45. First

879 51 1
                                    

Flashback on [1]

"Dok saya harus bicara dengan anda"pinta Maya berkali-kali pada Dokter Roy, air mata tak henti-hentinya mengalir membasahi pipinya. Namun Dokter Roy masih menghirauakannya dan terus berjalan cepat meunju ruangannya.

"Dok saya mohon..." sekali lagi Maya masih berusaha membujuk Dokter Roy.

"saya tidak bisa Maya, Papamu pasti akan marah pada saya"tolak Dokter Roy seraya terus berjalan cepat diiringi Maya dibelakangnya.

"kalau begitu jangan beri tahu papa" ucap Maya, nadanya semakin tak beraturan karena tak henti-hentinya menangis.

"kamu tau yang akan kamu lakukan?! Kemungkinan terbesar kamu tidak akan selamat! Bagaimana caranya menyembunyikan putri dari ayahnya?!"jelas Dokter Roy sedikit membentak. Kaki mereka juga sudah berhenti tepat di depan ruangan milik Dokter Roy.

Maya tertegun, apa yang dikatakan Dokter Roy sangatlah benar.

"saya tau resikonya, tapi saya tidak bisa membiarkan Aldi pergi..."lirih Maya kembali ngotot dengan kemauannya.

"kamu ikut ke ruangan saya" tandas dokter Roy lalu masuk kedalam ruangannya diikuti Maya.

Dokter Roy menghembuskan nafasnya berat, ditatapnya dengan nanar perempuan yang sedang tertunduk dengan air mata mengalir tersebut.

"Maya, resikonya sangat besar untuk kamu" ujar Dokter Roy kembali mengingatkan Maya akan resiko yang harus dia hadapi.

"saya tidak peduli.. Aldi harus selamat dok, saya sudah siap mendonorkan ginjal saya pad-" tegas Maya yakin tentang keputusan bodohnya tersebut. Namun perkataannya terpotong oleh...

"MAYA DIAM!!" teriak laki-laki di depan pintu. Amarahnya meluap-luap.

"Dev..Dev vano" sebut Maya gugup pada laki-laki yang sudah menatapnya penuh amarah.

"lo pengen donorin ginjal lo buat Aldi? Hah?!" bentak Devano membuat siapapun yang ada disana pasti akan takut. Devano memang jarang sekali marah, sekalinya marah pasti seperti ini.

Maya menganggukkan kepalanya pelan lalu mengangis sejadi-jadinya.

"cukup Aldi aja yang ngebuat gue khawatir... lo jangan May, apa bedanya kalo gue kehilangan lo atau Aldi? Sama sama menyakitkan may..." ucap Devano sedikit halus lalu merengkuh tubuh Maya dan mengelus rambutnya.

"gue gak pengen dia pergi dev..." sekali lagi Maya tetap saja keukuh dengan keputusannya.

"gue juga may, tapi jangan korbanin nyawa lo"bujuk Devano agar Maya mau mengurungkan niatnya.

"gue nyerah dev, gue gak bisa lagi liat dia kayak gitu. Dia berharga buat gue"lirih Maya dalam pelukan Devano.

"kita pikirkan cara lain".

Flashback off

####

Hari ini adalah operasi ginjal Aldi, seperti yang sudah direncanakan Dira dan Devano akan berangkat ke Rumah Sakit saat jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Sesuai jadwalnya operasi tersebut akan dimulai pukul 7 malam, namun mereka berdua memutuskan untuk datang lebih awal.

05.00 P.M

Devano terus fokus pada jalan yang dia lalui untuk sampai di rumah sakit tempat Aldi akan menjalankan operasinya, tangan kanannya dia gunakan untuk menyetir mobil sedangkan tangan kirinya dia gunakan untuk menggenggam tangan Dira.

"Kak Aldi akan sembuh kan?" sedari tadi pertanyaan itu terus dilontarkan oleh Dira. Anggukkan kecil menjadi jawaban Devano.

"Dev... bagaimana kalo operasi-" cemas Dira mengkhawatirkan ini itu namun langsung terpotong oleh Devano yang mendadak menghentikan laju mobilnya.

LITTLE THINGS [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang