Menang

250 6 0
                                    

Kami duduk bersebelahan. Dengan bahu yang sudah menempel beberapa kali. Situasi sedang mendukung.
"Boleh aku menciummu?" Kataku. Kata yang tak sempat aku sampaikan, hanya berputar-putar di pikiranku, sendiri. Aku resah, tapi ingin. Aku ragu, tapi mau, banget!

Deg-degan dicampur penasaran. Mumpung cuma berdua saja. Kapan lagi ada momen seperti ini. Selepas menceritakan banyak hal, sesi ini harus berakhir spesial.

Aku memutar badan. Menatap keseluruhan tubuhnya, dan fokus pada target utama. Sekilas aku sudah siap jika usaha ini akan berakhir dengan penolakan. Atau yang lebih buruk, sebuah tamparan keras yang bikin jejak di pipi. Aku ragu, tapi masih mau.

Aku mendekatkan wajah, berusaha memangkas jarak. Kini, bulu-bulu halus di pipinya semakin terlihat jelas. Aku sengaja berhenti di jarak tiga senti, menghembuskan sedikit nafas di dekat pipi kirinya, memberikan Tiara keleluasan untuk menolak jika ia mau. Tapi, Tiara hanya diam, sepertinya ia kaku. Aku tahu dia berjuang keras untuk tetap melihat ke depan. Dan seolah tidak tahu menahu tentang usahaku.

Merasa mendapat lampu kuning, aku bersiap-siap. Menyiapkan hati, kembali memangkas jarak yang masih tersisa tiga senti. Bibirku berhasil bertamu di pipinya. Satu kecupan ringan mendarat, tidak terlalu mulus. Tiara masih diam.

Dua kecupan ringan, tiga kecupan ringan, dan empat, mmmuach. Aku memberikan penekanan yang lebih pada kecupan keempat. Tiara tidak menolak, ia masih diam. Dan aku tidak akan tinggal diam.

Tangan kananku meraih ujung dagunya, menarik wajah miliknya untuk menatapku. Dia cantik, hidungnya lucu, dan alisnya asli. Kami saling berpandangan. Aku tersenyum kecil, menutupi gerak jantung yang berpacu tak menentu.

Aku membulatkan tekad. Menyelesaikan "niat jahat" untuk kembali mengunci target utama. Lagi, aku mendekatkan muka. Menuntun bibirku untuk menyapa bibir miliknya.

Atas izin semesta, bibir kami akhirnya bertemu. Aku memberi satu kecupan sederhana. Kemudian menarik diri sesudahnya. Lalu. Aku kembali mendekat, memberanikan diri memberi sedikit lumatan. Aku suka aroma parfum ini, aku suka aroma bibir ini, aku juga suka aroma keringat ini. Dan adegan selanjutnya, aku tidak sedang ingin menceritakannya di sini.

Usaha memang tidak pernah mengkhianati hasil. Meski mulanya ragu, asal kau mau. Kita sudah sepakat kan, yang mau berjuang, pasti menang, menang banyak :D

Puisi Tanpa DiksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang