"loh Devano nya mana?"tanya Dira pada Maya dan yang lainnya kala dia baru saja datang ke kantin dan tak mendapati Devano ada disana.
Aleya yang benar-benar tidak mengetahui keberadaan Devano hanya mengangkat kedua bahunya secara bersamaan. Sedangkan Aldi masih saja berkutat dengan game online nya seakan tidak akan ada hari esok untuk bermain ponsel.
"Maya mana juga?"Fahri berbalik bertanya karena sedari tadi Maya juga tidak menunjukkan batang hidungnya.
"ngilang aja sono!!"gumam Dira sebal karena Devano tak kunjung datang.
Dengan kasar Dira menggeser kursi belakangnya untuk dia tempati bersama yang lainnya.
"ih.. kak Aldi handphone mulu deh"kesal Dira yang melihat Aldi mencuekan kehadirannya karena asik bermain ponsel.
"eh.. kok diambil"ucap Aldi menatap Dira setelah ponselnya direbut Dira secara paksa dari genggamannya.
"biarin"sungut Dira tak kunjung mengembalikan ponselnya Aldi.
"siniin dir, entar kaka kalah mainnya"pinta Aldi memelas pada Dira.
Namun Dira malah cekikikan melihat wallpaper Aldi yang terampang foto seorang Maya bersamanya di sebuah taman kota. Dira pun membuka-buka galeri foto ponselnya Aldi untuk tau apa saja isinya.
"kok dibuka galerinya"ucap Aldi yang tak sengaja mendapati Dira membuka buka galerinya hingga men scroll sampai bawah.
"ih.. kak Aldi dulu mirip deh sama Fahri, tapi sekarang kaka agak iteman."ujar Dira antusias kala melihat foto Aldi yang masih menggunakan seragam SMP yang menurutnya saat itu wajah Aldi ada sedikit kemiripan dengan Fahri.
"jadi udah berani ngeledek kaka?"tanya Aldi yang membuat tawa Dira semakin pecah.
"Dir"teriak Maya dari kejauhan memanggil nama Dira.
Dira yang sedari tadi manatap layar ponsel milik Aldi pun langsung terfokus pada Maya yang mulai berjalan mendekat membawa sebuah kertas.
"dari mana lu?"tanya Fahri.
"nih buat lo dir"ucap Maya belum menjawab pertanyaan Fahri. Dia menyodorkan sepucuk surat pada Dira, sepucuk surat yang robekannya tak rapi. Dan dari situ Dira menyimpulkan bahwa itu adalah pemberian Devano. lalu kenapa dititipkan ke Maya?
"dari Devano?"tanya Dira setelah menerima surat tersebut.
"buka aja"
Seraya memojokkan dirinya dari yang lain, Dira mulai membaca surat tersebut.
"UDAH LAMA GAK GUE KASIH SURAT YA,
HEMM MAAF YA DIR KARENA BIKIN LO NYARI GUE
GUE HARUS NGANTER VALEN BEROBAT. 10 HARI LAGI BALIK
JAN LUPA MAKAN YA SAYANG...
AKU JANJI AKAN MEMBUAT MAKANAN KAMU GAK PAHIT LAGI.
DEVANO MASIH HIDUP, JADI JANGAN RINDU.
SIMPAN SAJA RINDU KAMU, SIAPA TAU SUATU SAAT NANTI KAMU BUTUH.
JANGAN MIKIRIN AKU YA... LOVE YOU DIRAA"
Dira tersenyum tipis membaca tulisan yang dibuat oleh Devano tersebut, namun dalam lubuk hatinya dia tidak pernah rela harus melepas kembali Devano untuk beberapa hari.
"kemarin robekannya gak rapi. Sekarang tulisannya ikutan ancur"batin Dira kala menyadari bahwa tulisan Devano sedikit berantakan dibandingkan sebelum-sebelumnya.
Disisi lain Maya yang menatap punggung Dira sudah tak mampu lagi menahan airmata yang siap meluncur dari kedua pelupuk matanya. Disekanya dengan cepat air mata yang baru sampai disudut matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LITTLE THINGS [selesai]
Jugendliteratur#241 [170317] Ini novel pertamaku jadi aku masih belum paham soal kepenulisan novel mohon maklum kalau banyak typo, salah EYD, semuanya. apalagi kalau ceritanya absurd banget. Makasih yang udah baca.