42. Pilihan

867 51 0
                                    


"terimakasih Dev karena sudah mau membantu tante. Tante tidak tega melakukan itu makanya tante nyuruh kamu melakukannya"ucap Andhini pada Devano setelah Devano berhasil melakukan apa yang Andhini perintahkan padanya.

"tante tidak usah bertrimakasih, itu sudah kewajiban Devano lagi pula itu juga penting buat kondisinya Dira saat ini"jawab Devano.

"tante pergi dulu ya dev, harus ada yang tante urusin. Tante juga harus nemenin Dira sampai Dira sadar"pamit Andhini pada Devano.

"iya tan. Devano juga harus ke kak Aldi"pamit Devano balik.

***

Hanya suara keheningan malam yang menyelimuti kamar Devano. sedangkan sang pemilik hanya meringkuk dalam renungan.

Devano hanya mampu mengacak rambutnya frustasi serta mengembuskan nafas berat. Matanya sudah sembab karena kelopak matanya terus mengalirkan cairan bening. Sesekali dia memijat pangkal hidungnya tanda dia benar-benar sangat pusing.

"gak ada pilihan lagi"batin Devano mengambil keputusan.

Diraihnya ponsel yang dia letakkan di sampingnya, dimatikannya lagu yang sudah berputar berulang ulang. Tangannya terus menari diatas ponselnya yang menyala.

Hingga seseorang menerima panggilannya.

"ada apa dev? Gak biasanya lo nelfon gue"ucap orang diseberang sana.

"gue butuh bantuan lo bang"jawab Devano setelah menarik nafas panjang.

"bantuan apa? Apa yang bisa gue lakuin buat lo?"tanyanya.

"pulang secepetnya. Gue mohon" pinta Devano .

"gue gak bisa pulang tanpa persetujuan papa sama mama"jelasnya

"huft... gue mohon sekali ini aja bang"Devano tetap saja keukuh dengan permintaannya.

"kenapa mendadak lo pengen gue balik?"tanyanya penasaran akan sikap Devano yang mendadak menjadi aneh.

"bakalan gue jelasin kalo lo udah ada disini"jelas Devano.

"gue tanya ke mama sama papa dulu. Soalnya papa Dito dan mama Sarah lagi di Belanda"jawab laki-laki yang sedari tadi Devano panggil dengan sebutan 'bang'

"terserah lo aja. Yang penting lo bisa pulang secepetnya."

"masalahnya nama belakang gue bukan lagi Ardana. Nama gue udah ganti jadi Farelio Ferdito"

"gue ngerti bang Farel udah bukan anggota kami lagi secara hukum, tapi plis bang secara biologis kan bisa"

"yayayaya... efek anak angkat mah gini ya, dilempar-lempar"

"malah curhat lagi"

"gue sebenarnya kangen sama mama papa, tapi kalo gue kesana sekolah gue gimana?"

"makanya lo balik secepetnya. Gue butuh lo bang, kalo kelamaan ntar lo keburu gak bisa liat gue"

"ngomong apa sih lo dev!! Jangan ngelantur!!"

"tau ah!! Gue tutup"ujar Devano mengakhiri percakapan mereka.

Devano yang tadinya sedikit bahagia karena bisa berbicara dengan kakak nya Farel setelah sekian lama, kini raut wajahnya kembali berubah. Matanya kembali sayu, pandangannya kembali kosong.

"ini yang terbaik"gumam Devano seraya bangkit dari posisinya untuk mengambil jaket lalu pergi ke rumah sakit tempat Aldi dirawat.

***

LITTLE THINGS [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang