Part.16 Without Devano

1.1K 64 0
                                    

Love you like a love song-Selena Gomez




"selamat ulang tahun sayang"

"selamat ulang tahun dek"

"selamat ulang tahun dir"

Berbagai ucapan selamat ulang tahun tertuju padaku hari ini, dari mulai ibu dan ayah, oppa, Aleya sampai semua teman sekelasku mengucapkan hal yang sama.

"selamat ulang tahun dir"

"makasih Kak Aldi"

Namun dari semua ucapan ucapan itu, yang aku ingat adalah ucapan Devano seminggu yang lalu, yap ucapan seorang laki-laki aneh penikmat bait yang dibuatnya, penyuka getaran yang disihirnya, serta penikmat gelombang yang dibikinnya.

Disinilah aku sekarang, di sebuah restoran yang di desain sedemikian rupa oleh keluargaku untuk merayakan hari ulang tahunku, tidak mewah memang... tapi semua kebahagiaan dapat aku rasakan disini, tidak cuma keluargaku yang datang, namun juga beberapa teman-temanku terutama Aleya.

"bengong aja dari tadi, mikirin siapa?" seru Aleya yang melihatku termenung sedari tadi.

"apaan sih, gue gak mikirin siapa-siapa juga, gue capek berdiri terus pakek sepatu tingginya 5 meter ini" kata-kataku mebuat Aleya tertawa.

"ye.. malah ketawa, beneran pegel di kaki" aku terus mengeluh sambil mengelus ngelus kakiku.

"sayang ya.. devano gak dateng"goda Aleya

"syukurlah gak ada yang berisik" aku kembali berbohong.

"gak usah boong, udah yuk kesana aja" ajak Aleya untuk sedikit menghiburku.

Tanpa kami sadari seseorang mendengar semua percakapan kami.

Setelah memotong kue, dan yang lainnya satu per satu teman-temanku meninggalkan acara, kecuali Aleya dan Aldi.

"makasih ya kak udah mau dateng" aku berterimakasih

"sekali lagi selamat ulang tahun ya dir, panjang umur, tambah cantik" ucapnya seraya tersenyum, kulihat wajah Aleya yang sedikit murung.

"kak boleh minta tolong gak?"

"apa?"

"anterin Aleya ya? Soalnya sopirnya pulang kampung, dan yang lainnya lagi repot, kalo gak mau biar oppa aja yang nganter dia"

"eh gausah, biar gue aja" setuju Aldi

"le" panggilku sedikit berteriak pada Aleya

Aleya pun menghampiriku

"apa dir?"

"lo pulangnya sama kak Aldi ya, oppa lagi sibuk" kataku pada Aleya sambil sedikit mengedipkan mataku yang sebelah.

"hemm.. oo kke" setuju Aleya gugup

"yaudah, aku pulang dulu ya dir, yuk le" pamit Aldi sambil mengajak Aleya

Aku tersenyum melihat kedua makhluk itu bisa bersama, kutatap dua orang itu hingga tak bisa ku jangkau.

Kini kesepian kembali melanda, tidak ada surat yang datang selama seminggu ini, tidak ada tawa selama seminggu ini, apa gue kangen devano? entahlah.

"dir, nih buat lo" ucap oppa sambil menyodorkan sebotol minyak pijat untukku.

"hah? Lu ngasih ginian buat gue?" aku heran, bahkan terlampaui

"bukan dari gue, tapi dari temen lo" dia kembali menyodorkan sesuatu, dan kali ini sebuah surat beralaskan kertas putih.

Dengan semua rasa penasaran, aku menerimanya, setelah oppa pergi barulah aku membaca isi suratnya.

"SELAMAT ULANG TAHUN DIRA UNTUK KEDUA KALINYA

MAAF YE GAK BISA DATENG

ITU KADO DARI GUE

LO PASTI MIKIR KENAPA GUE KASIH ITU KE LO YAKAN?

LO PASTI CAPEK KAN PAKEK SEPATU TINGGI PAS PESTA TADI? YAUDAH GUE KASIH ITU AJA KE LO BIAR KAKI LO GAK SAKIT. GUE GAK PENGEN LO SAKIT

GAK ROMANTIS YA? LO PASTI NGAREPIN BUNGA MAWAR ATAU BONEKA TEDDY BEAR?

LO PASTI UDAH PUNYA BANYAK YANG KAYAK GITUAN, NAH YANG LO BELUM PUNYA IALAH MINYAK PIJET BUAT KAKI LO YANG SEDANG SAKIT

SEMOGA BERMANFAAT ^ ^

-yang lagi diluar kota bukan diluar hati-

Ps : jangan dihabisin, itu juga buat calon mertua gue

Lagi ketawa kan? "

Benar saja, aku memang sedang tertawa membaca surat yang ditulis oleh Devano untukku, aku tidak pernah mengira bahwa dia akan mendengarkah keluhanku meski di tempat yang jauh sekalipun, aku tidak membayangkan sebuah kado minyak pijet itupun tanpa dibungkus, astaga Devano... yang aku bingungkan bagaimana oppa yang memberikannya. Aku harus bertanya

"oppa, dari mana lu dapet itu tadi?" tanyaku pada oppa yang sedang asik mendengarkan lagu dikamarnya yang bernuansa hitam putih itu.

"dari temen lo seminggu yang lalu"

"siapa?" tanyaku lagi

"Devano, temen lo tapi lo nya gak tau"

"soalnya gak ada namanya" jelasku singkat

"beritahu dia buat modal dikit kalo deketin adek gue, bilang suruh normal dikit"

Mendengar itu aku langsung tertawa, aku mengingat bagaimana dulu aku menghinanya untuk berbuat normal, dan kurasa sekarang akulah yang tidak mormal.

LITTLE THINGS [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang