Dian segera merah padam lagi mendengar ucapan suaminya itu. Ia merasa tersanjung. Dian baru mau bicara ketika bunyi telepon yang sedari tadi sudah berdering dikamar tidur suaminya menganggu konsentrasi.
"Siapa sih pagi-pagi menganggu kita?" rutuk Bram sebal. Ia menoleh dan mencari bathrobe untuk menutupi tubuh telanjangnya.
Bram juga mengambil gaun lembut istrinya yang terjatuh dilantai dan segera memakaikan ditubuh Dian dengan berat hati.
Bunyi telepon itu terus berdering membuat Bram kesal. Ia menarik telepon di dinding kamar mandi dengan agak kasar.
"Halo?!!" ujar Bram ketus.
"Aduh..aduh.. adik iparku ini sudah marah-marah. Kumaha damang atuh jang? Hmm.. sepertinya suara kamu bergema, apa kalian sedang berada di kamar mandi menikmati sarapan?" tanya bu Ratna usil dan tepat sekali.
Wajah Bram merah padam mendengar kakak ipar sekaligus sbg ibunya itu berkata seperti itu, ia menatap wajah Dian yang bersemu merah dan cantik karena sudah mengalami pelepasan bersama tadi.
"Ighh.. kakak kepo sekali sih. Apa tidak ada urusan yang lain sehingga menganggu kami?" balas Bram keki.
"Ele..ele ini ujang. Aku mah memang harus kepo. Soalnya rumah ini harus segera diramaikan dengan suara anak-anak yang berlarian. Apa kamu sudah melakukan perintahku untuk segera ..hmm.. itu tuhh.." bisik bu Ratna bersekongkol pada Bram.
Bram terbatuk dengan tiba-tiba membuat Dian turun dari wastafel dan mengusap-usap punggung kekar suaminya itu.
"Ada apa kang?" tanya Dian dengan serak.
Suara Dian yang nimbrung didekat telepon terdengar oleh bu Ratna membuat wanita itu semakin usil.
"Nah.. nah kan.. kalian berada dikamar mandi. Aduh..aduh.. mandi bersama." suara bu Ratna terdengar riang dan besar sehingga
Dian ikutan mendengar. Wajah istri Bram itu seperti udang direbus sekarang karena ulah ibunya Andi.
"Kami tidak mandi bareng!" jawab Bram cepat dan ketus malah membuat bu Ratna tertawa berderai.
Dian tidak tahu haru ngomong apa. Suaminya juga terlihat salah tingkah karena percakapaan ini.
"Hmm.. bu.. kami sedang cuci muka dan gosok gigi tadi. Apa kita harus melakukan ritual seperti yang ibu katakan malam tadi?" ujar Dian pelan tapi pasti bisa didengar oleh bu Ratna.
Bu Ratna langsung terdiam mendengar suara Dian tersebut. Dasar wanita cerdas, bisa mengalihkan pembicaraan batin bu Ratna puas.
Bram tersenyum lebar pada istrinya itu. Ia gemas melihat Dian yang menempel dari belakang, ia menarik leher Dian dan mencium pipi istrinya itu dengan pelan. Dian diam saja melihat ulah Bram itu.
"Hmm.. oke. Kita akan bertemu di ruang dapur 10 menit lagi sayang. Siapkan diri kamu ya. Kita akan masak sarapan pertama kamu dirumah ini." ujar bu Ratna kali ini seperti ibu mertua.
Bram meneruskan ciumannya dileher Dian yang mendengarkan suara kakak iparnya itu dengan seksama. Ia suka sekali kulit wanita ini. Rasanya seperti anggur manis dan segar.
Dian menutup mulutnya untuk menghalangi erangan yang ingin keluar karena ulah Bram itu.
"Dian..?"
"Ehh.. iya bu.. maaf tadi melamun." ujar Dian berusaha menjauhkan wajah Bram dari lehernya itu. "Akang.. ughh.." ucap Dian tanpa sadar membuat bu Ratna tergelak lagi.
"Heii..helooo.. kalian berdua. Ini ada ibu-ibu diseberang telepon kalian malah asyik berdua. Ya sudah, 10 menit ibu tetap
tunggu dibawah." bu Ratna menutup telepon dengan cepat lalu bernyanyi sambil menyusuri koridor.

KAMU SEDANG MEMBACA
MENCINTAI CEWEK MATRE? {Geng Rempong : 3}
RomansaDian, wanita sederhana yang pernah dihina oleh seorang lelaki bernama Kenpi karena tidak mau diajak untuk kegiatan asyik. Ia jadi sedikit trauma untuk mendekati lelaki lagi yang melibatkan perasaan. Bram, lelaki kaya dan mampan. Ia belum pernah dek...