EmpatPuluhDua

916 39 0
                                    

Wira berjalan menuju kelas sambil menunjukkan senyum yang sumringah. Membuat beberapa pasang mata yang melihatnya menatap aneh,karena sepanjang jalan senyum terus terpatri di bibirnya.

Brak...

Suara gebrakan meja itu membuat Radit,Zidan dan Arya yang semula fokus pada handphonenya berubah menatap Wira yang sedang tersenyum bodoh.

"Lo ngapain? Gak ada kerjaan?" Tanya Radit dengan sinis. Untung saja handphonenya tidak jatuh.

"Kurang kerjaan banget sih." Kali ini Zidan menggerutu kesal karena ia kalah bermain game.

"Gila!" Ucap Arya dengan nada penuh penekanan.

Wira yang di cecar seperti itu hanya bisa sabar. Ini salahnya juga,asal menggebrak meja. Sudah tahu jika teman-temannya dalan mode suasana hati yang tidak karuan.

"Gue sepertinya tau apa yang bikin Zidan pagi-pagi buta udah gusar gini." Radit dan Arya langsung menatap Wira. Sedangkan objek yang dibicarakan hanya masa bodoh.

"Apa?" Entahlah,mungkin Radit memang belum sepenuhnya rela jika Nafa harus bersama Zidan pada akhirnya. Tapi ia akan belajar ikhlas mulai hari ini.

"Lama." Andai saja mencaci orang tidak dosa,maka dengan senang hati Wira akan mencaci maki Arya sampai puas.

"Jadi gini-"

Zidan langsung menatap Wira dengan tidak santai, "Emangnya lo tau apa tentang gue?"

"Jadi--"

"Selamat pagi anak-anak." Suara guru didepan kelas memutus pembicaraan Wira.

Wira yang masih berdiri membelakangi meja guru langsung menoleh dan menemukan guru cantik itu tersenyum, "Wira,mau duduk dan gantikan ibu didepan atau kembali ke tempat kamu?"

"Balik ke tempat,bu." Wira langsung duduk ditempatnya sambil menggerutu.

"Kapan bel masuk sih?"

"Lo aja yang budeg,bel masuk sekenceng itu gak lo denger? Ke THT sana!" Zidan menyeringai geli saat Wira terlihat seperti orang linglung.

"Sial,lo pada ngerjain gue?" Pantas saja,ketika Wira masuk semua temannya sudah duduk ditempatnya masing-masing.

"Salah lo sendiri." Kali ini Radit yang menimpali.

"Radit,Wira dan Zidan,mau tetap dikelas dan mengikuti pelajaran dengan tenang atau keluar dan sapu seluruh halaman sekolah?"

Mereka bertiga langsung diam dan mengikuti pelajaran dengan tenang. Jika saja memilih opsi kedua,itu sama saja cari mati. Dan pamor mereka sebagai anggota OSIS akan dipertanyakan.

***

"Ssst..." Nafa menoleh dan mendapati Franda yang sedang memberinya kode.

Nafa mengernyitkan alisnya tidak tahu. Franda jengkel dan akhirnya mendekatkan bibirnya ke telinga Nafa.

"Lo tau gak,gue bosen. Cabut yuk?" Bisik Franda dengan suara yang dibuat sepelan mungkin agar tidak didengar guru.

Nafa menatapnya tajam, "Lo gila,gue gak mau ya buat onar." Kata Nafa dengan suara setengah berbisik.

Membiarkan Nafa yang sibuk memperhatikan guru didepan,diam-diam Franda mengeluarkan handphone dari saku rok miliknya.

"Baiklah anak-anak,ibu sudahi sampai disini karena ibu ada urusan. Jangan lupa kerjakan tugasnya dirumah." Franda menatap girang guru yang baru saja mengakhiri kelasnya.

"Tumben cepet amat tuh guru ngajarnya?" Nafa yang disebelahnya hanya memandang Franda kesal.

"Makanya kalo ada guru jangan sibuk sendiri,jadi gak tau kan lo kalo dia udah kelar ngajarnya."

Silent Love✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang