Sarapan

2.4K 132 0
                                    

"Akang, ayo kita masuk, please?" ujar Dian dengan suara malu.

Bram mengangguk, tapi ia tetap membawa Dian sampai ke pintu samping kanan wanita itu.

"Terima kasih."

Dian diturunkan dilantai. Bram membuka pintu geser itu.

"Masuklah, ganti baju. Kita akan sarapan bersama." ujar Bram lembut.

"Iya.. Hmm.. " Dian tidak tahu harus berkata apa.

" Sudah.. masuk sana gih!" lanjut Bram mendorong pelan bahu Dian.

"Iya.. iya.. " jawab Dian keki.

Bram tersenyum kecil melihat Dian yang kebingungan. Ia mengamati Dian yang masuk melalui pintu geser. Setelah wanita itu didalam, Bram berbelok untuk menuju kamar tidurnya untuk mengambil baju. Ia tidak jadi untuk jogging, hanya jalan santai.

Bram masuk ke pintu samping dan langsung ke atas. Ia mendengar percakapan santai Andi dan istrinya diruang makan.

Dian mencuci tangan dikamar mandi dan berganti baju santai untuk sarapan. Ia lalu keluar kamar dan menuju ruang makan.

Suara bercanda Sari dengan suaminya membuat Dian tersenyum kecil. Temannya sudah hidup dengan sangat bahagia. Apakah ia juga akan seperti itu nanti.

"Ehh.. mbak Dian, ayo sok atuh duduk." ujar Sari ketika melihat Dian masuk ke rumah makan.

Dian menganggukkan kepalanya dan duduk dikursi biasanya. Ketika ia mau duduk Bram sudah berada disampingnya untuk menarik kursi yang mau diduduki oleh Dian.

Andi dan Sari saling tukar senyum.

"Silahkan lady.. " ujar Bram dengan senyum simpul.

Dian tersipu malu karena ucapan itu. Lalu, Bram ikutan duduk disamping Dian. Lelaki itu tidak mau duduk di seberang Dian.

"Akang?"

"Kenapa?"

Dian mengisyaratkan lelaki itu untuk duduk ditempatnya sendiri.

"Tidak mau." ucap Bram pendek.

Sarapan pagi terjadi dengan penuh persahabatan. Dian tidak lagi mempermasalahkan Bram yang mau duduk dimana.

Bram memperhatikan bahwa pasangan suami istri dirumah ini terlihat penasaran dengan mereka berdua. Ia belum mau memberitahukan bahwa ia akan melamar Dian akhir minggu nanti. Ia akan datang ke rumah Dian walaupun wanita itu tidak setuju untuk dilamar.

***

Dian pulang ke rumah di antar oleh Bram. Lelaki itu memaksa untuk mengantar walaupun Dian bisa pula sendiri.

"Kamu tidak ada transportasi untuk pulang, motor kamu saja di rumahmu. tutur Bram logis.

"Saya mah bisa naek angkot atuh." jawab Dian santai.

"APA?! NAIK ANGKOT?! SENDIRIAN?!" teriak Bram di meja makan waktu mereka sarapan tadi membuat Ansi dan Sari mengernyit mendengar Bram seperti itu.

"Astaga, jangan teriak begini dong kang." ucap Dian keki seolah ia anak SD yang patut diteriakin.

Andi kali ini mendengar Dian berkata seperti itu tersenyum sendiri. Bram mengerutu tentang wanita keras kepala tidak mau dimanja.

Sari terkekeh mendengar gerutuan Bram itu, sedangkan Dian semakin keki.

Alhasil, Bram tetap mengantar Dian pulang. Mereka sekarang sudah sampai didepan rumah Dian.

"Akang mau masuk?" tanya Dian seolah tidak mau menyuruh Bram ikutan masuk. Ia belum siap kalau ibunya bertanya lagi kenapa Bram akhir-akhir ini dekat dengannya.

MENCINTAI CEWEK MATRE? {Geng Rempong : 3}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang