"pagi semua"ucap Dira penuh semangat pada kedua orang tuanya kala dia turun dari tangga untuk sarapan pagi sebelum berangkat sekolah.
"pagi sayang.."balas Andhini.
"yaudah yuk makan, Ayah udah laper" ajak Bayu pada anak gadisnya itu.
"Dira, tolong ambilkan susu di dapur" perintah Andhini pada anaknya.
"siap" balas Dira lalu beranjak ke dapur yang hanya berbatas tembok dengan ruang makan.
Sambil terus mengawasi anaknya berjalan ke dapur, Andhini mengeluarkan sebotol cairan berwarna putih bening yang dia masukkan ke dalam makanan milik Dira. Dia melakukannya dengan sangat hati-hati, mungkin agar anak perempuannya itu tidak curiga padanya.
Kembali, air mata keluar dari mata Andhini, secercah harapan yang dia songsong semenit yang lalu lantas pergi bersama meluncurnya bulir-bulir kristal yang keluar dari kedua matanya.
"semuanya akan baik-baik saja" ucap Bayu menenangkan istrinya. Langsung disekanya air mata yang keluar kala mendengar derap langkah seorang Dira mendekati ruang makan.
"nih" kata Dira seraya menaruh dua gelas berisi susu yang baru saja dia ambil dari dapur.
"yaudah, Dira makan ya.."
"kok makanannya pahit sih"ucap Dira ditengah-tengah kunyahannya yang belum dia telan.
"pahit bagaimana? Mungkin lidah kamu yang pahit. Nanti lama-kelamaan juga tidak akan pahit"jawab Bayu atas keluhan putrinya itu, dia sangat yakin bahwa rasa pahit yang di rasakan putrinya akibat cairan bening yang dimasukkan Andhini kedalam makanan Dira, namun apa daya.. Bayu tidak bisa berbicara banyak tentang hal itu.
Rasa sesak menyelimuti dada Andhini, dia merasa seakan dia sudah tidak kuat lagi untuk melihat semua ini, terlebih ini akan terjadi setiap hari. Mulutnya kelu untuk menyantap sesendok makanan sekalipun, lidahnya terasa lebih pahit daripada yang Dira rasakan, nafsu makannya hilang kala mendengar putrinya mengeluh tentang makanannya. Namun sama seperti suaminya, dia juga tidak bisa berbuat apa-apa.
Seusai menyantap sarapan bersama, Dira berangkat sekolah dengan diantar oleh sopir pribadinya, hari ini Devano tidak pergi menjemputnya karena harus ke rumah sakit terlebih dahulu, katanya Valen tak bisa tidur semalaman karena ingin bertemu Devano.
***
Rasa pahit masih terasa jelas dilidah dira, dia berkali-kali menelan ludahnya agar rasa pahit itu hilang namun rasa pahit itu justru bertambah.
"Dir, pinjem buku lo dong" pinta Fahri seraya menyenggol kursi Dira yang ada didepannya.
"ambil aja di tas gue, gue ngantuk banget...huah.." jawab Dira desertai uapan tanda bahwa ia benar-benar mengantuk.
"gak biasanya lo ngantuk kayak gitu"sahut Aleya
"tau nih, mungkin karena tadi malem gue gak bisa tidur gara-gara mag gue kambuh"balas Dira
"makannya kalo disuruh makan tuh makan, kebiasaan banget lo tuh"sungut Aleya lalu memalingkan kepalanya dari wajah Dira.
"iye iye.."jawab Dira yang juga melakukan hal yang sama pada Aleya yaitu membuang mukanya ke arah tembok.
.......
Menghabiskan siang yang mulai berganti menjadi senja bersama genggaman tangan yang tak ingin terlepaskan, menatap lurus kedepan namun pada arah yang sama, berfikiran kemana-mana namun tetap satu tujuan. Tak saling bicara namun saling mengerti, tak saling mendengar namun saling memahami, tak saling berpelukan namun kenyamanan luar biasa yang menyelimuti.
KAMU SEDANG MEMBACA
LITTLE THINGS [selesai]
Teen Fiction#241 [170317] Ini novel pertamaku jadi aku masih belum paham soal kepenulisan novel mohon maklum kalau banyak typo, salah EYD, semuanya. apalagi kalau ceritanya absurd banget. Makasih yang udah baca.