Part.27 Titik Terang

1.1K 52 0
                                    

24k magic-Bruno Mars





Hari menyibukkan berlalu juga, saatnya menikmati hasil jerih payah yang kemarin sempat membuat semua orang kuwalahan, yap bazar tahun pertamaku di SMA diadakan malam ini. Dengan menggunakan seragam kelas yang dibalut oleh jas khas anak osis aku dan semua anggota osis mengawali acara ini dengan bernyanyi bersama diatas panggung yang sudah disediakan.

"dir" teriak Aleya dari belakang.

"iya sebentar" aku berjalan menuju kearahnya sambil membalas senyum semua orang yang juga tersenyum padaku.

"gila, seru banget!!" teriak Aleya bahagia ketika aku sampai dihadapannya

"siapa dulu dong yang nyiapin?" ucapku sombong.

"iye iye yang mentang-mentang anak osis" cibir Aleya.

"dir, akhirnya sukses juga" ujar kak Maya sambil berjalan.

Aku hanya tersenyum simpul kearahnya.

"gue jadi gak sabar buat event akhir tahun" ucap kak Maya dengan mata yang bersinar

"aku juga kak. kak gimana keadaannya? Apa udah membaik?" tanyaku tanpa menyadari bahwa Aleya masih ada disampingku.

"kabarnya siapa dir?" tanya Aleya seketika.

Aku hanya menatap kak Maya tanpa menjawab pertanyaan Aleya barusan.

"le, gue dan Dira pengen ngomong sama lo, tapi gak disini"

Aku ganti menatap Aleya yang sedang mengernyit tak mengerti.

***

"apa? Kalian bertiga sebenernya temenan?" kaget Aleya mendengar semua cerita yang baru saja kak Maya ceritakan.

Aku dan kak Maya hanya mengangguk.

"trus kenapa kak Aldi gak benci sama kak Maya, maksud gue.. kenapa Cuma Devano aja yang dia benci?"tanya Aleya kembali

"karena Aldi tau kalo Devano juga suka sama Dira, dia berfikir bahwa Devano telah merusak seluruh cerita hidupnya, gue gak tau lagi harus gimana, gue tau lo cinta sama Aldi, tapi ada hal yang perlu lo tau, Aldi sayang banget sama gue maka dari itu dia gak bisa benci sama gue" jelas Kak Maya dengan nada yang semakin menurun.

"dan kak Maya juga suka sama Kak Aldi?" tanya Aleya sendu

"apa yang harus gue katakan, gue gak mau lagi bohongin diri gue sendiri maupun orang lain, karena gue gak mau semuanya terulang untuk ketiga kalinya" kata Kak Maya sambil menundukkan kepalanya.

"kak..ini bukan cuma tentang cinta, tapi ini tentang persahabatan kalian, seperti gue yang gak pengen kehilangan Dira, lo juga gak pengen kehilangan mereka berdua, gak penting seberapa besar cinta gue ke Aldi, yang terpenting sekarang adalah kita sama-sama bikin Aldi kuat menjalani hidup, lagian gue sama Aldi juga gak akan bisa bersatu, pada dasarnya kita udah beda, keyakinan kita beda, semuanya beda!!" kata Aleya berusaha tegar.

"le, maafin gue ya.. gue gak bermaksud" ucap kak Maya lirih

Aleya pun tersenyum sambil memeluk kak Maya, gue rasa hal terepenting dari semua ini adalah kita mendapatkan lebih banyak teman dikala susah, bukannya kehilangan teman dikala senang, karena tidak semua yang menyenangkan itu indah.

"Maya.. Aleya.. udah ya dramanya gentian gue sama Dira" ucap Devano dari belakangku yang langsung dihadiai tawa oleh mereka berdua.

"ikut gue yuk" ucapnya sekali lagi sambil menarikku menjauh dari Aleya dan kak Maya.

***

"indah ya dev sekolah kita kalo malem-malem" kataku saat kami sampai di lantai tertinggi dari sekolah ini.

"beruntung amat nih sekolah, diem aja udah dapet pujian dari lo. Lah gue?" keluh Devano yang membuatku menahan tawa.

"sini duduk" ucapnya sambil menepuk-nepukkan tangannya di tempat kosong yang ada disampingnya.

"nih buat lo" ucap Devano sambil menyodorkan secarik kertas yang sobekannya tak rapi.

" DIRA AULIA

LO KOK BELUM BALAS NABRAK GUE

GUE TUNGGU  ^ ^

-Pecinta Dira-"

Aku tersenyum membacanya, aku menyenggol bahunya dengan bahuku.

"Cuma ini aja?" tanyaku sambil menengok kearahnya.

"lo liat gue" pinta Devano, akupun mengikuti permintaannya, kutatap dia dengan lekat begitupun dia padaku.

"gue cinta sama lo, maaf kalo gue belum bisa ngungkapin hal itu dengan hal yang normal seperti cowok-cowok lainnya, maaf kalo gue belum bisa ngasih lo segalanya, maaf gue gak bisa jadi cowok romantis yang ngasih coklat dan ngajak jalan ke tempat mahal, maaf gue belum bisa jadi cowok yang patut lo banggain, maaf kalo belum puas" lanjutnya

"dev, lo gak bisa bikin gue seberuntung cewek lainnya, tapi lo bisa bikin gue setia. gue gak akan pernah puas sama apa yang lo beri, karena gue gak pengen ada kepuasan dalam diri gue , gue masih pengen denger kata-kata jelek lo itu. lo udah bikin gue berhenti pada 2 titik, yang pertama cinta, yang kedua kasih." jawabku lirih.

"jangan cantik cantik ya.. ntar sainganku banyak" tuturnya

"tetep butuhin gue ya.." balasku.

dia hanya tersenyum tanpa berucap satu patah katapun lagi.

"kenapa gak nyoba buat pertahanin hubungan lo sama kak Aldi?" tanyaku sedikit ragu.

"hubungan itu udah kayak Handphone yang kemasukan air, ketindes mobil pula, udah ancur" jawabnya santai.

"diperbaiki kan bisa? kalo gak bisa ya.. beli yang baru trus dijaga baik baik" balasku seraya menetapnya.

"gue kangen dir sama dia, gue kangen maen PS sama dia, gue kangen tidur bareng dia, gue kangen mandi bareng dia walaupun itu udah lama." ucapnya seraya tersenyum getir, namun aku melihat ketulusan dimatanya.

"semuanya bakalan baik-baik aja. lo percaya sama gue" ucapku balik.

***

"kak.." panggilku lirih pada Aldi, aku memutuskan akan menemuinya malam ini setelah bicara dengan Devano.

"ada apa?" tanyanya datar

Aku duduk disampingnya..

"ada banyak hal yang gak gue ngerti dari diri lo. Pertama, kenapa lo ganteng? Kedua, kenapa lo dicintai banyak wanita? Hari ini gue dapet jawabannya, untuk jawaban yang pertama adalah lo ganteng karena kak Maya do'ain lo. Kedua, lo dicintai banyak wanita karena Aleya membebaskan lo dari kasih sayangnya yang teramat." Aku menarik nafasku lalu mengehmbuskannya

"kak Maya selalu ingin yang terbaik buat lo, dukung lo, temenin lo, memberikan segalanya buat lo, begitupun Devano.. sosok yang gak pernah pengen lo kenal lebih dalam. Aleya mau menyiksa hatinya agar lo bisa deket sama gue, dia mau mengalah dengan segala cinta yang dia miliki. Apa coba yang kurang dari hidup lo? Lo emang lemah kak, bukan karena lo penyakitan.. tapi karena lo gak bisa ngebalas ketiga orang itu." Lanjutku...

Dia menoleh kearahku.

"lo bener dir, lo bener.. tapi apa yang bisa gue perbuat? Gue pengen mereka semua jauhin gue, gue pengen hidup sendirian hingga waktu menjemput gue, gue gak pengen ada orang yang nangisin gue, gue gak tega ngeliat mereka jatuh diatas kuburan gue." Ucapnya seraya tersenyum getir.

"itu alasan lo benci sama Devano? itu alasan lo bikin kak Maya nangis? Itu alesan lo bikin Aleya jatuh?" tanyaku dengan nada tinggi.

Dia hanya menunduk meratapi apa yang telah dia perbuat.

"kak.. apa pernah mereka ngeluh soal lo? Apa pernah mereka bilang lelah punya temen kayak lo? Lo tau seberapa khawatirnya kak Maya sama lo? Lo tau seberapa kangennya Devano sama lo?" tanyaku

"kalo gak bisa diperbaiki, lo bisa beli yang baru dan jaga baik-baik" ujarku dan setelah itu berlalu dari tempatku.

LITTLE THINGS [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang