One Love - 24

1.1K 42 0
                                        

Part sebelumnya, , ,
Lebay Karat yang memberikan tugas kepada Pitaloka memintanya untuk merahasiakan semua dari teman - teman terutama Gumara.
Pitaloka hanya mengangguk pelan. Ia keluar dari ruangan Lebay Karat. Langkahnya gontai. Pikirannya berkecamuk. Siapkah Ia jauh dari Gumara dan merelakan pria yang di cintainya bersama orang lain?

Sepanjang perjalanan pulang Pitaloka hanya diam tak bersuara. Pandangannya hanya menatap keluar mobil. Pikirannya berkecamuk. Ia mencoba menahan kegelisahan di hatinya. Ia tak ingin menangis dihadapan Gumara. Hal itu membuat Gumara heran.

"Sayang, kenapa Kamu diam saja dari tadi?" tanya Gumara saat melihat Pitaloka yang terus terdiam selama dalam perjalanan pulang.

"Tidak ada apa - apa!" ucap Pitaloka tersentak saat Gumara mengajaknya bicara.

"Jangan bohong! Pasti ada sesuatu yang terjadikan?!" tanya Gumara lagi. Tanpa disadari air mata Pitaloka mengalir perlahan. Namun dengan cepat Ia menyekanya agar tidak dilihat oleh Gumara. Namun sayang hal itu sudah terlihat oleh Gumara.

"Hey, kenapa kamu menangis??" tanya Gumara yang memberhentikan laju mobilnya ke tepi dan menatap Pitaloka lekat dari samping. Pitaloka hanya menggeleng pelan. Namun tangan kanan Gumara menarik wajah Pitaloka dengan lembut untuk menghadapnya. Namun dengan cepat Pitaloka menariknya lagi dan mengarahkan wajahnya ke jendela menatap keluar. Tapi di tarik lagi oleh Gumara dengan kedua tangannya. Menahan kedua tangannya di pipi Pitaloka untuk menatap Gumara.

"Tidak mungkin kau menangis kalau tidak terjadi sesuatu! Apa Papa mengatakan sesuatu hal padamu? Apa yang dikatakan Papa?" ucap Gumara yang menatapnya lembut. Tanpa terasa tangis yang Ia tahan akhirnya pecah kembali, air matanya terus mengalir saat menatap Gumara.
"Kalau memang harus seperti ini jalannya dan ini merupakan yang terakhir untukku, beri aku kekuatan agar aku bisa ikhlas menerimanya!! Jujur Aku takut. Aku takut kehilanganmu!!?" ucap Pitaloka yang mulai terisak. Gumara langsung memeluknya.

"Tidak akan ada yang terakhir!! Selamanya aku akan bersamamu! Walau apa pun yang terjadi! Percaya sama aku ya??!!" ucap Gumara yang masih belum mengerti maksud Pitaloka.

# # # #

Sesampainya di rumah Pitaloka langsung mempelajari berkas - berkas yang diberikan Lebay Karat padanya. Namun Ia tak dapat berkonsentrasi dengan baik. Akhirnya Ia menghentikan mempelajari berkas - berkas tersebut. Ia membuka laci mejanya dan mengambil buku hariannya.

'Apa yang harus Aku lakukan? Ya Tuhan, apakah ini merupakan ujian yang Kau berikan kepadaku?? Haruskah dengan cara seperti ini? Aku tidak ingin jauh darinya! Aku begitu mencintainya! Aku ingin hidup bersamanya, selamanya! Apakah ini memang satu - satunya cara beliau untuk memisahkan Aku dengannya? Sebegitu bencinyakah beliau terhadap Ku? Ya Tuhan, tolong Aku. Berikan hamba-Mu ini petunjuk. Jika memang kami berjodoh ringankanlah langkah Kami untuk bisa bersama. Namun jika Kami memang tidak berjodoh berikan jalan yang terbaik pula agar Kami tidak saling menyakiti satu sama lain!!'

Setelah selesai menulis buku hariannya. Pitaloka bergerak bangkit untuk beranjak ke ranjangnya. Namun saat akan bangkit Ia merasa seluruh tubuhnya lemas. Kepalanya terasa sakit. Dan pandangannya mulai buram. Namun perlahan Ia mencoba untuk kuat menopang tubuhnya agar Ia bisa ke ranjangnya. Pelan - pelan Ia berjalan dengan berpegangan pada dinding kamarnya. Saat Ia terduduk di ranjang dan ingin merebahkan tubuhnya, lagi - lagi darah keluar dari hidungnya. Dan kali ini cukup banyak. Segera Ia membersihkannya dengan tissu yang berada tak jauh dari ranjangnya.

'Lagi - lagi seperti ini? Apa sebenarnya yang terjadi padaku? Kenapa akhir - akhir ini aku sering sekali seperti ini?' gumamnya dalam hati. Lalu Ia segera membaringkan tubuhnya dan perlahan matanya mulai terpejam.

One Love (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang