Selama kurang lebih 15 menit mereka berada di bagian novel romance. Dian sudah mendapatkan novel seri terbaru karya Linda Howard.
"Hmm.. lumayan untuk tambahan koleksi." gumam Dian sendiri tanpa melihat Bram yang memperhatikan dirinya dengan penuh minat.
"Apa kamu sudah baca semua tuh novel karya penulis tersebut?" tanya Bram penasaran.
Dian menoleh pada Bram.
"Tidak semua sih kang, cuma Kusuma itu yang maniak novel. Ia member taman bacaan di salah satu tempat di daerah Jenderal Sudirman sana. Mungkin semua novel di sana sudah ia baca. Nah, kalau kebetulan ia sewa tuh novel dan kami ketemuan, saya dan jeng Sari mah suka pinjam dari Kusuma." jelas Dian.
Bram ber 'ooo' tanpa suara. Pantas saja istrinya Rendy itu pandai bersilat lidah. Kosa kata di otak wanita itu pasti sangat banyak sehingga otaknya encer. Beruntung sekali ia bisa bertemu wanita-wanita cerdas seperti mereka ini.
Mungkin sebagian lelaki akan minder ketemu wanita cerdas. Seolah dirinya bisa hidup tanpa bantuan orang lain karena kecerdasan mereka itu. Tapi, Bram tidak minder. Malah seperti ia bilang wanita kutu buku itu seksi apalagi yang cerdas pasti jauh lebih seksi.
Wanita cerdas itu tidak akan lekang dimakan waktu, sedangkan wanita cantik tanpa kecerdasan akan habis saja tanpa hasil. Itu sih menurut dirinya.
"Hmm.. kalau begitu aku akan membeli semua novel kesukaan kamu itu." ujar Bram enteng membuat Dian melonggo.
"Tutup mulut kamu itu lady, nanti ada yang masuk. Kalau tidak aku yg tutup. Mau?"
Dian menutup mulutnya dengan cepat membuat Bram kembali terkekeh pelan.
"Tidak.. tidak kang, tidak perlu. Saya mah bisa beli sendiri nanti kalau sudah ada uangnya. Lagian ini kan hanya hobi yang tidak urgent. Jangan ya kang, saya tidak mau menghabiskan uang akang itu." tutur Dian dengan jelas.
"Kamu akan menjadi istri lady, uangku itu tidak akan habis hanya karena membeli sekardus novel romance." ucap Bram geli.
Tapi, Dian tidak merasa geli ataupun senang.
"Pokoknya saya tidak mau dibelikan novel sebanyak itu." jawab Dian dengan nada cemberut.
Bram menjadi kesal karena calon istrinya ini tidak mau uangnya.
"Lady, untuk saat ini kamu boleh membantah. Tapi, jika kamu sudah menjadi istriku nanti apapun yang mau aku belikan harus kamu terima." lanjut Bram tegas.
Dian diam saja tidak merespon omongan Bram itu.
"Lady, kamu dengar apa yang aku katakan?" Bram sudah mulai tidak sabaran.
"Iya.. iya.. " jawab Dian sambil mengerutu lelaki kaya yang tidak mau mengalah.
"Iya aku memang lelaki kaya. Aku bisa memandikan kamu dengan uang jika diperlukan." Bram menjawab gerutuan Dian itu.
"Ugghh.. " balas Dian sambil mencubit lengan Bram.
"Aww.. kamu ini suka sekali mencubit ya.. apa kamu kebanyakan makan kepiting sehingga menjapit terus." rutuk Bram.
Mendengar kata kepiting air liur Dian terbit. Ia merenung yang diamati oleh Bram penuh niat karena Dian tanpa sadar mengelus perutnya itu.
"Ayo.. kalau sudah selesai kita keluar dari sini." ujar Bram.
Bram langsung mengambil novel Dian dan membawa novel itu ke kasir. Kali ini pegawai kasir yang terpesona dengan Bram.
"Ada lagi bapak yang bisa saya bantu?" tanya si. kasir dgn nada lambat.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENCINTAI CEWEK MATRE? {Geng Rempong : 3}
RomansaDian, wanita sederhana yang pernah dihina oleh seorang lelaki bernama Kenpi karena tidak mau diajak untuk kegiatan asyik. Ia jadi sedikit trauma untuk mendekati lelaki lagi yang melibatkan perasaan. Bram, lelaki kaya dan mampan. Ia belum pernah dek...