Epilog

922 50 3
                                    

14 Bulan Kemudian

Hari terakhir ujian nasional,akhirnya siswa kelas 12 bisa bernafas lega karena perjuangan mereka disekolah sudah selesai. Saatnya mempersiapkan diri untuk mengikuti SBMPTN yang akan segera dilaksanakan.

"Nafa!!" Nafa menoleh dan mendapati Zidan berlari tergopoh-gopoh kearahnya. Diikuti dengan Arzan,Wira,Radit dan Arya dibelakangnya.

"Gimana tadi? Bisa jawabkan?" Nafa mengangguk sambil tersenyum tipis.

Hubungannya dengan Zidan memang baik. Itu karena Zidan yang selalu berusaha untuk menjaga hubungan baik mereka setelah insiden sekitar satu tahun lalu. Rasa bersalah selalu Nafa rasakan ketika Zidan dengan mudahnya bersikap biasa kepadanya.

"Udahlah,heran gue sama kalian. Sama-sama sayang,sama-sama suka tapi gak jadian. Hari gini semua butuh kejelasan." Wira sampai bosan untuk memberikan ceramah kepada dua kepala batu ini. Mereka lebih senang menjalani hubungan tanpa status.

"Percuma lo ngomong. Gak bakal di gubris sama mereka." Kali ini Arya yang bicara. Akhir-akhir ini Arya menjadi sedikit cerewet mengenai hubungan Nafa dan Zidan.

"Pusing gue ngurusin mereka. Gak ada habisnya." Arzan mengangguk menyetujui ucapan Radit yang memang benar.

"Mending lo gak usah ngomong. Berisik tau!" Zidan langsung menarik Nafa menuju parkiran. Tak peduli pada teriakan Franda yang menggema diseluruh koridor.

"NAFA!!" Radit,Arya,Wira dan Arzan langsung menutup telinga mereka guna menghindari dengungan yang dihasilkan oleh lengkingan Franda.

"Lo bisa diam?" Franda melirik sekilas Arya yang bicara kepadanya.

"Lo--" Franda menunjuk Arya, "Ngomong sama gue?" Kemudian berganti menunjuk dirinya sendiri.

"Sama tembok." Franda mencebikkan bibirnya.

Baru akan melangkah,tapi tangan Arya sudah menahannya, "Lo ikut gue!" Radit,Wira dan Arzan hanya bisa tertawa melihat Franda yang hanya pasrah mengikuti langkah Arya.

Tinggalah mereka bertiga, "Mereka berdua udah bahagia sama pasangan. Kita kapan?" Tak lama setelah ucapan Wira,datanglah seorang gadis cantik menghampiri ketiga laki-laki itu.

"Hai kak!" Kata gadis itu sambil melambaikan tangannya.

Wira dan Radit menghela nafas,setelah ini hanya akan ada mereka berdua spesies jomblo di gengnya.

"Arzan gak boleh lo bawa!" Ucap Wira dengan lantang membuat gadis itu mengangkat sebelah alisnya penasaran.

"Loh emangnya kenapa?" Tanya gadis itu sambil membenarkan letak slingbagnya.

"Kalo lo bawa Arzan,gue sama Radit keliatan banget kayak orang homo." Lalu gadis itu dan Arzan tertawa bersama. Menertawai kata-kata konyol Wira.

"Ya ampun,ternyata kalian masih betah jomblo?"

"Karena kita gak mau jadi predikat penjaga jodoh orang." Radit melirik tajam kepada Wira.

"Udahlah,mending gue pergi aja sebelum orang-orang nyangka gue homo beneran sama lo." Radit mengidikkan bahunya ngeri lalu pergi meninggalkan Wira dengan sepasang kekasih itu.

"Woy!! Tungguin gue!" Wira ikut pergi menyusul Radit yang sudah sepuluh meter didepannya. Dan sekarang tinggallah Arzan bersama gadis yang mengenakan midi dress berwarna peach itu.

"Ngapain kakak lihatin aku kayak gitu?" Arzan tersenyum melihat gadis cantik didepannya ini.

"Emangnya aku gak boleh lihatin pacar aku,hm?" Pipi gadis itu langsung bersemu merah ketika Arzan dengan sengaja menekankan kata 'pacar'.

Silent Love✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang