Part sebelumnya
Pitaloka yang saat masuk ke ruangan meeting untuk mengambil map nya yang tertinggal melihat sosok seorang pria yang menyerempetnya berada diruangan meeting.
Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Semua karyawan bersiap - siap untuk pulang. Limbubu, Pitaloka, Farah dan Ratna jalan beriringan menuju halaman kantor. Limbubu menuju parkiran karna ingin mengambil mobilnya. Tak lama dia pun datang. Pitaloka, Farah dan Ratna langsung masuk ke mobil yang dikendarai Limbubu.
"Kak bagaimana kalau kita makan dulu diluar?" ucap Farah.
"Iya sudah lama sekali kita tidak makan diluar kak?" lanjut Pitaloka.
"Bagaimana Ratna?" tanya Limbubu.
"Hhhhhmmmm boleh juga!! Lagipula inikan masih sore tidak masalah!! Ayo kak!!" ujar Ratna.
Akhirnya mereka pun bergerak menuju sebuah tempat makan yang biasa mereka datangi. Tak lama mereka pun sampai. Yaaahhh tempat favorit mereka, sebuah café dengan pemandangan yang indah, tampak halaman café tersebut terdapat sebuah taman yang disekitarnya juga ada sebuah danau buatan yang menambah suasana café tersebut begitu indah bahkan tak terlihat seperti sebuah café melainkan seperti sebuah taman kota dengan berbagai kursi - kursi ala café.
"Pita tolong ceritakan pada kami kenapa tangan mu bisa terluka seperti itu?" tanya Farah.
"Iya Pita, kenapa bisa begitu? Ingat Pita kamu jangan menutup - nutupin nya dari kami, kita itu udah bersahabat sejak lama, jadi tidak ada yang boleh ditutup - tutupin dari kita!?" Ucap Ratna. Yaaaahhhh mereka memang sudah lama bersahabat dari semasa SMP. Jadi kedekatan mereka sudah seperti saudara bukan hanya sekedar sahabat.
"Oooohhh ini? Begini ceritanya!!" Pita menceritakan semuanya sampai akhir. Yang lain hanya mendengarkan dengan seksama dan setelah itu mereka tertawa sambil menikmati makanan yang sudah mereka pesan sebelumnya.
"Dan yang membuatku semakin kesal, tadi siang aku juga melihat dia diruangan meeting. Saat aku bertanya dia sedang apa, tapi dia hanya menjawab 'bukan urusanmu' dengan sombong nya. Hhhhhaaaahhh membuat ku semakin kesal saja!!"
"Sudahlah tak usah kau hiraukan orang itu. Apa lukamu itu sudah kau obati?" Tanya Alim.
"Sudah kak, kak tenang saja!!" Ucap Pita yang tahu akan kecemasan Alim terhadapnya. Tapi bukan terhadapnya saja Alim bersikap khawatir seperti itu, tetapi terhadap Farah dan juga Ratna bila mereka mengalami hal - hal yang tidak diinginkan. Yahhh Alim adalah sosok kakak bagi mereka bertiga. Usia Alim memang tidak jauh dari mereka hanya selisih 2 tahun saja. Tapi sikapnya yang bijaksana dan penyayang yang menjadikan ia sosok kakak bagi Pita, Farah dan Ratna.
"Ya sudah ayo kita pulang!! Sudah malam!!" Ucap Alim. Akhirnya mereka pergi dari café tersebut.
# # # #
Keesokan harinya, , , ,
Pitaloka terlihat sedang sibuk memainkan jari - jarinya diatas kertas sketsa. Ia bingung dengan pikirannya sendiri. Tanpa ia sadari tangannya bermain dengan sendirinya dan menghasilkan sebuah gambar yang unik dan menarik. Yah sebuah desain yang kecil dihiasi ukiran yang sangat menarik, ditambah semacam bentuk tali yang membentuk oval melengkung di ujung gambarnya. Hasilnya gambar tesebut terlihat seperti sebuah gantungan ponsel yang unik. Lagi dan lagi ia menghasilkan gambar berupa acssesorries yang menarik. Tanpa sadar seseorang memanggilnya.
"Pita, Pita, heyyy, , pak lebay karat memanggilmu!!??" Ucap Ratna.
"Heehhh,,,iya Ratna!!"
"Kau kenapa? Kok melamun?"
"Tidak, aku tidak melamun!! Ya sudah aku ke ruangan pak Lebay Karat dulu!!" ucap Pitaloka dan melangkah menuju ruangan Lebay Karat dan betapa terkejutnya dia saat masuk ke dalam ruangan Lebay Karat. Dia melihat sosok pria yang kemarin sudah menyerempatnya hingga membuat lengannya terluka dan orang yang sama saat ditemuinya di ruangan meeting. Yaahh Ia melihat Gumara duduk dengan santainya di ruangan Lebay Karat. 'Sedang apa dia disini?' bathin Pitaloka sambil mengernyitkan dahinya. Gumara yang duduk hanya melirik sekilas dan acuh tak acuh saat melihat kedatangan Pitaloka.

KAMU SEDANG MEMBACA
One Love (Complete)
RomanceCinta memang penuh misteri. Kita tidak tahu kapan dan dengan siapa kita akan jatuh cinta. Begitu juga dengan Pitaloka, Ia tak pernah meminta dan tak menyangka dengan siapa dia jatuh cinta. Dan siapa yang menyangka bahwa orang yang selama ini di ben...