"Ini ambil semua piring dan mangkuknya!" ujar Dian dengan telinga yang masih memerah.
Bram menahan piring dan mangkuk itu dengan tangan kirinya santai seolah tidak merasakan apa-apa.
Dian mau melewati Bram, namun dicegah lelaki itu dengan menyelipkan rambut panjang yang terurai sedikit dari sanggulan sederhana Dian itu ke belakang telinga merah wanita itu.
"Saya.. saya.. saya mau lewat." Dian kabur dengan cepat ke ruang makan yang hanya beberapa langkah dari dapurnya itu.
Bram tersenyum kecil. Wanita yang sangat rumit serta menggemaskan batinnya. Ia semakin mendekati Dian malah semakin penasaran akan kepribadian cewek matre ini. Ia tidak menyangka akan menemukan pribadi unik didalam diri Dian itu.
"Pak.. apa bapak mau mendekam didapur itu selamanya?" olok Dian membuat Bram tersadar masih berdiri ditempat yang sama. Ia segera ke ruang makan.
"Ibu.. ayo ke sini. Sudah siap semua nih." ujar Dian pada ibunya itu.
Ibu Dian masuk ke ruang makan dan segera duduk dikursi. Ia melihat anaknya sedang menatap lauk dimeja dengan Bram berdiri disamping anaknya itu.
"Nak, kamu duduk saja. Biar Dian yang menyajikannya." tutur ibu Dian lembut pada Bram.
Dian yang tidak merasa ada Bram disampingnya segera menoleh dan kaget.
"Astaga bapak ini?! mau bikin saya jantungan ya?" ujar Dian sewot sambil mengambil piring beserta mangkuk dari tangan Bram.
"Huss.. jangan berbicara dengan nada seperti itu kepada tamu kita nak. Ingat memuliakan seorang tamu itu sangat banyak dapat pahalanya."
Ibu Dian bertutur denga nada bijaksana membuat Dian terdiam lalu ia memandang Bram yang terlihat tinggi disampingnya ini.
"Iya.. maaf atuh pak.. Silahkan duduk, saya akan siap melayani anda." ucap Dian dengan nada lembut.
Ibu Dian terkekeh pelan mendengar nada anaknya itu.
"Tidak juga seperti itu keleesss.." sambar ibunya dengan bercanda membuat Bram terkekeh senang dan Dian terkikik pelan.
Bram sangat menyukai sisi ibu Dian ini. Ibu yang gaul dan penyanyang. Ia seketika teringat bahwa ia sudah tidak mempunyai kedua orang tuanya lagi. Jadi beruntunglah orang yang masih memilik kedua orang tua dengan lengkap. Bram tiba-tiba menjadi terenyuh melihat senyum lebar ibu Dian tersebut.
"Sudah ibu,, jangan mengoda saya dong.." rutuk Dian pada ibunya itu.
"Iya... sudah..sudah.. ayo kamu juga duduk disamping ujang kasep ini.. siapa nak nama kamu, lupa ibu?" tanya ibu Dian dengan nada minta maaf.
"Hmm.. Bram.. Bram Saputra Wijaya." papar Bram.
"Oohh.. keluarga Wijaya yang sukses itu ya? Yang punya banyak perusahan diBekasi, ada hotel, minyak, dll" cetus ibu Dian dengan kagum dan hormat.
"Hmm.. begitulah bu." sahut Bram dengan nada merendah,
Ibu Dian mengamati lelaki tinggi, tampan, serta kekar itu duduk disamping anaknya yang terlihat cuek ketika ia membicarakan perihal lelaki kaya nan tampan ini. Itulah anak perempuannya, wanita yang tidak terlalu mudah terpengaruh pada wajah dan uang.
Dian sibuk mengambil sendok dan meletakkannya dimasing-masing lauk yang sudah dibeli.
Bram menoleh pada Dian yang sibuk dengan urusan sendok tanpa memperhatikan mereka yang berbicara tentang perusahaan dan dirinya ini. Kenapa Dian ini terlihat cuek bebek ketika ibunya membicarakan dirinya yang sukses serta memilik banyak properti di Bekasi dan juga Bandung.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENCINTAI CEWEK MATRE? {Geng Rempong : 3}
RomantikDian, wanita sederhana yang pernah dihina oleh seorang lelaki bernama Kenpi karena tidak mau diajak untuk kegiatan asyik. Ia jadi sedikit trauma untuk mendekati lelaki lagi yang melibatkan perasaan. Bram, lelaki kaya dan mampan. Ia belum pernah dek...