadi orang pertama yang taburin bunga buat gue saat gue pergi" kata-kata itu kembali keluar dari bibirnya

"lo ngomong apa sih Dev.. jangan ngaco udah yuk pergi aja" aku kembali masuk ke dalam taksi, lagi-lagi dia membuatku tak bisa berkata-kata, hanya dengan setangkai bunga kamboja putih yang dipetiknya dari kuburan, dia bisa membuatku dalam kondisi seperti ini. Astaga Devano... tapi kini bunga itu ada ditanganku.

*

Dira hanya diam,

Kenangan itu kembali menusuk dalam ingatannya,

Hatinya terisak,

"dia udah jadi sejarah dir.. satu hal yang lo sukai."

*

"beruntung ya jadi Ir.Soekarno"

"kenapa?"

"dia kan sejarah, hal yang lo sukai. Gue pengen jadi sejarah"

*

"kenapa dev.. kenapa aku menyukai sejarah jika ujung-unjungnya seperti ini. Aku benci semuanya.. aku benci dev.. kembalilah"gumam Dira terisak.

"devano gak pernah ngasih tau lo segalanya karena dia gak pengen lo cinta Cuma atas dasar rasa kasihan. Dia pengen sebuah ketulusan"tambah Aleya.

"dia pernah cerita ke gue kalo lo pernah mergokin dia lagi sakit, tapi dia bisa mengalihkan pembicaraan. Dia pengen jadi laki-laki normal kebanyakan, yang bisa membuat pacarnya bahagia bukan khawatir."lanjut Maya.

*

"lo kok tau minggu depan gue ultah? Stalker banget sih jadi cowok. Btw kenapa lo gak ada disini minggu depan? Muka lo kok pucet, lo sakit?" tanyaku sedikit cerewet.

"gue harus ke luar kota, gue emang lagi sakit. Sakit mikirin ultah lo tanpa gue." Jelasnya dan kami pun tertawa.

"yaelah gausah dipikirin kali, jaga kesehatan ya dev... soalnya kalo lo sakit trus ga masuk sekolah ntar yang bikin gue ketawa siapa?"

*

"dia ngelamar lo waktu itu karena dia takut gak bakalan bisa ngelamar lo suatu hari nanti, dia takut kehilangan kesempatannya, dia takut Tuhan terlebih dulu menjemputnya.."jelas Aldi.

Dira menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Dia menyesal,

Dia menyesal menolak Devano menyematkan cincin pada jari manisnya,

Andai waktu bisa diulang.

Dia ingin segalanya berakhir indah. Tapi ini takdir

"ada satu hal yang menjadi impian Devano saat itu, dia pengen waktu memberinya kesempatan buat nyanyi berdua bareng lo.. sayangnya, ini harus terjadi. Gue mohon lo bisa kuat demi Devano dir.. dia gak pengen lo kayak gini" tutur Maya.

"hari itu dia pernah ngasih lo kejutan sebuah vidio, pasti lo hanya nemuin sosok Valen disana. Karena Devano kambuh saat itu, dia gak pengen lo tau kondisinya"tambah Aleya semakin membuat Dira terisak.

Ceklek

Pintu rumah Dira terbuka dan menampilkan sosok Fahri yang sudah lama menghilang entah kemana.

"gue yang harus minta maaf ke kalian semua.." ucapnya membuat semua orang mendongakkan kepala mereka.

"Amel meninggal karna bokap gue, waktu itu..."


Lanjutan di part selanjutnya, sebenarnya bisa di part ini tp takut kalian bosen.

Part selanjutnya bakalan nyeritain awal mula segalanya..

Penyakit Aldi, Hasan, terlibatnya Fahri.

LITTLE THINGS [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang