"Jadi gimana? Tante setuju kan kalau kita ngadainnya dirumah Tante?" Tante Cici mengangguk.
"Oke,setuju. Tapi,apa rencana yang kalian kasi tau tadi gak berlebihan?" Nafa dan Franda kompak menggeleng.
"Ya sudah,kalau kalian maunya gitu." Franda dan Nafa langsung bertos ria setelah Tante Cici mengiyakan permintaannya.
"Tapi kalau sudah selesai,ingat ya bantu beresin rumahnya Tante Cici." Desi yang sedari tadi diam mendengarkan akhirnya buka suara juga.
"Siap,mama."
"Oke,tante."
"Yasudah,kalau begitu Tante pamit pulang dulu ya?" Tante Cici berdiri sambil menenteng tas miliknya.
"Tante hati-hati ya." Nafa menyalimi Tante Cici,kemudian berganti dengan Franda yang menyaliminya.
"Oke siap!" Kata Tante Cici sambil berpose hormat.
Mereka semua mengantarkan Tante Cici sampai depan teras,sembari menunggu taksi pesananan datang.
"Kamu hati-hati ya,Ci. Beneran nih gak mau dianterin? Daripada naik taksi." Tante Cici menggeleng,menolak tawaran Desi.
"Gak usah,lagipula aku udah biasa kok pergi sendiri pakai taksi,"
"Taksiku sudah datang,aku pamit ya,Desi." Lalu kedua ibu itu melakukan kebiasan para ibu lainnya; cium pipi dan pelukan untuk mengakhiri perjumpaannya.
"Sampai ketemu besok ya,cantik. Assalamualaikum." Tangan Tante Cici melambai sejenak sebelum benar-benar masuk kedalam mobil taksi yang sudah dipesan.
"Walaikumsalam." Desi langsung masuk kedalam rumah setelah taksi yang ditumpangi Cici benar-benar sudah pergi dari depan rumahnya.
"Masuk yuk,Nda." Franda mengangguk. Belum sampai didepan pintu,mereka berdua mendapati Desi yang sudah menenteng tas mini miliknya.
"Mau kemana?" Tanya Nafa ketika melihat mamanya sedang memakai flatshoes kesayangannya.
"Ma,itu kan punyaku." Protes Nafa ketika melihat flatshoes warna navy miliknya dipakai oleh sang mama.
"Pinjam sebentar. Mama mau ke supermarket. Bahan untuk masak nanti malam habis." Nafa hanya bisa mendumal kesal.
"Yaudah,cepetan pulang." Desi hanya mengangguk,kemudian berjalan kearah motor Nafa yang terparkir rapi didepan teras.
"Pinjam ini juga ya?" Nafa mengangguk malas.
"Assalamualaikum!"
"Walaikumsalam." Setelah mamanya sudah keluar dari rumah,barulah Nafa masuk dan Franda menyusul dibelakangnya.
"Ayo,kita buka isi paper bag lo." Nafa pikir,Franda sudah melupakan niatnya itu.
Dengan langkah yang malas,Nafa mengikuti Franda yang terus menariknya sampai di kamar miliknya.
***
"Jadi,dimana lo taruh?" Nafa menunjuk sebuah paper bag yang teronggok mengenaskan di sudut kamarnya.
Franda berjalan kearah sudut kamar,dan mengambil paper bag tersebut. Dibawanya menuju Nafa yang sudah duduk manis diatas kasur.
"Beneran belum lo lihat sama sekali apa isinya?" Nafa mengangguk singkat.
"Gue buka boleh?"
"Yaudah,buka aja." Dan Franda membukanya,terlihat ada sebuah benda yang masih terbungkus rapi kertas kado bergambar Olaf tersebut.
"Astagaaaa.... lucu banget sih kertasnya gambar olaf." Franda memekik girang,Nafa yang melihatnya hanya geleng-geleng kepala.
Nafa merebut bingkisan itu dari Franda,membolak-baliknya,siapa tahu ada petunjuk mengenai bingkisan ini, "Coba deh lo buka aja! Dari pada lo bolak-balik gitu." Nafa mengangguk dan langsung merobek kertas kado itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Love✔
Roman pour AdolescentsGue cinta sama dia. Tapi yang tau perasaan ini cuma gue. Iya,karena gue gak pernah nunjukin ke dia secara terang-terangan. Gue mencintai dia dalam diam. -Nafa Aulia Azahra- Gue gak tau ini nyata atau cuma perasaan gue aja. Cewek itu selalu liatin gu...