Bram bernapas lega karena anggukkan kepala Dian itu.
"Terima kasih lady." ujar Bram lembut.
Dian tidak menyahuti ucapan Bram tersebut.
"Hmm.. kalau begitu kita habiskan saja hidangan ini dengan cepat. Saya mah tidak peduli dengan bertambah bobot tubuh karena perutku ini selalu kelaparan karena masa menyusui." ucap Sari blak-blakan membuat Andi terkekeh.
"Tenanglah liliput, kamu mah tidak akan gemuk. Nanti, aku bantu untuk olahraga supaya kamu mengeluarkan banyak keringat sehingga membakar kalori." jawab Andi sambil menaikkan alisnya jahil.
Bram tersenyum kecil mendengar makna lain yang diucapkan keponakannya itu. Ia mengamati wajah Dian yang bersemu merah karena paham apa yang dikatakan Andi itu. Sedangkan istri Andi langsung berkata, "Ugghh.. itu mah memang kesukaan aa atuh yang berkeringat-keringat." balas Sari keki malah membuat
Andi tertawa terbahak-bahak.
Dian tambah merah padam ketika temannya itu berkata terlalu jelas perihal urusan rumah tangga mereka.
Bram sangat menyukai wanita didepannya ini sekarang, yang dewasa tetapi ternyata sangat polos dan sederhana setelah ia tahu kebenaran dari wanita itu.
"Sttss..sudahlah liliput. Tuh lihat wajah Dian seperti buah bit karena malu mendengar kita bercakap-cakap seperti ini." tutur Andi pada Sari.
"Iya deh maaf.. suka kelepasan atuh. Maafkan saya ini ya mbak." ujar Sari dengan lembut pada temannya itu.
Sampai selesai makan malam. Pasangan suami istri itu masuk ke kamar meninggalkan Bram dan Dian.
"Well lady.. it's time for us." ujar Bram pada Dian.
Dian menganggukan kepalanya pada Bram. Dian terlihat agak takut sewaktu menatap lelaki tinggi itu menuju ke arahnya.
Bram berdiri dan berjalan menuju kursi Dian, menarik kursi wanita itu dan membantu Dian berdiri.
"Tenanglah lady, aku tidak akan menyakiti kamu lagi. I swear!" kata Bram ketika melihat sinar takut dimata Dian.
"Promise?" tanya Dian sangsi.
"Yeah.. I'm promise." tutur Bram sungguh-sungguh.
Bram memegang lengan kiri Dian dan membimbing wanita itu untuk berjalan ke ruang perpustakaan.
Ketika sampai didepan pintu, Bram membuka knop dan langsung menghidupkan seklar lampu didinding sebelah pintu. Ruangan seketika dibanjiri oleh cahaya menampakkan ruang yang cukup besar. Rak-rak berjajar dengan buku terus rapi.
Dian mendesah senang melihat buku-buku itu. Pasti ada novel didalam perpustakaan ini.
Bram mendengar desah Dian itu dan segera bertanya, "Lady, apa kamu suka disini?"
"Ya.. buku disini banyak sekali. Saya sangat suka buku khususnya novel dan buku memasak Kusuma sudah menularkan virus penggila novel padaku dan Sari." cerocos Dian pada Bram tanpa sadar. Ia menatap haus ke arah buku-buku tersebut. Lalu, tersadar karena berbicara seperti ngelantur.
"Ehh.. ma.. af pak." ucap Dian sambil mendonggak menatap wajah Bram.
Bram tersenyum paham pada Dian. Ia langsung menjawab, "It's ok. Tidak ada yang salah ketika seseorang menyukai buku. Dan menurutku kutu buku itu sangat seksi."
Dian terdiam.
Bram mengaruk kepalanya yang tidak gatal karena terlalu berlebihan dalam kosa katanya itu.
"Maaf.. maksud saya.. wanita yang kutu buku itu pikirannya pasti jauh berkembang kreatif karena banyak imajinasi." tutur Bram mencoba memperhalus ucapannya tadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
MENCINTAI CEWEK MATRE? {Geng Rempong : 3}
RomansaDian, wanita sederhana yang pernah dihina oleh seorang lelaki bernama Kenpi karena tidak mau diajak untuk kegiatan asyik. Ia jadi sedikit trauma untuk mendekati lelaki lagi yang melibatkan perasaan. Bram, lelaki kaya dan mampan. Ia belum pernah dek...