Tak ada yang salah dengan mataku. Keduanya masih kamera tercanggih untuk memotret pesona gadis manapun. Tapi sepertinya hatiku mulai tidak normal.
Kehadiranmu sudah seringkali ku ganti dengan yang lain. Tapi nyatanya, yang lain tak selalu bisa mengisi kekosongan yang kau tinggalkan. Ada banyak kenangan yang kau perankan, dan itu terlampau mengesankan.
Aku berbohong jika berkata semua masih baik-baik saja. Semenjak menemukanmu, semua memang semakin baik. Kita memang tak sering menatap, tapi saat kau milikku rasanya melakukan apapun aku tak pernah sendiri. Kau selalu menelusup hadir disela waktu yang menyibukkanku. Memberikan senyum itu, aku senang, meski hal itu hanya sebatas fantasi. Kemudian kau pergi, membawa serta semua fantasi itu. Dan kini segalanya nampak tak baik.
Aku harus bagaimana, sering, sudah teramat sering aku meyakinkan diri bahwa aku mudah mendapatkan siapa saja yang lebih baik darimu. Tapi hati, hati yang sudah tak normal ini menginginkan kamu.
Katanya, Cukup kamu saja, bukan yang lebih baik. Hati itu mengharapkan kamu saja, lengkap dengan segala kekuranganmu. Kekurangan yang dulu sering jadi alasan pertengkaran ringan kita.
Jika aku buru-buru, aku tidak mungkin menunggu.. Jujur, diam-diam aku juga menabung rindu. Rindu yang berbeda, rindu sekarang adalah rindu yang tak bertuan. Rindu yang akan selalu menghadirkan kenangan lama. Saat engkau masih pemeran utama.
Sepertinya, kita masih berjodoh. Berjodoh untuk saling menyakiti
20 Desember 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Puisi Tanpa Diksi
PoetryAku jatuh cinta pada sedikit hati. Maka saat mencintai, aku mencurahkan begitu banyak rasa. Tentu, aku tidak terima saat yang lain lebih menarik perhatianmu. Ketika cemburu seperti itu, izinkan aku marah. Aku berjanji, akan jadi pemarah yang terus b...