Part sebelumnya, , ,
Limbubu menyerahkan buku harian Pitaloka kepada Gumara. Ia ingin Gumara membacanya agar Gumara tahu bahwa Pitaloka tak pernah berhenti mencintainya.Gumara menerimanya dan langsung membuka buku harian Pitaloka dan membacanya perlahan - lahan. Halaman demi halaman. Lembaran pertama Ia membaca saat - saat pertama kali mereka bersama. Gumara tersenyum saat membacanya. Kemudian ia membuka lembaran berikutnya.
'Walaupun kita ada hanya sebagai cabang kecil, jika cabang tersebut menyerah, maka pohon benar - benar akan layu, karenanya, aku tidak akan pernah menyerah, bahkan jika sampai dingin datang dan daun berguguran, bahkan jika angin bertiup sampai cabang patah, aku akan bertahan bersama dengan pohon sampai akhir.
Takdir merupakan garis hidup, yang perlu di ingat adalah satu diantara sepuluh akan menghasilkan pelangi yang indah dan itu artinya perlu kesabaran, ketabahan dan selalu berharap akan kedatangan pelangi yang indah itu, setelah badai hujan menerpa.
Didalam setiap alunan melodi rindu, ada satu nada yang berbeda, seperti perasaan ganjil tentang cinta yang tidak semestinya yang satu ini kurasa. Jika suatu hari nanti tiba waktunya kau untuk mencintai, bisakah kau memberikan cinta kepada seseorang yang tidak sempurna?
Bagiku cinta adalah waktu dimana semua keajaiban dan keindahan langit terlukis di depan mata kita, seperti saat aku melihatmu.
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, seperti kata yang tak sempat di ucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu.
Aku ingin mecintaimu dengan sederhana, dengan isyarat yang tak sempat di ucapkan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.'Kemudian Gumara membuka lagi lembaran berikutnya. Ia terperanjat karna terdapat lukisan wajahnya. Namun di lukisan tersebut ada sedikit noda seperti tetesan darah walau hanya sedikit. Ia mengutuk dirinya yang tak peka terhadap kondisi Pitaloka saat itu. Ia menangis dan melanjutkan membaca halaman berikutnya.
'Entah bagaimana caranya menjelaskan rasa rinduku ini padamu! Untukmu yang jauh disana, terkadang mata ini begitu iri kepada hati, karna kau ada di hatiku tapi tak tampak oleh mataku.
Aku tidak memiliki alasan pasti mengapa sampai saat ini masih mengharapkanmu, meski kau tak pernah meminta untuk ditunggu dan diharapkan. Hati ini meyakini, bahwa kau lah cintaku, meski entah dibelahan bumi mana. Sekalipun kita tak bertemu, mungkin saat ini kita tengah menatap langit yang sama, tersenyum menatap rembulan yang sama. Disanalah tatapanku dan tatapanmu bertemu.
Saat mentari datang, maka kukenanglah wajahmu pada bening embun yang menggantung di dedaunan. Maka saat itulah aku merasa lebih rindu lagi padamu.
Hujan, , , tolong sampai rasa rinduku ini padanya yang jauh disana, , ,
Kau tahu rasa rindu ku yang begitu besar terhadapnya seperti titik air yang kau jatuhkan dari langit, , ,
Aku merindukannya!!
Gumara!! Aku merindukanmu!! Sangat merindukanmu!!'Gumara menghentikan membaca, Ia menatap Pitaloka erat. Menggenggam tangannya lebih erat dan mencium tangannya dengan lembut.
"Saat itu aku juga sangat merindukanmu Pita! Aku sangat merindukanmu!!" ucapnya dengan berurai air mata dan terisak. Kemudian Ia melanjutkan lagi membaca buku harian Pitaloka.
'Putaran waktu telah merubah garis hidupku.
Tapi cintaku padanya tak pernah hilang sedikitpun.
Aku menanti 7 purnama, namun kini hilang dari mata.
Sampai kapan aku menanti sedang hatiku merintih sudah.
Ingin aku melupakan segalanya agar jiwaku tak terhimpit lagi.Sanggupkah aku melupakanmu.
Sanggupkah aku hilangkan rasa cintaku.
Sanggupkah aku berpaling darimu.
Dan sanggupkah aku memusnahkan rasa cintaku?
Tidak akan, karna aku masih sangat mencintaimu!!
Karna aku tak akan berhenti mencintaimu.
Walau mentari akan berhenti bersinar.
Sekali pun aku telah tiada, kau akan tetap ada dihatiku.
Semoga kau juga seperti itu, walau itu hanyalah harapan semuku.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Love (Complete)
عاطفيةCinta memang penuh misteri. Kita tidak tahu kapan dan dengan siapa kita akan jatuh cinta. Begitu juga dengan Pitaloka, Ia tak pernah meminta dan tak menyangka dengan siapa dia jatuh cinta. Dan siapa yang menyangka bahwa orang yang selama ini di ben...