Rumah

3.7K 190 7
                                    

**Di kediaman Dian**

"Bu.. ini sayur mau dimasak apa ya?" tanya Dian kepada ibunya itu disore hari setelah ia pulang kerja.

"Terserah kamu aja atuh." jawab ibunya diruang keluarga yang sedang nonton film serial drama India di salah satu stasiun televisi swasta.

Ibunya memang kalau sudah ketemu nonton TV dan melihat pemain lelakinya kasep-kasep mah sudah lewat semua kerjaan seperti masak untuk makan malam batinnya geli.

Dian duduk di meja makan dekat ruang keluarga sambil membawa sekantong sayuran segar dari dalam kulkas. Ia masak lodeh saja deh pikirnya.

"Nak.. kapan ya ibu dapat menantu kasep seperti itu tuh pemain Maan Singh Kurnana? Tinggi, tampan, kekar, kayaaa.. " ujar ibu sambil menunjukkan tokoh lelaki itu di televisi.

Dian hampir saja melukai dirinya dengan pisau karena ocehan ibunya itu. Lagi-lagi bahas tentang menantu.

Ibu Dian menoleh ke arah anaknya yang mematung menatap sayur kubis didepannya itu.

"Nakk.. Dian.. kamu dengan nggak sih ibu bilang apa?"

"Iya atuh saya mah dengar. Sangat jelas malah." jawab Dian keki.

"Nah.. cari gih yang seperti itu jangan seperti yang dulu itu tuh.. sudah nggak bisa diandalkan malah meninggalkan kamu sendirian disaat kita sedang dalam musibah." balas ibu Dian sedikit sedih karena mengingat suaminya itu.

"Ibu.. sudahlah. Jangan diungkit lagi. Toh, saya mah bersyukur karena ditinggalkan. Jadi, kita tahu karakter orang tersebut."

"Iya ya nak, jodoh kamu pasti datang sebentar lagi. Dua teman kamu itu beruntung ya?"

***

**Flash back 5 tahun yang lalu**

"Kamu itu memang kelewatan Aa.. kamu tega menyalahkan diriku atas kelakuan buruk kamu sendiri." pungkas Dian kepada Kenpi, lelaki yang dekat dengan selama 6 bulan.

Kenpi beringasan dengan membanting helm Dian di parkiran.

"Itu kan karena kamu terlalu cuek. Saya ini kekasih kamu. Masa kita tidak pernah seperti pasangan kebanyakan. yang bertingkah selayaknya kekasih."

Dian berang kepada lelaki didepannya ini.

"Enak saja mau bertingkah seperti selayaknya kekasih. Kita ini baru menjalankan hubungan selama 6 bulan Aa.. kita tidak boleh norma-norma yang berlaku didalam masyarakat." papar Dian lugas.

"Alllaaa.. bulshit! Cewek seperti kamu itu banyak! Aku biasa melakukan hal yang kamu bilang itu melanggar norma." desis Kenpi.

Sepertinya lelaki ini gelap mata. Dian baru tahu bahwa perusahaan ayah Kenpi mengalami kemerosotan yang berdampak pada kehidupan mewah lelaki ini. Loh, itu buka salah dirinya kan. Kenpi yang memegang bagian keuangan didalam perusahaan ayahnya itu. Ia tidak ada sangkut pautnya dgn keadaan ini.

Mereka jika jalan saja sekedarnya saja. Paling banter nonton movie. Ia tidak pernah meminta apapun kepada lelaki ini. Ia tahu diri kok. Ia memang dari keluarga berada, tapi tidak pernah sembarangan untuk berfoya-foya dlm gaya hidup apalagi mau morotin orang lain.

Ia tertular sikap temannya yg sederhana dlm berkehidupan yang mereka jalani itu. Maka dari itu ia tidak pernah bersikap berlebihan dalam bergaul.

"Jadi Aa sudah biasa dengan cara begitu?" tanya Dian panas.

"Iya.. kamu mau apa hah?! Putus.. Well, silahkan.. never mind. Aku juga tidak mau lagi melihat kamu di dekat. Dasar wanita kolot dan perawan tua." ucap Kenpi kasar.

JLEBB!! rasa sakit seperti sebuah belati menusuk tajam di jantung Dian. Matanya berkaca-kaca karena lelaki ini begitu kasar dalam berbicara.

"Sebaiknya kamu pergi sekarang, aku tidak mau sampai aku kehilangan kendali jadi memukul dirimu." lanjut Kenpi kepada Dian yang memang mampir ke perusahaan Kenpi untuk mengantar makanan yang dibuat oleh ibunya.

Dian menatap wajah tampan milik Kenpi tersebut. Ia tidak menyangka wajah ini tidak sesuai dengan karakter didalam hati lelaki itu. Semua itu akan sia-sia kalau lelaki ini masih tetap berperangai seperti ini kedepannya.

"Go..! Kalau tidak aku akan memanggil security." usir Kenpi.

Dian menelan ludah untuk menahan air mata yang ingin tumpah ke pipinya. Ia bergerak mengambil helm yang dibanting lelaki itu.

"Jangan kembali lagi ke sini ya perempuan basi. Kamu itu tidak akan laku-laku jika tidak mau berbuat asyik kepadaku." olok Kenpi sambil memegang selangkangannya.

Wajah Dian merah padam. Ia bergegas menghidupkan motornya dan kabur dari halaman parkir kantor lelaki itu.

Kenpi mengamati Dian yang pergi menjauh.

"Dasar wanita kampungan! Aku bisa membeli wanita selain dirimu dalam waktu semalam saja." desis Kenpi sambil meludah jijik ke arah Dian.

Dian menangis ketika membawa motor. Ia stop dulu supaya tidak menambrak seseorang atau malah ditabrak.

Seperti langit bersahabat dengan dirinya. Ia stop dipinggir jalan sambil menangis, langit pun ikut manis seketika.

Dian duduk dipinggiran jalan ia tidak peduli dengan air yang menguyur tubuhnya. Ia juga tidak peduli dengan pandangan bingung orang lain kenapa ia tidak berteduh. Hatinya sangat sedih. Bukan sedih karena patah hati, tapi sedih karena dianggap wanita kolot.

Pandangan matanya kabur. Sebuah mobil Fajero sport berwarna hitam lewat dengan cepat dan menciprati seluruh tubuhnya dengan air mata dijalanan yang kotor.

Semua bajunya terkena noda, Dian mengiggil karena air hujan itu.

Didalam mobil yang lewat tadi seorang pria melirik dari kaca spion dengan cepat. Ia sudah menciprati seorang wanita. Ia mau stop meminta maaf tapi ia harus buru-buru ke Bandung karena ada urusan dengan perusahaan keponakannya itu. Ia lelaki berumur 35 tahun yang mempunyai keponakan seumuran dirinya yang berusia 33 tahun.

Well, ia melaju dengan cepat tanpa menoleh-noleh lagi ke arah wanita yang duduk dipanggil jalan itu. Wanita aneh batinnya. Orang kehujanan itu seharusnya berteduh dimana kek, Ini malah duduk di pinggir jalan.

Dian menunduk sambil memandang aspal, kepala agak pusing karena air hujan. Ia melihat ke kanan dan kiri jika ada tempat berteduh. Well, tidak ada tempat yang kosong lagi untuk dirinya karena semua orang sudah menempati sisi depan toko ataupun ruko orang dipinggir jalan tersebut.

Ia menengadah ke atas langit meminta seorang lelaki terbaik untuknya nanti.

***

Sari masih melamun di meja makan membuat ibunya geram.

"Halooo.. ada orang tidak..?" suara ibu menyentak dirinya dari lamunan.

"Ehh. iya ibu. Maaf agak seliweran nih otak. Maklum bulan tua." canda Dian pada ibunya.

"Bulan tua apa hubungannya atuh. Sok sana cepat masajw, nanti adik kamu pulang kelaparan lagi. Dia kan lelaki pasti selalu kelaparan." balas ibunya.

"Iighh.. ibu ini. Bantu dong. Masa ibu nonton serial TV aja dari tadi?"

Ibu Dian menyeringai kepada anaknya itu.

"Ele.. ele.. neng geulis ini. Ibu mah mau bersantai menikmati masa tua dengan menonton film dengan aktor kasep serta aktris geulis. Sudah jangan rewel tidak baik." ibu Dian menasihati dengan bicaranya yang enak di dengar.

"Iya deh.. " gumam Dian sambil menyelesaikan irisan sayuran lodeh tersebut.

****

Yuhuiii.. langsung saja ya.. Semoga kalian tetap suka membaca kelanjutan cerita ini..

Thanks.

*****

MENCINTAI CEWEK MATRE? {Geng Rempong : 3}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang