Dian melonggo karena bunyi nada terputus dihandphonenya itu.
"Dasar lelaki tidak sopan! Menelphone mau diangkat cepat, ehh.. giliran sudah diangkat main matiin juga dengan cepat. Haaadeehh.. capee dehh.." rutuk Dian sendirian.
Ia melanjutkan makan siangnya dengan tenang sampai makanannya habis dan ia sendawa sendiri tanpa didengar orang lain.
"Uppzz.. " ucapnya sambil menoleh ke kanan ataupun ke kiri di ruangannya itu.
Bunyi telephone berbunyi dan terlihat di call ID bahwa itu telephone dari nomor rumah di Palembang.
"Haduh.. perasaan tidak mati lampu deh di kota Palembang. Ada apa ini?" ucap Dian sambil bersiap-siap untuk mengangkat telephone dengan handset.
"Call Center 123, saya Dianawati ada yang bisa saya bantu?" ucap Dian dengan nada lembut.
Dian dan penelphone terlibat percakapan mengenai tata cara penambahan daya untuk listrik 900A menjadi 1300A. Dian dengan tenang menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan oleh penelphone tersebut.
"Baiklah bapak, apa informasi yang saya berikan cukup jelas?" tanya Dian sopan.
Bapak itu menjawab iya.
"Apa ada hal lain yang bisa saya bantu?"
Bapak itu berujar tidak.
"Baiklah, jika bapak nanti masih mau menelphone kami, maka kami siap membantu bapak dengan senang hati. Selamat siang dan semoga hari bapak menyenangkan."
Dian menutup telephone dengan senyum puas. Ia kenyang, motornya sudah kembali dan ia menjawab pertanyaan customer dengan sangat baik.
"Well, inilah hidup yang menyenangkan." ucap Dian pada dirinya sendiri
***
Ibu Dian pulang 2 hari kemudian ke. rumah mereka di Bekasi.
"Apa kabar om disana bu?" tanya Dian sambil mengecuk-ucek rambutnya karena habis mandi sore sepulang kerja.
"Tidak terlalu sehat nak, tapi disuruh rawat jalan. Kita berdoa saja semuanya baik-baik saja." balas ibu Dian dengan nada sendu.
Dian memeluk bahu ibunya untuk menenangkan wanita terhebatnya ini.
"Yang sabar ya bu.. bukankah manusia itu harus terus berusaha dan mencari jalan agar bisa mengatasi masalah yang ada?" ungkap Dian dengan nada lembut terdengar bijaksana.
"Iya nak.. Hmm.. Bagaimana dengan lauk kita malam ini?"
"Ibu mau makan apa? Soalnya saya pagi tadi tidak masak banyak, takut tidak ada yang makan masakan saya."
Ibu Dian terkekeh pelan.
"Apa adik kamu sudah pulang semua?"
"Belum ibu."
"Apa kita beli saja lauk makan diwarung seafood seberang apotek ujung tempat biasa kamu itu beli nak." tutur ibu Dian pada anaknya.
Dian berpikir cepat. Beli lauk makan saja, sepertinya tidak masalah sekali-kali.
"Baiklah, saya urus rambut dulu ya bu. Nanti langsung ke warung seafood itu. Ibu tolong catat saja apa yang harus saya beli."
Sekitar 10 menit, Dian keluar dari rumah dan berjalan kaki menuju warung seafood itu. Warung itu memang bukan jam 5 sore. Pas banget dengan Dian yang datang. Jarak rumah Dian dengan tempat itu sekitar 3 menit berjalan kaki santai.
Dian menikmati suasana sore hari. Ia mengenakan blus dan celana panjang cargo. Simpel dan manis.
Ada lelaki berjalan dibelakang Dian.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENCINTAI CEWEK MATRE? {Geng Rempong : 3}
RomansaDian, wanita sederhana yang pernah dihina oleh seorang lelaki bernama Kenpi karena tidak mau diajak untuk kegiatan asyik. Ia jadi sedikit trauma untuk mendekati lelaki lagi yang melibatkan perasaan. Bram, lelaki kaya dan mampan. Ia belum pernah dek...