Ada yang beda, sungguh.
Tatkala mata itu disandingkan dengan sepasang mata lain, atau sekadar membandingkan dengan aneka ciptaan yang terhampar di seluruh roman polosmu.Mata itu, matamu.
Ada nuansa berani yang terlampau memikat.
Ah, mungkin perasaanku saja, atau bisa jadi,
perasaan ini juga dirasakan oleh setiap lelaki yang menyadari ada keganjilan.
Ganjil, benar. Sesuatu yang ganjil namun menggenapkan.Ah, andai saja aku boleh memberi saran, jangan terlampau sering memamerkan mata itu. Karena, Mata itu punya ketajaman yang dalam.
Siapapun yang terjebak, rasanya akan butuh waktu lama untuk kembali muncul ke permukaan..
Bukan, bukan maksud mengagumi terlampau membabi buta.
Hanya saja, setiap penjelasan perihal matamu.
Terlampau sayang jika hanya diungkap dengan kata-kata biasa.Aku, bisa saja dengan mudahnya membuat lima paragraf panjang yang menjelaskan perihal mata itu.
Tapi siapapun yang memahami, paham perihal mata dan kedalaman hati.
Tak kan pernah puas hanya dengan lima paragraf itu.Matamu, benar, mata itu.
Mata milikmu tak sesederhana yang kau bayangkan, lebih istimewa dari yang selama ini seringkali kau nikmati.
Ada banyak pancaran yang terasa mengalirkan beragam pesona.
Pesona keindahan.Dan apakah kau tahu kemana muara keindahan itu?
Tepat, segala keindahan menuju pada yang satu.
Sang Maha Tunggal, manunggal.

KAMU SEDANG MEMBACA
Puisi Tanpa Diksi
PoesíaAku jatuh cinta pada sedikit hati. Maka saat mencintai, aku mencurahkan begitu banyak rasa. Tentu, aku tidak terima saat yang lain lebih menarik perhatianmu. Ketika cemburu seperti itu, izinkan aku marah. Aku berjanji, akan jadi pemarah yang terus b...