DIRA DEVANO EPILOG

1.1K 43 2
                                    

DIRA DEVANO-EPILOG

Kutatap kumpulan surat yang tertempel rapi di dinding kamarku, kumpulan robekan kertas yang membentuk wujud sebuah sayap indah dengan bentuk hati dibagian tengah-tengahnya. Kutinggalkan jejak telapak tanganku disana dengan kusentuhkan ditepinya.

Genap 2 bulan yang lalu kutemukan ketas berwarna merah pekat berbentuk hati diatas meja belajarku,

Malam itu setelah aku pulang dari sekolah untuk mengikuti acara akhir tahun, Devano kembali meninggalkan kenangannya untukku.

Dira Aulia,

Aku belum sempat bercerita caraku jatuh cinta padamu untuk pertama kalinya. Dan kali ini aku akan menceritakannya,

Pagi itu- aku melihatmu berjalan dihalaman, kau tau apa yang membuatku tertarik padamu? Aku suka jari manismu.

Aneh bukan? Memang, tapi dari situ aku selalu berfikir akan ada cincin yang aku sematkan diantaranya.

Aku pernah bicara pasal surat terakhirku, dan memang benar berhenti disini.

Hari ini aku membicarakan hal pertama dan hal terakhir sama seperti kamu bagiku, kamu adalah sayap pertama dan terakhirku.

Kamu adalah sayap yang berhasil membuatku terbang dari keterpurukan, namun ketika Tuhan mematahkan sayap itu, aku memilih untuk melepasnya karena aku tidak ingin kau terluka.

Sayang, untuk selanjutnya-selanjutnya-hingga selamanya tetaplah mengenangku, tapi berhentilah berhenti ditakdirku.

Your first-not last

Devano Ardani,

"Devan.. kamu mengajarkan aku pasal cinta dan cinta mengajarkan aku pasal kamu. Kamu mengajarkan aku pasal kesederhanaan namun sederhana tak pernah mengajarkan pasal kamu karena kamu terlalu luar biasa bagiku."gumamku seraya tersenyum tipis. Namun tetap saja sungai kecil mengair dikedua pipiku.

"Dira sayang cepat!!" teriak ibu dari luar kamarku.

Segera kuseka air mataku, kuambil sebuah kotak bludru berwarna merah lalu kumasukkan kedalam tas kecilku.

"kamu udah siap?"tanyanya setelah aku keluar dari kamarku.

Aku menganggukkan kepalaku kecil sembari tersenyum tipis. Dapat kudengar suara riuh di ruang bawah tanda semua orang sudah berkumpul.

Aku turun dengan daun merah selutut yang dibelikan mama Devano kemarin malam, make up tipis ini kurasa cukup memberi efek percaya diri padaku. Kulangkahkan kakiku menuruni satu per satu anak tangga, penglihatanku hanya tertuju pada laki-laki dengan jas hitamnya. Laki-laki yang sempat kukira dia adalah Devano Ardani. Laki-laki yang tinggi dan senyumnya mirip dengan orang yang membekas dalam kehidupanku.

Diulurkanlah tangannya padaku,

Aku memutuskan untuk menerima uluran tangan itu, aku hanya tersenyum tipis padanya.

"baiklah, karena semua keluarga sudah lengkap. Mari kita mulai pertunangannya"ucap papa Devano memecah suara semua orang yang membicarakan kami.

Hari ini,

Aku dan Revano memutuskan untuk bertunangan, dia yang menyematkan cincin devano dijari manisku, dia yang menggantikan Devano untuk menjagaku, namun dia tidak pernah menggantikan lirik lagu milik Devano dalam kehidupanku.

Masalalu tidaklah salah, dan aku tidak pernah menyesalinya, karena aku fikir, dengan aku pernah bertemu dengan masalalu seperti Devano, aku bisa bertemu masa depan seperti Revano.

Surat demi surat yang diberikan Devano mengajarkanku bagaimana air akan terus mengalir meski dia pernah terjatuh dari daun. Kenangan memang seperti lumpur yang akan menggenangkan, namun aku adalah kehidupan yang mencari celah untuk terus mengalir, meski sebagian lumpur itu tetap akan bersamaku.

'Devan.. terimakasih atas segalanya, terimakasih atas pertemuan pertamanya, terimakasih atas kenangannya, mimpiku melihat bintang bersamamu memang gagal, dan kau memilih menjadi bintang itu sendiri, namun percayalah.. bahwa aku masih menjadi penikmat malam dan segala ciptaan didalamnya.'

Berakir sudah novel LITTLE THING. Bener-bener sudah ending, buat saquel ternayata tidak ada. Tapi aku ada satu persembahan novel terbaruku yang akan hadir diakhir bulan februari. Mungkin itu akan mengobati rasa rindu kalian sama sosok devano, karena didalam novel itu akan hadir Devano versi perempuan disalah satu tokohnya.

Maaf kalau endingnya kaya gini, semoga novel ini mampu menginspirasi kalian, selamat membaca, selamat berkarya.

Mefi nur fadzila, 27 Januari 2018

LITTLE THINGS

LITTLE THINGS [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang