Sembilan

2.6K 119 2
                                    

"APA?!!!" Nafa langsung membekap bibir Franda yang berteriak.

"Gak usah teriak bisa kan? Ini rame loh,Nda."

Saat ini mereka sedang berada dikoridor untuk menuju parkiran. Bel baru saja berbunyi,dan masih banyak anak-anak lain yang juga berlalu lalang dikoridor.

"Lo sama Zidan...." Perkataan Franda menggantung. Dia terlalu kaget dengan cerita Nafa.

Nafa mengangguk, "Iya,dan yang lebih parah lagi Zidan buka baju didepan gue."

Franda baru akan memekik,tapi tangan Nafa sudah membekap bibirnya,lagi.

"Gak usah heboh. Malu diliatin." Franda mengangguk,dan menarik nafas dalam-dalam ketika tangan Nafa tidak membekapnya lagi.

"Mata lo udah gak suci lagi Fa." Franda menggeleng-geleng dengan dramatis.

Nafa menoyor kepala Franda, "Hello!! Terus apa kabar sama lo yang nyari foto Luke Hemmings lagi shirtless?" Franda terkikik.

"Itu kan fotonya aja. Lah elo,liatnya secara live." Franda masih mengelak. Tidak mau dirinya disalahkan oleh Nafa.

"Halah,terserah lo dah." Lalu Nafa meninggalkan Franda sendirian dikoridor.

"Woy tunggu!!!" Franda segera berlari menyusul Nafa yang beberapa langkah didepannya.

Setelah dirasa langkahnya dengan Nafa sejajar barulah Franda berhenti berlari.

Nafa memang telah menceritakan semua kejadian di uks tadi. Tanpa dilebih-lebihkan atau dikurangi. Semuanya ia ceritakan dari awal sampai akhir.

Franda meresponnya juga tak kalah dahsyat. Apalagi saat Nafa menceritakan bagaimana Zidan membuka baju dihadapannya.

Franda memekik kaget. Franda bilang itu adalah anugerah dari Tuhan yang dikirimkan untuk Nafa. Nafa pun mengangguk menyetujuinya.

Nafa tidak pernah merasa menyesal di hukum Bu Wiwik. Karena berkat Bu Wiwik,dirinya bisa sedekat itu dengan Zidan. Walaupun hanya sementara.

***

"Ah sial!!" Nafa menendang motor matic yang berada didepannya.

"Cobaan apalagi ini Tuhan." Nafa mengeluh kesal. Ban motornya bocor. Franda sudah pulang dari tadi karena mamanya yang terus menelpon.

Lalu,pada siapa Nafa akan meminta bantuan? Bahkan sekolah ini saja sudah mulai sepi. Hanya terlihat beberapa siswa yang berkeliaran disekitar sekolah.

"Gue telpon mama aja." Nafa mengeluarkan handphone dari saku roknya dan segera mencari kontak mamanya.

"Assalamualaikum.." Nafa mengucapkan salam kala telelonnya diangkat oleh mamanya.

"Walaikumsalam. Kenapa Fa?" Desi bertanya,merasa bahwa Nafa tidak baik-baik saja.

"Ma.. ban motornya Nafa bocor lagi nih." Dan benar dugaan Desi.

"Bukannya baru kamu ganti ya? Kok udah bocor lagi." Nafa menghembuskan nafasnya dengan kasar.

"Ya aku gak tau,ma. Minta papa jemput aku ya?" Nafa memohon pada Desi .

Desi menghembuskan nafasnya pasrah, "Gak bisa sayang,papa kamu sebentar lagi ada meeting. Jadi gak bisa jemput kamu. Naik kendaraan umum aja ya?"

"Terus motornya gimana?"

Desi berpikir sejenak lalu kembali membuka suaranya , "Nanti biar mama telpon orang bengkel suruh ambil motor kamu."

"Hm.. oke deh ma. Tapi suruh orang bengkelnya cepet ya. Nafa males nunggu lama-lama." Lalu Desi mengatakan 'iya' dan langsung memutus sambungan teleponnya.

Silent Love✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang