Atas Semua Doamu, tentang Kebersamaan Ini

440 5 0
                                    


Aku masih ingat, saat kau rangkulkan kedua lenganmu ke tubuhku. Kita naik motor bersama-sama. Bergegas agar mendekat pada tujuan. Kau membuat ikatan jemari agar pelukan itu terkunci. Seperti sebuah simpul tali yang diikat mati. Dan meski hanya sebagian tubuhku yang berhasil kau dekap, rasanya keseluruhan ragaku terasa hangat. Bahkan sepertinya hatiku juga ikut terselimuti, tersapu sekaligus tersipu. Saat itu, tidak ada yang tahu bahwa sebenarnya aku semakin jatuh cinta.

Dengan pelukan itu, seolah beban yang kusandang semakin ringan. Hingga, aku akan senantiasa bersedia jadi sandaran ternyaman atas setiap beban berat yang kau perankan. Sembari terus melanjutkan perjalanan dan berhati-hati, tentu, aku senang atas pelukan disertai cubitan-cubitan ringan saat aku menggodamu. Dan sungguh, saat itu aku hanya merasa sudah jatuh cinta lagi berkali-kali.

Aku juga ingat. Kau pintar menampilkan wajah ceria. Dan ajaib, kemudian keceriaan itu berhasil menular padaku. Masih dalam serangkaian pelukan itu, lalu kau bercerita, tentang beragam tugas, tentang kisah yang membahagiakanmu, atau apa saja yang mengusik hidupmu. Aku seperti merasa bahwa cerita-cerita itu memang khusus kau sediakan hanya untukku. Aku lebih banyak tersenyum, membalas seperlunya, dan kau terus menyampaikan serangkaian kata lain, seperti tidak ada habisnya. Dan tentu, ada beberapa cerita yang sebenarnya minggu lalu sudah kau sampaikan. Tapi aku terus menyimak, karena melihatmu terus bersemangat adalah kebahagiaan tersendiri. Dan jujur, saat itu aku merasa tidak kekurangan cinta sama sekali.

Ya, kau memang suka bercerita. Kau selalu pintar berkisah. Saat kau mulai lelah dan kehabisan kata-kata. Kau merebahkan kepalamu di pundakku. Menarik nafas panjang lalu memenjamkan mata sebentar. Saat itu aku tahu, ada banyak perasaan yang tak terwakilkan oleh setiap kata-katamu. Dan sesekali, pelukanmu semakin kuat, seperti mampu membaca masa depan bahwa takdir tidak pernah memihak kebersamaan ini, hingga kau harus menipu semesta untuk menahanku lebih kuat dari biasanya. Dan tentu, aku tampil untuk menenangkan setiap gemuruh hatimu. Mencoba menyampaikan segala kemungkinan yang mampu melawan rasa takut kehilanganmu.

Lantas, waktu merubah banyak hal. Nyatanya, setiap cinta selalu butuh lebih dari sekadar rasa saling memiliki. Dan atas semua doa’mu tentang kebersamaan ini. Dan kepada jawaban Tuhan bahwa rupanya Dia lebih merestui sebaliknya, kita hanya harus terus bersyukur. Yah, waktu memang bisa menjanjikan merubah masa depan manapun. Tapi, ada satu yang tetap sama, setiap masa lalu dan kenangan tentangmu, tetap kubawa hingga kini. Hai masa lalu. Aku akan tetap ingat, saat aku mengatakan bahwa kau spesial, sampai kapanpun kau akan tetap spesial.

Puisi Tanpa Diksi
-Danasmara

Puisi Tanpa DiksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang