Explain

2.6K 165 0
                                    

Bram berusaha mengendalikan dirinya ketika suara Andi menembus otaknya yang berkabut.

Ia memikirkan semua rasa persahabatan yang diberikan oleh Rendy beserta keluarga, juga ada Syarif yang bersedia mengajaknya nongkrong ataupun main catur.

Ia melihat wajah Sari yang memandang dirinya dengan rasa tidak percaya atas kelakuannya ini, begitu juga singa betina milik Rendy itu yang bergetar ingin mencakar dirinya karena berani menghina Dian.

Matanya mencari Dian dan melihat wanita itu sekarang bersandar di wastafel dengan lemas.

Syarif mengeliat melepaskan dirinya dari sang Bos.

"Bos.. lepaskan aku, aku sudah bisa mengontrol diri dengan baik." suara Syarif terdengar tenang.

Rendy melepaskan Syarif dengan pelan.

"Jangan macam-macam Rif." ujar Rendy dengan ketenangan luar biasa.

Syarif menganggukkan kepalanya. Ia lalu menuju mbak Dian yang dibiarkan sendiri tanpa ada yang menopang wanita itu.

"Mbak..?" tanya Syarif pelan pada Dian sambil memegang lengan lembut wanita itu.

Kusuma dan Sari segera mengikuti Syarif yang sudah memapah mbak Dian menuju kursi yang ada dekat kamar kecil tersebut.

Bram tiba-tiba mengernyit atas tindakan Syarif yang terlalu akrab dengan Dian. Bram mau mendekati Dian tapi dihalangi oleh Andi.

"Nanti paman.. tenangkan dulu Dian itu." tutur Andi lembut.

"Tapi Syarif..?"

"Pamannn..!" suara Andi yang gantian mengeram.

Bram menoleh pada keponakannya itu yang akan meledak jika ia mendekati Dian.

"Ada apa dengan kalian ini?" desis Bram

"Kenapa kalian dengan sangat mudah percaya pada akting wanita matre itu." tunjuk Bram pada Dian.

Semua orang tersentak mendengar perkataan Bram itu.

"Apa paman sudah gila berkata seperti itu tentang Dian?" ucap Andi pada Bram.

"Gila? Aku? Yang gila itu wanita bermulut sensual itu. Ia wanita gila harta dan haus akan kegelamoran yang menyebabkan Kenpi temanku itu bangkrut karena menuruti semua permintaan lady itu."

Ketika semua kata meresap diotak masing-masing orang yang mendengar. Sari sekarang yang melesat ke arah Bram. Andi langsung menangkap istrinya itu menjauhi pamannya.

"Aa.. beraninya akang Bram berkata seperti itu." suara Sari serak karena sekarang sudah ada air mata mengalir dipipi halusnya itu.

Andi tidak bisa berkata untuk menjawab istrinya itu. Disatu sisi ada pamannya yang merupakan adik ayahnya dan disisi lain ada istrinya yang merupakan belahan jiwanya itu.

Andi menarik napas panjang. Ia menghapus air mata dipipi istrinya itu. Kalau Bram bukan pamannya pasti sudah tambah memar diwajah tampan Bram itu.

"Don't cry liliput, kita akan menyelesaikan hal ini dengan baik-baik dan kepala dingin." ucap Andi bijaksana.

Rendy melotot memandang Bram seolah lelaki itu hilang akal. Kusuma mengambil tisu dan mengusap wajah mbak Dian dengan pelan. Syarif menggosok-gosok telapak tangan Dian yang menjadi dingin mungkin karena shock.

"Syarif.. minta air putih pada mbok Titin." perintah Rendy pada anak buahnya itu. Syarif segera berdiri dan berlari ke dapur.

Rendy berjaga-jaga antara Bram dan geng istrinya. Ia tidak mau para wanita lepas kendali karena ingin mencakar wajah Bram itu.

MENCINTAI CEWEK MATRE? {Geng Rempong : 3}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang