Part.24 Valen

1.2K 55 1
                                    

We don't talk anymore-Charlie Puth feat Selena Gomez




Saat-saat yang menyebalkan datang juga, yaitu praktek bernyanyi untuk perwakilan siswa kelas 10, dan kami harus bernyanyi dihalaman sekolah menggunakan pengeras suara, ini adalah salah satu kegiatan wajib untuk kelas 10, karena para guru ingin melihat bakat para siswa dari segi apapun, setelah diseleksi dikelas masing-masing, aku terpilih menjadi wakil kelasku setelah Doni dan Sinta.

"peserta selanjutnya adalah Dira Aulia dari kelas..."

Kini giliranku yang harus tampil, semua keyakinan harus aku kumpulkan, pasalnya pemenang dari praktek ini akan mendapatkan potongan uang SPP selama setahun.

Sebuah lagu dari Adele yang berjudul All I Ask aku nyanyikan

"...........

ALL I ASK IS

IF THIS IS MY LAST NIGHT WITH YOU

HOLD ME LIKE I'M MORE THAN JUST YOUR FRIEND

GIVE ME A MEMORY I CAN USE

TAKE ME BY THE HAND WHILE WE DO

WHAT LOVERS DO...

IT MATTERS HOW THIS END..

CAUSE WHAT IF I NEVER LOVE..... AGAIN"

Riuhan tepuk tangan mengakhiri nyanyianku, rasa lega menyelimuti hatiku.

"nyanyian yang luar biasa, selanjutnya adalah Devano Ardani kelas..."

"Devano?"

Sungguh tidak kusangka Devano akan lolos sampai babak ini, bahkan dia tidak pernah memberitahuku tentang hal ini.

"saya akan menyanyikan sebuah lagu yang berjudul Cinta Sejati Hanya Sekali-The Freaks, lagu ini buat lo cewek bodoh yang mau nerima gue, tapi dia bilang.. dia akan lebih bodoh jika nolak gue"

"......

DENGARKANLAH.. DEMI APAPUN MAAFKANLAH AKU

KUTAK BISA HIDUP TANPA KAMU

WALAU SIAPAPUN MENGGANTIKANMU

MEMANG BENAR.. CINTA SEJATI DATANG CUMA SEKALI

DAN KUAKUI ITULAH CINTAMU

DIHATIKU...... TAK LEKANG OLEH WAKTU..."

Tak kalah denganku, suara tepuk tangan juga riuh kala lagunya selesai

Suara Devano memang sangatlah bagus, tak pernah kusangka cowok aneh seperti Devano bisa bernyanyi sedemikian rupa.

Setelah dia selesai bernyanyi, dia berjalan kearahku.

"lo gak nyangka kan?"

"sumpah ya, itu tadi bagus banget. Bener-bener gak nyangka gue" ucapku penuh dengan pujian untuknya.

"dev, gue gak nyangka kalo suara lo kayak gitu" ujar Aleya penuh kekaguman, Aleya memng tidak pernah kenal dengan sosok devano, namun dia gampang akrab dengan orang lain.

"makasih ya Le pujiannya, temen lo juga bagus kok suaranya, cuman kurang pakek perasaan aja nyanyinya" puji nya kembali dengan sedikit kata kritikan untukku.

"yayaya yang nyanyi pakek hati" seruku

"Dir, bu Asa pengen ngomong sama lo, lo disuruh ke ruangannya" ujar Aldi dari belakang dengan wajah yang lesu, dan tatapan sinis pada Devano.

"oh,, baiklah. Dev le gue pergi dulu ya." Pamitku pada Devano dan Aleya.

***

Sampainya di ruangan Bu Asa, beliau menyuruhku duduk dihadapannya.

"kamu Dira ya?"

"iya bu, ada apa ya bu?"

"begini, akan ada event tahunan setelah ulangan beberapa bulan lagi, ibu memutuskan untuk menampilkan sebuah lagu yang akan dinyanyikan oleh kamu dan Devano, ibu harap kamu mau dan bisa membujuk Devano untuk mengikutinya." Tutur Bu Asa

"apa? Saya bu? Kenapa harus saya dan Devano?" aku terkejut dengan keputusan bu Asa yang mendadak.

"ibu tau suara kalian bagus, dan ibu dengar-dengar kalian juga teman dekat, jadi tidak sulit untuk bisa membangun chemistry dalam sebuah lagu." Jelasnya

"tapi saya kurang yakin bu.."

"kamu tidak perlu khawatir, asalkan kamu dan devano mau, kalian pasti bisa" Bu Asa mencoba meyakinkanku.

"baiklah bu saya mau, saya aku mencoba membujuk Devano" ucapku menyetujuinya.

****

"Dev, ayolah.. itu juga masih lama kok, lo mau gue dimarahin bu Asa?" bujukku pada devano sepulang sekolah.

"oke, gue setuju. Tapi kalo nanti gue gak bisa, lo nyanyi sendirian ya?"

"iya, iya. Yang penting lo mau dulu."

"Dir, ikut gue yuk" ajaknya padaku

"kemana?"

"udah lo naik aja, gue bakalan bawa lo kesuatu tempat" dia meyakinkanku.

Aku pun mengikuti kemauannya, dan menaiki motornya.

........

Tibalah kami disuatu tempat yang lagi-lagi tak pernah aku duga sebelumnya. Tempat dimana hanya ada kesedihan, tempat dimana semua yang kesini ingin segera keluar, tempat dimana semua pegawainya menggunakan baju putih. Yap Rumah sakit.

"kita ngapain kesini?" tanyaku sambil terus melihat orang yang berlalu lalang didepanku.

"sini ikut gue" dia mengajakku pergi ke salah satu ruangan.

Dia membuka kenop pintunya, dan kulihat makhluk kecil imut disana, seorang anak kecil yang menggunakan selang infus ditangannya.

"bang Depano" teriaknya riang melihat Devano berjalan kearahnya.

"hey, apa kabar jagoanku, tadi nangis gak pas disuntik?"

"enggak dong"

"god boy" ucap Devano bangga sambil mengacak-acak rambut anak laki-laki itu.

"itu temennya ya bang?" tanya anak itu polos

"ini namanya kak Dira, cantik ya?" ucap Devano sambil menaik turunkan alisnya.

"iya cantik kayak kak Amel" ujar anak itu seketika itu raut wajah Devano berubah.

"nama kamu siapa?" tanyaku halus padanya

"aku Valen" kenalnya.

"Valen umur berapa?"

"umur aku 6 tahun, kakak mirip sama kak Amel. Liat tuh mirip kan?" ujarnya seranya menunjuk sebuah bingkai foto disampingnya.

Aku tersenyum, aku tak pernah mengerti apa yang dialami oleh anak itu, tapi sepertinya sekarang ini dia membutuhkan banyak hal untuk membuatnya bertahan.

LITTLE THINGS [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang