Part. 3 Pelayan Kantin

2.7K 105 4
                                    

Secret Love Song-little Mix feat Jason Derulo


"Lo mau pesen apa dir?"tanya Aleya saat kami tiba di kantin.

"gue beli air dingin aja deh, aus gue dari tadi" jawabku jujur

"kesana aja yuk" ajak Aleya sambil menarik tangan kananku kesalah satu penjual yang ada disana.

"lo yang pesen ya Dir, gue bakso satu minumannya disamain aja sama lo" pinta Aleya padaku

"oke oke, lain kali gentian. Mana uangnya?" godaku pada Aleya sambil menjulurkan tangan layaknya orang meminta uang. Ya aku memang sudah biasa dengan Aleya karena dia adalah temanku sejak aku masih kecil.

Aleya pun menjulurkan uang 50 ribuan padaku. " lo pengen beli bakso apa pengen beli tiket masuk bioskop?uang gede banget" ejekku pada Aleya sekaligus memberi kode agar dia mau membayarkan minumanku juga

"dah gausah basa-basi kek gitu, sekalian bayarin punya lo" nada malas keluar dari mulut Aleya

"makasih Leya cantik, makin sayang deh" jawabku memujinya sambil beranjak ke si penjual

Aleya memutar bola matanya dan kembali fokus pada Handphone nya yang sedari tadi Ia genggam.

Sambil menunggu antrian siswa yang lain, akupun tak jauh beda dengan Aleya yaitu memain-maikan Handphone, kebetulan saat itu oppa mengirim pesan memalui Line padaku.

"woy gimana sekolahnya?" tanyanya padaku

"ya begitulah. Kapan lu pulang?" jawabku tak beberapa lama

"gue juga gak tau kapan,sekolah yang bener ye"

"iye-iye. Bulan depan balik kan?"

"gatau, gue usahain buat balik. Mau kado apa?"

"mau oppa"

"wkwkwkwk ada ada aja. Btw kalo gue gak bisa dateng pas lu ultah gimana?"

"gue bakalan bunuh lu"

"serem amat. Yakin tega bunuh gue? Paling-paling nangis duluan"

"tau aja, yaudahlah baik-baik disana. Miss you so bad oppa"

"too" balasnya singkat

Itulah aku dan oppa, kami bukan seperti adek-kakak tapi kami seperti seorang teman. bahkan saat kami naik motor berdua, pernah ada yang mengira bahwa kami pacaran. Jika kalian tanya siapa cinta pertamaku, jawabannya adalah oppa. Karena dia tau segalanya tentangku, dia penghiburku, guru bimbel ku, ojek ku, sampah curhatanku, dan yang terpenting tempat pinjam meminjam uang.

Masih dengan melihat Handphone, aku mulai memesan makanan dan minuman untukku dan Aleya karena kini antrian sudah sidikit longgar

"bakso satu sama air mineral dinginnya dua" ucapku sambil masih menatap layar ponselku

"mbak kalo mesen gaboleh sambil main Handphone" ucap seseorang padaku, namun sepertinya aku pernah mendengar suara itu, dengan pensaran aku mendongakkan kepalaku.

"elo? Hah ngapain lo disini? Jualan? Gue gak jadi beli" aku tersentak kaget melihat laki-laki yang aku temui tadi pagi tiba-tiba menjelma jadi seorang pelayan kantin dengan celemek di badannya.

"eh.. tunggu, kalo udah pesen gaboleh dibatalin" seru cowok tersebut

"mana ada aturan kek gitu, gak gak ga ada" bantahku padanya

"Mbok bakso satu sama air mineral dingin dua" dia malah berteriak pada perempuan yang ada dibelakangnya , dan itu tandanya aku benar-benar tidak bisa membatalkan pesananku sekarang.

"mau lo tuh apa sih, udah gue bilang gajadi." Kesalku

"Lo mau gue dipecat ya? Atau gapunya duwit buat bayar? Yaudah gue bayarin"katanya sok

"enak aja lo ngomong. Lo tuh siapa sih?ngapain lo disini?" sebenarnya aku malas bertanya namun penasaranku sudah memuncak

"tadi katanya gamau tau" ejeknya padaku

"emang gue gamau tau, nanti anterin ke meja yang ada disitu." Akupun menunjuk tempat Aleya duduk dan meninggalkannya dengan wajah kesal namun pensaran, bingung aja siapa dia. Tadi pagi jadi pelajar lah sekarang jadi pelayan kantin.

Akupun duduk disebelah Aleya yang masih mengotak-atik Handphone nya.

"ini uang lo, tadi pakek uang gue aja yang pas"jelasku pada Aleya,memang tadi aku sengaja memberi uang pas agar aku tidak berlama-lama disana

"oh makasih" ucap Aleya senang

"permisi, ini pesanannya" seru seseorang dari belakangku. Aku kembali memutar bola mataku malas melihat wajah itu untuk ketiga kalinya, namun aku harus bersikap biasa saja karena aku tidak ingin Aleya mencurigaiku.

"oh makasih" ujar Aleya padanya.

Cowok itu pun meninggalkan meja kami, namun aku rasa senyum tipis meluncur dari bibirnya sebelum dia berlalu.

"loh dir, kok ada surat sih diminumannya?" tanya Aleya padaku setelah melihat sepucuk surat menempel di minumanku

"coba sini biar gue baca" aku pun merebut surat yang ada ditangannya Aleya, aku hanya khawatir jika surat itu dari cowok tengil tadi.

"makasih karena tadi padi udah mau ngobrol sama gue

Itu alasan gue buat nabrak lo

Jan mikirin gue ntar pusing, gue gak mau lo pusing

Ps : boleh nabrak balik ^ ^ "

"astaga!! Ni cowok kena penyakit apa coba. Lucu juga sih sebenarnya, ih Dira sadar dir" pikirku setelah membaca surat dibotol minumanku dan tanpa ku sadari sebuah senyum tipis tersungging jelas di bibirku.

"surat apa sih Dir?" tanya Aleya penasaran, dan aku terpaksa harus menyembunyikannya

"oh bukan, cu cu ma ehmm itu kertas gak sengaja nempel, soalnya isinya rumus mate-matika" aku berbohong.

"oh yaudah"

Ingin rasanya kubuang surat itu jauh-jauh dariku, namun sepertinya tanganku tak sejalan dengan fikiranku. Entah apa yang terjadi rasanya sulit untuk membuang kertas itu, dan yap kuputuskan untuk menyimpannya. Sepertinya aku perlu berobat? Mungkin.

"kelas yuk dir" ajak Aleya saat makanannya sudah habis

"yuk"

Kutolehkan kepalaku kebelakang, entah apa yang di mau oleh diriku sebenarnya. Dan entah kenapa mataku bisa sampai pada satu tujuan saja, entah kenapa fikiranku sampai pada satu titik saja, yaitu mencari, mencari yang sudah tidak ada ditempatnya. Yap laki-laki nyebelin yang menjelma menjadi seorang pelayan kantin.

LITTLE THINGS [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang