EmpatPuluhSatu

942 48 4
                                    

Jangan tanya kenapa aku updatenya malem ya wkwkwk :v

Persiapkan diri untuk baca,karena ini part yg lumayan panjang. Sekitar 1300+ kata. Kalau gk kuat baca,silahkan melambaikan tangan ke Zidan :v

Happy reading❤

***

Zidan mencoba untuk memejamkan matanya sejenak. Tapi hasilnya tetap nihil,selesai sholat subuh tadi pikirannya menerawang jauh. Padahal biasanya setelah menunaikan kewajibannya itu ia akan menyempatkan diri untuk memejamkan mata walau hanya sejenak.

Karena bunda tercintanya itu pasti akan menggedor-gedor pintu kamarnya seperti orang kesetanan.

DOR...DOR.....DOR...

Baru saja memikirkannya,pintu bercat putih itu sudah 'dianiaya' dengan sadis oleh jemari lentik bundanya.

"ZIDAN,BANGUN!! KEBIASAAN YA HABIS SUBUH TIDUR LAGI." Bahkan Zidan sudah hapal diluar kepala omelan bundanya. Sebelum telinganya sakit dan diperiksa ke THT,lebih baik ia bangun dan segera membuka pintu yang sejak semalam ia kunci. Tentu saja untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.

"BUNDA BILANG BANGUN ZI--"

Ceklek

Pintu kamar terbuka dan menampilkan wajah bundanya yang masih bersungut marah.

"Tumben cepet? Biasanya mesti seratus kali bunda bolak-balik baru kamu mau bangun. Itu tidur atau mati suri?" Safa keheranan melihat anak laki-lakinya yang langsung bangun hanya sekali gedor pintu.

"Udah ya,Zidan mau mandi dulu. Bunda keluar sana." Safa menatap tajam Zidan yang terang-terangan mengusirnya.

"Cepetan. Dan gak pakai lama." Zidan mengangguk dan membiarkan bunda pergi dulu,baru menutup pintunya lagi.

Bukannya mandi,Zidan kembali duduk diatas kasurnya. Entah kenapa perasaannya menjadi berkecamuk tak karuan hanya karena memikirkan Nafa.

Apakah ia benar-benar jatuh ke dalam pesona gadis itu?

Entahlah. Yang pasti untuk saat ini Zidan ingin memastikan perasaannya lebih dulu sebelum ia bertindak lebih jauh lagi.

***

"Kamu lama banget sih!!" Baru saja Zidan duduk,bundanya itu sudah mendamprat dirinya lagi.

"Ngapain aja di kamar mandi? Semedi? Atau ngadain ritual penting?" Zidan memilih untuk mengambil nasi goreng yang sudah tersaji daripada mendengar ocehan bundanya.

Baru saja mengambil piring,suara bundanya kembali terdengar, "Kamu ya,diajak ngobrol malah diam. Gak punya mulut kamu untuk jawab?" Zidan mendesah kesal sambil menatap nasi goreng didepannya.

Selera makannya jadi berkurang hanya karena telinganya sudah panas mendengar ocehan ngalor-ngidul bundanya.

Ini masih pagi,tapi Safa terus saja mengeluarkan ocehan yang bahkan Zidan sendiri tidak tahu untuk apa bundanya mengoceh sepanjang rel kereta api. Toh,dia tidak akan mendengarkan.

'Ya allah,kali ini aja Zidan mohon buat bunda berhenti ngoceh gak jelas. Males dengerin.'

Sebut saja Zidan anak durhaka,karena dari tadi ia tak mengindahkan ucapan bundanya sama sekali.

Tuan Rainartha yang menatap istri dan anaknya sedang bersitegang hanya menggeleng pelan sambil melanjutkan sarapannya.

Ia juga heran,kenapa masih pagi istrinya sudah mengomel? Apa karena kejadian semalam? Ferry juga tak mau ambil pusing. Jika Zidan belum siap bercerita tak apa. Ia akan menunggu sampai anak laki-laki itu bercerita dengan sendirinya.

Silent Love✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang