That Should Be Me-Justin Bieber
Seiring dengan berjalannya waktu, semuanya telah membaik, tidak ada lagi prasangka buruk antara aku dan Aleya.
"dir, lo dicari tuh" ucap Maya saat aku sedang ngobrol sama temen-temenku yang lain.
"siapa?"
"gue gak tau namanya"
"makasih ya"
Sesuai perkataan Maya, aku berjalan menuju luar kelas. Kutatap laki-laki tinggi berseragam sama denganku, dan menggunakan jam tangan.
"Dev.." dia menolehkan kepalanya saat aku memanggilnya.
"dir, nanti pulang sama gue ya, ada sesuatu yang pengen gue tunjukin ke lo"
"apa?"
"udah, nanti ikut aja. Gue pergi ya, udah masuk soalnya" pamitnya sambil berlalu.
Sedikit kufikirkan tentang sesuatu yang ingin ditunjukkan devano padaku, dia ingin memberiku bunga? Boneka? Mustahil.
..........
"dev mau kemana sih?" tanyaku sedikit keras, karena kini kami sedang ada dijalan dengan menaiki motor milik devano
"udah lo diem aja, nanti juga tau" katanya tak kalah keras.
Tibalah kami disebuah rumah besar, bahkan lebih besar daripada rumahku. Terdapat 2 mobil dan 2 motor yang terparkir disana.
Devano memakirkan motornya di halaman rumah itu, tanda bahwa inilah yang ingin ditunjukkan Devano padaku.
"Dev, ini rumah siapa sih?"tanyaku sambil terus melihat-lihat rumah ini dengan seksama
"nanti juga tau"
Dengan santai Devano membuka pintu rumah itu, datanglah seorang pelayan rumah, sepertinya itu adalah seorang pembantu.
"aden udah pulang, sama temennya ya den? Yasudah bibi ambilkan minum dulu" ucap perempuan berusia 40 tahunan itu.
"mbok sekalian ambilin cemilan ya, mama sama papa mana?"
"mereka lagi ada didalam, biar saya panggilkan, permisi"
Mendengar percakapan tadi, kurasa Devano adalah tuan muda dirumah ini, artinya ini adalah rumah Devano? mana mungkin pelayan kantin punya pelayan? Ah sudahlah
"lo duduk aja, gue mau ganti dulu. Nanti kalo mama sama papa dateng, lo ngomong apa aja deh terserah lo" ujar Devano sambi berjalan menjauh
"dev.." panggilku namun terpotong oleh kedatangan seorang perempuan paruh baya, dan laki-laki sekitar berumur 50 tahun disampingnya.
"kamu temennya Devano ya?" tanya perempuan itu dengan ramah
Lalu mereka duduk berhadapan denganku.
"iya tan" jawabku halus sambil menganggukkan kepalaku
"jarang-jarang Devano ngajak anak perempuan main, saya Mira ibunya Devano" kenalnya
"saya dira, om tante" kenalku sambil tersenyum.
'devano mana sih' keluhku, aku sangat bingung harus berbicara apa pada orang tua Devano
"Devano sering cerita soal kamu, ternyata sesuai sama ekspetasi om, cantik dan putih" ujar ayah Devano. sebenarnya aku ingin sekali tertawa saat itu juga, namun kurasa itu sangat tidak sopan.
Tante Mira pun menyenggol sikut suaminya.
"maaf ya dir, om Alan memang suka bercanda, tapi kamu memang cantik." Puji tante Mira padaku.
Aku hanya nyengir kuda.
"udah puas ketemu sama Dira?" ucap Devano dari kejauhan.
"lah kamunya cerita soal dia terus, mama sama papa kan jadi penasaran, eh ternyata cantik juga, pinter juga anak papa milih cewek" goda om Alan, aku sangat malu mendengarnya.
"udahlah pa, jangan di ganggu mulu, biarin mereka ngobrol. Aku juga mau ngobrol sama papa" ucap tante Mira pada om Alan
"tante tinggal dulu ya dir, kalau butuh apa-apa jangan sungkan-sungkan"
"iya tan om"
Mereka pun berlalu
LANJUTANNYA ADA DI PART 22 ya...
KAMU SEDANG MEMBACA
LITTLE THINGS [selesai]
Novela Juvenil#241 [170317] Ini novel pertamaku jadi aku masih belum paham soal kepenulisan novel mohon maklum kalau banyak typo, salah EYD, semuanya. apalagi kalau ceritanya absurd banget. Makasih yang udah baca.