Icip-Icip

3K 131 0
                                    

Bram keluar dari kamar mandi karena memang mau melepaskan bajunya, ia melihat bahwa istrinya itu sudah di dalam kamar tidurnya dengan wajah merah padam dan mulut mengangga menatap tubuhnya.

Bram tersenyum simpul, ia tahu tubuhnya sangat keren. Tapi melihat istrinya ini seperti ini sungguh layak dinikmati. Bram mendekati istrinya dengan pelan seperti seekor harimau jantan mendekati pasangannya.

Dian terkesiap dan tersentak karena melihat suaminya menuju dirinya itu dengan tatapan memangsa. Dian otomatis limbung dan kakinya kikuk sehingga goyah. Dian mau jatuh ke belakang tapi langsung ditangkap oleh Bram.

Tubuh keras Bram mendekap tubuh lembut Dian. Kedua terkesiap pelan karena rasa itu. Suara jantung siapa yang berdebar kencang diantara mereka, Bram tidak peduli.

Bram menatap wajah lembut istrinya yang masih linglung menatap dirinya itu.

"Lady.. hmm.. apa kamu mau pingsan hanya melihat dada bidangku ini saja?" suara serak Bram menghembus di wajah Dian. Napas harum yang Bram menerpa pipi Dian membuat istrinya menggigil.

"Atau kamu mau aku melepaskan semuanya?" tanya Bram usil membuat Dian tersentak dan mau menjauh dsri dekapan erat suaminya itu.

"Akang.. saya.. saya.. " telapak tangan Dian mendorong dada keras suaminya itu. Dian merasa terbakar karena tubuh suaminya ini panas.

"Hmm.. apa yang ingin kamu sampaikan?" ujar Bram lembut ditelinga istrinya itu.

Dian menarik napas dengan susah payah.Ini benar-benar gila. Ia kesulitan bernapas hanya karena dipeluk.

"Kang.. itu.. saya.. hmm.. apa akang tidak kedinginan dengan tidak memakai baju?" telinga Dian merah karena bertanya seperti itu.

"Hmm.. tidak atuh. Kan ada kamu disini, jadi aku tetap merasa panas. Malah sangat panas." bisik. Bram kali ini di leher Dian.

Dian mendesah dan bingung secara bersamaan. Ia tidak tahu harus berbuat apa.

"Igghh.. akang ini sengaja ya bikin saya hilang konsentrasi." rutuk Dian sebal membuat Bram terkekeh dileher lembut istrinya itu.

Bram mengangkat wajahnya dari leher Dian.

"Hehe.. kamu sih mudah sekali malu. Aku ini suami kamu lady. Kamu berhak untuk melototi tubuh aduhaiku ini." ucap Bram dengan lembut.

Bram menyisipkan rambut yang lepas dari gelungan milik Dian itu.

"Wajah kamu ini sangat merah seperti buah bit. Aku ingin sekali menggigit kamu lady." ucap Bram sambil mengecup hidup mungil Dian tersebut.

Dian menatap takjub wajah suaminya yang sangat dekat dengannya itu. Lelaki tinggi kekar serta macho ini memeluk dirinya dengan erat dipinggang. Tubuh bagian bawah suaminya menekan perutnya yang lembut membuat dirinya mengelenyar.

"Akang, akang bilang kita akan mencoba seling memahami dulu bukan?"

"Hmm.. iya."

"Dan kita tidak akan.. hmm.. hmm.. " Dian kesulitan berkata

"Bersatu maksud kamu lady?" lanjut Bram paham.

"Hmm. iya itu."

"Well,kita memang tidak akan bersatu secara fisik lady. Tapi, kita bisa bersatu dalam pikiran." ucap Bram sambil mengangkat Dian dari lantai menuju tempat tidur mereka. Dian berpegang erat pada Bram.

Bram membawa istrinya itu ke tempat tidur. Ia memang tidak akan memaksa kehendak dirinya pada Dian. Mereka akan sama-sama mengenal lebih dahulu satu sama lain.

Dian membenamkan wajahnya dileher suaminya yang hangat itu. Ia malu untuk melihat sang suami yang tampan.

Kasur empuk memantul dipunggung Dian. Bram memandangi wajah Dian yang terpejam dibawahnya ini.

MENCINTAI CEWEK MATRE? {Geng Rempong : 3}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang