Mereka keluar dari warung seafood tersebut lali berjalan menyusuri tempat mereka tadi pergi.
"Pak..?" tanya Dian ragu karena wajah Bram kembali datar.
"Hmm.. " gumam Bram disamping Dian itu.
"Bapak yakin mau makan dirumah saya?"
"Hmm.. "
"Rumah saya itu kecil dan tidak seberapa. Nanti bapak kepanasan disana." Dian berusaha membuat Bram mengurungkan niatnya itu.
Bram stop menyebabkan Dian menabrak punggung belakang Bram yang keras itu. Ia memang berjalan dibelakang lelaki itu.
"Aduhh..kenapa stop sih pak?!" rutuk Dian pedas sambil mengusap dahinya itu.
Bram menangkap pergelangan tangan Dian yan sebelah kiri menggunakan tangannya sebelah kanan. Tangan kirinya memegang makanan yang dibeli mereka tadi.
"Jangan banyak bicara dan berusaha mengurungkan niatku ini lady. Aku tidak suka orang yang menolak kehadiran diriku ini." ujar Bram marah sambil menyentak tangan itu untuk berjalan disampingnya.
Dian tidak bisa berkutik lagi karena tangannya tdk bisa dilepaskan dengan mudah.
"Pak..?"
"WHAT??! " teriak Bram kesal, sehingga ada orang yang diseberang jalan menoleh ke arah mereka.
"Ighh.. bapak ini teriak terus.."
"Kamu yang menyebabkan aku berteriak terus."
"Log..kok saya yang jadi salah?"
"Nah, inilah salah satu penyebabnya. Kamu itu terlalu bawel menurutku. Pokoknya aku akan makan dirumah kamu. TITIK!" ungkap Bram panas.
Dian diam kali ini, ia berjalan dengan pergelangan tangan digenggam erat namun tidak menyakiti.
Bram menghela napas dengan berat.
Mereka sampai dirumah Dian tanpa ada perdebatan lagi. Matahari sudah turun diufuk barat.
Dian langsung membuka pintu depan rumahnya, ia tahu karena mereka jarang menutup pintu. Hal itu membuat Bram mengernyit.
"Aku tidak mau rumah ini tidak terkunci lagi dilain waktu." tutur Bram pelan.
Dian mengangkat alis mempertanyakan kenapa lelaki ini jadi sewot terhadap rumah mereka.
"Aku akan bicarakan hal ini pada ibu kamu, juga adik lelaki kamu itu."
"Membicarakan apa pak?"
"Nanti saja.. kita bicara lebih lanjut."
"Ele.. ele.. ada ujang kasep mampir ke rumah ibu.. Masuk nak.. masuk.. silakan.. Dian kenapa masih berdiri disana. Bawa lelaki tampan ini masuk." seloroh ibunya membuat telinga Dian panas.
"Igghh.. ibu ini. Dasar genit." rutuk Dian mendekati ibunya itu.
Ibu Dian hanya tersenyum lebar menanggapi omongan anaknya itu.
"Masuklah pak.. Awas nanti terbentur kursi. Rumah kami kecil." ujar Dian ketus.
Bram mengamati rumah yang tidak terlalu kecil ini. Rumah ini nyaman. Mungkin dulu sebelum ayah Dian meninggal, pasti rumah ini berkecukupan. Tapi, semenjak ia menyelidiki lebih dalam tentang Dian ini. Ia tahu bahwa wanita ini menjadi tulang punggung keluarganya dengan dibantu adik lelaki Dian itu.
Ia mungkin akan mengerti kalau Dian menjadi cewek matre setelah ayahnya meninggal, tetapi wanita itu melakukan hal tersebut sebelum ayah sakit. Well, ia akan mendekati wanita ini terus sampai berhasil mendapatkan apa yang diinginkannya itu. Terutama mendekati ibu Dian.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENCINTAI CEWEK MATRE? {Geng Rempong : 3}
RomanceDian, wanita sederhana yang pernah dihina oleh seorang lelaki bernama Kenpi karena tidak mau diajak untuk kegiatan asyik. Ia jadi sedikit trauma untuk mendekati lelaki lagi yang melibatkan perasaan. Bram, lelaki kaya dan mampan. Ia belum pernah dek...