One Love - 29

1.2K 42 0
                                    

Part Sebelumnya, , ,

"Dengar! Papa memang membencinya karna dia bukan orang yang tepat untuk jadi menantuku, tapi bukan berarti aku juga rela kehilangan pegawai terbaik ku! Aku juga tidak menyangka hal ini akan terjadi! Ini diluar dugaanku!"
"Bohong! Aku tidak percaya akan ucapan Papa! Aku yakin Papa memang sudah merencanakan semuanya, iya kan?!" Lebay Karat terlihat begitu marah pada Gumara, Ia berdiri dari duduknya dan, , , ,

"PLAAKKK"

Lebay Karat menampar Gumara dengan sangat keras tepat saat Rajo dan yang lainnya tiba di ruangannya. Semuanya kaget atas apa yang telah dilakukan Lebay Karat.

"Pa!! Papa jangan emosi Pa!!" ucap Rajo yang mendekat menghampiri ayahnya untuk menenangkan ayahnya.

"Mara!! Sudah Mara!!" ucap Limbubu menenangkan Gumara.

"Sikap Papa yang seperti ini menunjukkan bahwa apa yang baru aku ucapkan adalah kebenaran yang sebenarnya!! Sesuatu yang telah Papa sembunyikan dariku!!" ucap Gumara yang menahan perih di bibirnya akibat luka bekas tamparan ayahnya.

Tapi itu tak seberapa dibandingkan luka perih di hatinya. Ia lalu pergi dari ruangan itu. Humbalang dan Limbubu berusaha mengejarnya, namun ditahan oleh Lebay Karat.

"Biarkan!! Biarkan dia pergi!! Jangan ada yang mengejarnya!! Anak itu benar - benar sudah keterlaluan!!" ucap Lebay Karat yang emosinya mulai sedikit mereda.

Tapi tak dapat Ia pungkiri hatinya juga perih saat mengetahui Pitaloka pergi dari mereka semua.

Gumara pergi ke semua tempat yang pernah Ia datangi bersama Pitaloka. Sekali lagi Ia berusaha untuk mencari keberadaan Pitaloka. Berharap sosoknya dapat ditemukan disana. Namun Ia tetap tak menemukan Pitaloka. Ia masih berusaha terus mencari keberadaan Pitaloka. Namun hasilnya tetap nihil. Ia mulai putus asa. Ia menelungkupkan wajahnya pada lipatan tangannya yang dilingkarkan pada stir mobil. Kemudian Ia mengangkat kepalanya sambil memejamkan matanya dan bersandar pada jok mobil. Lalu keluar dari mobil berjalan ke bibir pinggir pantai dengan langkah gontai. Matanya memerah menahan tangis dan amarahnya.

"Aaaaakkkkhhhhhhhh, , , ,!!" teriak Gumara.

Ia kepalkan kedua tangannya lalu berlutut tepat di pinggir pantai.

"Dimana kau Pitalokaaaaa, , ,?! Kemana lagi aku harus mencarimu?! Kenapa kau meninggalkanku? Apa salah ku sampai kau tega berbuat seperti ini padaku? Aku sangat mencintaimu Pita!!" teriak Gumara disela - sela tangisnya.

Dari kejauhan terlihat seorang wanita melihat keberadaan Gumara yang berteriak. Ia menangis terisak saat melihat Gumara.

"Maafkan aku!! Maafkan aku!!" ucapnya disela isak tangisnya. Ia pun lalu beranjak pergi dari tempat itu.

# # # #

Tanpa terasa waktu berlalu begitu cepat. Hampir satu tahun telah berlalu sejak hilangnya Pitaloka. Hari - hari Gumara di isi dengan sibuk mengurus perusahaan. Walau dalam kesibukannya, hati dan pikirannya selalu terbayang akan kehadiran Pitaloka. Sampai saat ini Ia masih belum bisa melupakan Pitaloka. Ia masih berharap akan kehadiran Pitaloka. Ia yakin suatu saat nanti Pitaloka akan datang.

Ia membuka laci meja kerjanya yang tak jauh dari ranjangnya. Terlihat sebuah kotak yang berisi sebuah cincin dan gantungan ponsel pemberian Pitaloka. Serta ponsel lamanya yang berisi foto kenang - kenangan keduanya. Ia menatap semua benda - benda itu. Lalu Ia sandarkan badannya di kursi kerjanya dan menatap ke arah luar jendela kamarnya.

"Iya aku segera kesana!!" ucapnya saat menerima telpon dari kakaknya.

Ia pun segera bangkit dan melajukan mobilnya menuju tempat yang sudah dijanjikan. Tak lama kemudian Ia pun sudah sampai.

One Love (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang