Part.32 Aleya Viandra vs Fahri Dika

1K 51 0
                                    

"Vano....." teriak kak Maya histeris meihat si pelayan kantin kini sudah kembali bekerja lagi, sambil membentangkan tangannya kak Maya berlari menuju Devano yang tengah melepas celemek ditubuhnya.

"Dira aja kangennya gak sampek kayak gini loh" ucap Devano seraya merengkuh tubuh kak Maya.

"biarin, Valen gimana?" tanya kak Maya sambil terus memeluk Devano.

"dia baik-baik aja, udah udah entar gue dimarahin Aldi" ujar Devano mengakhiri pelukan mereka berdua.

"harusnya lo tuh ngajak gue aja kemarin biar gue dikangenin Maya trus dipeluk kayak gitu" seru kak Aldi berjalan menuju arah kami bersama si curut Fahri dan diikuti oleh Aleya.

Mendengar kata-kata kak Aldi, kak Maya hanya tersenyum kecil dan Devano menyunggingkan senyum miringnya.

"Akhirnya... lo balik juga" seru Fahri bahagia.

"akhirnya... temen gue gak galo galo an lagi" seru Aleya tak kalah nyaring.

"akhirnya... Maya gak bakalan bicarain adeknya si Vano Nano Nano terus" tambah kak Aldi

"akhirnya... sahabat gue kumpul semua" ujar kak Maya dengan mata bersinar menandakan bahwa dia bahagia

"akhirnya... rinduku bersembunyi di sisi hatiku yang lain" ujarku lirih namun masih bisa didengar oleh mereka semua terutama Devano yang sedang ada disampingku, aku yakin mereka semua pasti merasakan rindu yang aku rasakan.

"kau tak ingin memelukku?" tawar Devano padaku sambil menatapku sendu.

"itu bukan yang terpenting dari sebuah cinta, jangan pergi lagi ya dev..." ujarku kembali lirih.

Meskipun aku tak menjawab 'iya' atas tawarannya, namun dia tetap saja memelukku seolah tau jika aku membutuhkan itu. Tanpa sadar, setitik air bening keluar dari mataku.

"lo nangis ya?" tanya Devano masih memelukku erat.

"Vano Nano Nano, aku suka itu" jawabku melenceng dari pertanyaannya

"itu sebutan masa kecilku dari Maya sama Aldi, sekarang aku lebih suka dipanggil Dev"jelasnya seraya melepas pelukannya.

Tanpa kusadari, semua orang yang ada dikantin saat itu sangatlah ramai, dan semua mata mereka tertuju padaku dan Devano. bahkan Aleya, kak Maya, kak Aldi, dan Fahri tidak berkedip sama sekali melihat Devano memperlakukanku seperti ini.

Diusapnya air mataku mengunakan telapak tangannya, kupejamkan mataku agar sungai kecil ini tak mengalir kembali.

"astaga!! The legend of the blue sea episode berapa ini?" ujar Aleya masih tak berkedip dengan wajah yang berseri seakan dia yang mengalaminya bukan aku.

"episode ke 2750, bukan the legend of the blue sea tapi tukang bubur naik haji"sahut Fahri sambil melipat tangannya didada.

"sewot aja lu, dasar jomblo kurang kasih sayang"sahut balik Aleya yang sudah kuduga akan menimbulkan.......

"enak aja, lu juga jomblo"ujar Fahri tak mau kalah.

"kenapa emang kalo gue jomblo? Gue mah jomblo karena mahal, lha lo jomblo gak laku"sahut Aleya lagi dengan nada tak kalah tinggi.

"daripada cinta kagak keturutan"ucap Fahri yang membuat Aleya semakin memicingkan matanya.

"ih... Fahri.. awas ye lo awas" teriak Aleya sambil mengejar Fahri, dengan sigap Fahri pun berlindung diantara kami berempat hingga menarik bajunya kak Aldi keluar.

"gue sama dira kayak the legend of the blue sea, kalian berdua malah kek film India"ujar Devano yang mengakhiri aksi kejar kejaran mereka.

"ogah banget gue sama curut satu itu" jawab Aleya sambil mengangkat bahunya geli.

"gue juga ogah sama jomblo kayak lu, mending jadi orang ketiga" sahut Fahri lalu menjulurkan lidahnya layaknya anak kecil yang sedang bertengkar.

"udah diem. Gue sumpahin kalian berdua benci jadi cinta" ujar kak Aldi yang dihadiahi tatapan tajam dari Fahri dan Aleya disertai tawa dariku, Devano, dan kak Maya.

"kak Aldi...." teriak Aleya.

"gue sumpahin lo bintitan seumur hidup kalo sumpah lo kejadian beneran" balas Fahri.

"udah udah bisa pusing gue kalo disini terus, gue mau ke kelas dulu, kalian berdua ikut apa nggak? Atau masih mau maen film india?" tanyaku pada Fahri dan Aleya yang juga satu kelas denganku

"yuk dir, kepala gue juga bisa pecah kalo deket-deket sama dia terus"ujar aleya sambil menarik tangaku menjauh dari mereka semua.

"pulang sama gue ya dir" teriak Devano dengan keras

Aku hanya tersenyum tanda 'iya' sebagai jawabannya.

***

Tak ada bedanya antara dikantin tadi dengan di kelas sekarang ini, Aleya dan Fahri tetap saja melontarkan kata-kata saling menghina satu sama lain. Aku hanya bisa menutup kedua telingaku sambil terus fokus pada pelajaran yang tengah diajarkan oleh Bu Asa.

Cittt... bunyi kursi yang didorong mendominasi kelas kami, dan suara itu berasal dari kursi yang diduduki oleh Aleya

"ih.. lo bisa gak sih gak ganggu gue" teriak Aleya sebal pada Fahri yang duduk tepat dibelakangnya.

"gak sengaja juga, lagian lo mundur-mundur terus"jawab Fahri tak terima.

Semua perhatian pun tertuju pada mereka berdua.

"sudah sudah, Aleya Viandra kamu sekarang mundur duduk disebelah Fahri Dika biar gak di dorong-dorong terus kursi kamu, Karel kamu kedepan duduk sama Dira Aulia" perintah Bu Asa yang membuat Aleya dan Fahri melongo.

"bu.. tap" ujar Aleya yag langsung dipotong oleh Bu Asa

"jangan membantah" potongnya.

Dengan kasar, Aleya membereskan buku-bukunya lalu memasukkannya ke dalam tas dan menaruhnya di meja belakang, dengan lemas pula Aleya berjalan ke belakang, begitupun Karel.

"awas aja kalian berdua bertengkar lagi" ancam Bu Asa.

"yang belum punya buku, bisa berpasangan sama sebelahnya"ujar Bu Asa setelahnya.

"Le, buku aja berpasangan masak lu kagak" ujar Fahri yang membuat aku dan Karel tertawa kecil sedangkan Aleya memicingkan matanya tajam.

"kalian masih ingat segitiga sama kaki kan?" tanya Bu Asa

"le, segitiga aja sama kaki, lu sama siapa?"tanya Fahri kembali pada Aleya, aku dan Karel juga kembali menahan tawa.

"apaan sih lo" sahut Aleya lirih namun tegas.

Selang 5 menit, pelajaran Bu Asa berakhir. Aleya pun membereskan bukunya lalu kembali duduk disampingku.

"nih, nitip buat temen lu" ujar Fahri lirih sambil menyodorkan secarik kertas padaku untuk diberikan pada Aleya yang sudah kembali pada tempat asalnya.

"apa?" tanya Aleya penasaran karena tidak mengetahui bahwa itu dari Fahri untuknya.

"buat lo, buka aja" jawabku

Aleya pun membukanya dihadapanku, dengan begitu aku juga tahu isi suratnya.

"KOTA AJA SAMA RINDA, KAMU SAMA SIAPA?

BANGUN AJA SAMA SISI, KAMU SAMA SIAPA?

PERKALIAN AJA SAMA DENGAN, KAMU SAMA SIAPA?

TERIMAKASIH AJA SAMA SAMA, KAMU SAMA SIAPA?

TANAH AJA SAMA RATA, KAMU SAMA SIAPA?

GARIS AJA SAMA PANJANG, KAMU SAMA SIAPA?

SUDUT AJA SAMA BESAR, KAMU SAMA SIAPA?

Yuk sama aku?

Ps: tadi ada paku di meja gue, kalo kursi lo gak gue dorong pasti lo bakalan kena paku. Gue gak pen meja gue kena amarah lo

"Fahri Dika Ramadhan!!" teriak Aleya dengan keras hingga aku menutup kedua telingaku, setelah teriakannya berakhir aku tersenyum lebar karena menyadari sesuatu yang tak pernah aku sadari sebelumnya, dengan kata tersirat Fahri igin Aleya menjadi miliknya, ah entahlah... aku jadi tengingat Devano.

LITTLE THINGS [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang