I don't wanna live forever-Zayn and Tarlor swift
Sabtu pagi tepatnya pukul 08.00 saat pemilihan anggota osis baru. Kumasuki ruangan test ini, dimana semua kemampuanku akan diuji disini, ruangan yang dulu juga pernah aku masuki saat masih SMP yaitu ruangan OSIS. Barisan panjang berjejer didepanku, kusiapkan diriku dengan matang-matang. Dan akhirnya.. ada suara bariton besar yang memanggil namaku tanda bahwa ini giliranku.
Berbagai macam pertanyaan menimpaku, aku merasa aku sudah lega karena menjawab semuanya, dan kufikir tidak terlalu buruk.
"Dir, masuk gak?" tanya Aleya cemas saat aku keluar dari ruangan itu
"pengumumannya lusa" jawabku
"moga aja lo masuk" doa Aleya dengan nada tulus
"semoga"
Suara ramai, dan bising menerpa telingaku saat memasuki ruang kelas, ya beginilah keadaan ketika jam kosong. Di pojok kanan, Fahri dkk nyanyi-nyanyi, di pojok kiri Andre dkk main game sambil tereak-tereak, dibelakang Farhan dkk muter lagu keras-keras.
"Dir. Lo ga ikut basket?" tanya Anya teman satu kelasku yang juga cukup dekat denganku
"emang udah bisa daftar?"
"udah, nanti jam 9 di lapangan depan"
"oh makasih"
***
Sesuai dengan panduan dari Anya tadi, pukul 9 aku dan Aleya pergi ke lapangan untuk mendaftarkan diri. Kali ini aku tidak sendirian, karena Aleya juga ingin ikut mendaftar, sebenarnya aku kurang menyukai basket dan lebih menyukai bulutangkis, tapi aku sudah cukup terlatih bermain basket karena oppa sering mengajariku.
Kali ini antrian cukup panjang, namun untung saja aku dan Aleya datang lebih awal daripada yang lain.
"siapa nama kamu?"
"Devano Ardani"
"sorry lo gak bisa daftar"
"kenapa? Emang ada aturan kalo yang namanya Devano ga boleh daftar?"
"guru melarangmu untuk mendaftar di semua bidang olahraga, sebaiknya lo ikut osis aja, sorry gue cuma ngelakuin tugas"
"ini pasti ulahnya mamah"
Begitulah percakapan yang aku dengar saat ada salah seorang yang mendaftar, kasian juga sebenarnya, dan kenapa juga guru melarangnya untuk mengikuti ekstra di bidang olahraga.
Tapi tunggu... aku mengenalnya
"elo" seruku saat dia memalingkan wajahnya
Tapi tak seperti biasanya, kali ini dia langsung berjalan pergi entah kemana.
Setelah selesai mendaftar aku memutuskan untuk melakukan hal bodoh nan aneh ini, aku berbohong pada Aleya untuk hal yang tidak penting, aku bilang padayna ke toilet sebentar , tapi nyatanya aku akan menemui laki-laki penuh rahasia itu.
Ku telusuri ruangan demi ruangan, dan kutemui dia di lapangan basket.
Kulangkahkan kakiku dengan pelan, dia yang kini duduk sendirian sambil memegang sebuah bola basket, entah apa yang dia lakukan disini.
"Dev..." aku memanggil namanya untuk pertama kalinya.
Dia pun mendongakkan kepalanya kearahku, setelah melihatku dia kembali mentap lurus kedepan. Melihat tingkahnya yang aneh itu, eh dia kan memang aneh. Aku duduk disampingnya
"nama lo Devano kan? Devano Ardani." Ujarku
Dia masih tak bergeming.
"gue bersyukur lo gak ikut basket, tandanya gue gak bakalan lo gangguin terus" ujarku sekali lagi, dan sekali lagi juga dia tak bergeming
"uh... maaf ya kemaren-kemaren udah berlagak cuek ke lo, ternyata di cuekin orang itu gak enak" aku menatap lurus kedepan
"ngapain lo disini?" dan akhirnya dia bicara juga
"pengen aja"
"enak ya jadi aja" ungkapnya
"karena gue pengenin?" tanyaku
Dia tersenyum tipis, aku juga. Aneh...
Keheningan terjadi... hingga Devano mengawali pembicaraan
"lo pasti penasaran kenapa gue gak diterima masuk ke tim basket?" tanya Devano sambil masih memutar mutar bola ditangannya.
"gak juga, tapi kalo lo mau cerita silahkan aja, lagian hari ini kan jamkos sampai pulang" tuturku
"salah satu hal yag paling gue sukai adalah basket, tapi anehnya gue gak pernah dibolehin main basket, gue gak ngerti sama apa yang dunia mau dari gue" ceritanya padaku sambil tersenyum getir.
"kenapa bisa gitu?" aku penasaran
"bahkan gue harus ngerasain kerja dari sekarang" ujarnya kembali tanpa menjawab pertanyaanku.
"jadi lo di kantin itu bekerja? gue kira cowok kayak lo itu gak akan pernah ngelakuin hal kayak gitu, maksud gue menghidupi kehidupannya dengan uangnya sendiri." Kataku
"bukan buat gue, tapi buat orang tua gue" jelasnya
"hemm" aku hanya berdeham, sebenarnya masih banyak pertanyaan yang ada dikepalaku namun kufikir ini bukan waktu yang tepat untuk bertanya padanya, melihat kondisinya sekarang, aku tak tega jika bertanya terlalu banyak padanya.
"dir, suatu saat nanti semua pertanyaan lo pasti gue jawab, balik yuk. Makasih udah berusaha ngobrol sama gue. Jangan pernah cari tau siapa gue dari orang lain ya.." ujarnya sambil beranjak menjauh dari posisiku sekarang
Aku hanya diam.......
KAMU SEDANG MEMBACA
LITTLE THINGS [selesai]
Teen Fiction#241 [170317] Ini novel pertamaku jadi aku masih belum paham soal kepenulisan novel mohon maklum kalau banyak typo, salah EYD, semuanya. apalagi kalau ceritanya absurd banget. Makasih yang udah baca.