Part.18 Dari Devano

1.1K 57 1
                                    

Kiss you-1D



"ikut gue" dia menarik tanganku entah kemana, akupun hanya mengikuti langkahnya.

.......

"ruang guru?" tanyaku seraya mengangkat alisku tak mengerti.

"lo temui Pak Jamal, bilang disuruh Devano ambil buku anak kelas 10 Biologi 7"pintanya padaku.

"Pak Jamal? Apa hubungannya coba?"tanyaku sekali lagi sebelum menuruti perintahnya.

"udah.. lakuin aja" jawabnya singkat.

Akupun mengikuti kemauannya, kumasuki ruang guru dengan mengucapkan salam lalu menghadap ke Pak Jamal yang sedang sibuk menilai tugas siswa-siswanya.

"permisi pak, saya disuruh Devano buat ambil bukunya anak kelas 10Biologi 7"ujarku dengan sopan dan halus.

"oh itu ambil saja tumpukan buku di ujung meja, sekalian nanti bilangin ke Devano suruh cium Dira aja, soalnya itu kado paling simple namun romantis."ucapnya sambil terus menghadap buku salah satu siswanya.

"Dira?" ucapku spontan sambil meneguk ludahku kasar. 'Devano pasti melakukan hal bodoh sekali lagi, dasar pacar soplak!! Pantes aja lu gesrek, guru lu aja pikirannya gitu'gumamku.

"pokoknya nanti kamu bilang saja ke Devano suruh nyium Dira."ujarnya sekali lagi.

"baik pak" patuhku. 'tapi kalo soal cium cium maaf gak bisa pak'batinku setelahnya.

Dengan mengikuti perintahnya, aku mengambil setumpuk buku yang ada di ujung meja milik Pak Jamal, kutaruh sedikit demi sedikit buku-buku itu ditanganku, hingga gerakan tanganku melambat kala aku menemukan sebuah buku bertuliskan Devano Ardani. Kusisihkan buku Devano dari buku-buku yang lainnya lalu kutempatkan buku Devano di bagian paling atas, lalu aku keluar dari ruang guru.

"berat..." keluhku kala aku sampai dihadapan Devano yang tengah asik memandangi orang-orang yang berlalu lalang.

"sini gue pegangin" ujarnya seraya mengambil alih semua buku itu dari tanganku, namun dengan gerakan cepat aku menahan buku yang sudah aku sisihkan dibagian paling atas dari tumpukan tersebut.

"rupanya sudah ada yang tahu apa yang bakalan gue berikan"serunya sambil merapikan salah satu buku yang hampir terjatuh kelantai karena ulahku yang tak sengaja menyenggol buku dibawahnya akibat menarik buku Devano.

"lo sih gak pinter bikin kejutan, lo ngerjain Pak Jamal ya? Sampe sampe dia nyuruh lo buat..."perkataanku menggantung, malu luar biasa bila aku mengatakan hal itu, sebenarnya aku yakin bahwa Devano tidak akan melakukannya namun tetap saja aku tak ingin mengatakannya

"nyuruh buat apa?"tanya Devano setelah aku menggantung perkataanku.

"anu, itu loh, anu, ehmm, oh ya tugasnya terakhir besok" ujarku terbata-bata mencari alasan yang tepat.

Kubuka buku Devano, mataku benar-benar terbelalak melihat isi dari buku tersebut, semua perhatianku tertuju pada kertas putih yang hanya bertuliskan "Happy Birthday Dira" di seluruh halamannya tanpa ada tulisan yang lainnya, kecuali pada halaman terakhir yang bertuliskan satu kalimat yaitu "MAAF YA PAK JAMAL, FIKIRAN SAYA MASIH DI DIRA, BAPAK BISA KASIH SAYA IDE BUAT KADO ULTAHNYA CALON ISTRI SAYA GAK?"

"ih... Devano!! malu tauk!!" teriakku, kini wajahku benar-benar memerah seperti kepiting rebus.

"biarin malu, yang penting mau" ucapnya santai.

"ah tau ah, ngambek gue"kesalku sambil membelakanginya.

"ikut gue yuk ke kelas gue" ajak Devano yang menghancurkan aksi ngambekku.

****

@kelas Devano

"lo ngapain diem aja didepan pintu kayak patung selamat datang?" tanya Devano setelah menyadari bahwa aku tak mengikuti langkahnya untuk masuk kedalam kelasnya, sebenarnya aku hanya merasa canggung jika masuk ke kelas orang lain tanpa ada tujuan.

"udah ayok"ajaknya menarik tanganku masuk

Aku hanya pasrah.

DEG.....

Sebuah rentetan huruf bertuliskan DIRA yang terbuat dari abu adalah hal pertama yang aku lihat saat memasuki ruang kelas Devano.

"dev.."kataku lirih memanggil nama Devano.

"iya sayang.." jawab Devano dengan embel-embel sayang dibelakangnya.

"HAPPY BIRTHDAY DIRA AULIA"teriak semua orang yang ada dikelas, kudapati beberapa temanku dan teman Devano ada disana.

"makasih.."jawabku dengan mata yang berkaca-kaca.

"dev..."kataku lagi dengan lirih menyebut nama depan Devano.

Devano beralih menuju hadapanku dengan membawa satu buket bunga mawar merah dan putih.

"nih buat lo, bukan kembang kamboja lagi kayak waktu itu, bisa dilihat dari haraganya, gue bawa nota pembayarannya kok, mahal nanti uangnya tolong diganti ya.." ujarnya yang membuatku tersenyum sambil terus menulang memori dimana Devano memberiku bunga kamboja langsung dari kuburan.

"dev..."panggilku kembali lirih.

"dengerin gue, maaf telat.. ini juga bukan ide gue tapi idenya temen-temen lo, dan sekali lagi gue butuh lo, jadi tetep stay sama gue ya dir..." tuturnya halus sambil menggenggam tangan kananku dan mengusapnya halus.

"ini sudah lebih dari cukup sayang.." balasku seraya menerima bunga pemberiannya, entahlah kata itu meluncur dengan mudahnya dari mulutku, apakah aku sudah terbiasa dengan Devano?

"APA? Lo panggil gue apa tadi?" ujar Devano keras sambil mencondongkan telinganya agar aku mau mengulangi perkataanku sekali lagi.

"gak ada pengulangan! Lu kira ini pertandingan bulutangkis?" ketusku.

LITTLE THINGS [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang