Menyesal?

2.8K 151 2
                                    

Bram mengenggam telapak tangan Syarif dan meremas tangan temannya itu untuk meminta maaf.

"Tidak apa-apa bro, aku juga khilaf tadi segera memukul kamu tanpa mendengarkan penjelasan tadi." ujar Syarif.

Bram mengeliat dari pegangan Rendy dan memeluk Syarif dengan canggung sambil menepuk-nepuk punggung temannya itu.

Syarif langsung berceloteh karena pelukan persahabatan itu.

"Aduh bro.. jengong begini dong. Ntar saya disangka lelaki apalah-apalah.." lanjut Syarif dengan bercanda membuat Rendy menahan tawa yang sudah terbit dimulutnya itu.

Bram nyegir tidak enak hati. Ia memang lelaki egois, tidak sopan dan berperangai buruk terhadap Dian.

Sepertinya ia terobsesi pada wanita itu karena ketika ia tahu bahwa Kenpi bangkrut oleh Dian, ia selalu mencari tahu apa kebiasaan wanita itu.

Tapi, sayangnya ia tidak mengecek lebih lanjut perihal Kenpi yang bangkrut karena apa. Dan juga tidak berpikir lagi kalau temannya itu bisa saja mengarang cerita agar ia bebas dari hutang.

Andi yang memegangi istrinya sekarang terlihat rileks karena mendengar ucapan Syarif itu. Ia tahu pamannya pasti sangat menyesal karena berbuat seperti itu pada Dian

Kusuma masih mengusap-usap punggung mbak Dian denga pelan. Namun, Dian tiba-tiba berkata, "Jeng.. sepertinya saya mau pulang saja. Kepala saya sangat pusing."

Bram tersentak mendengar ucapan Dian itu. Syarif menoleh ke arah mbak Dian, ia langsung mensamperin wanita sensual itu.

"Apa mbak mau aku yang antar?" tanya Syarif lembut.

Dian menganggukkan kepalanya pada Syarif membuat Bram berteriak.

"TIDAK!"

Semua orang mengeryit mendengar teriakan Bram itu.

"Apa lagi ini bro?" tanya Syarif bingung.

Rendy dan Andi saling berpandangan, sedangkan Kusuma dan Sari ingin sekali mencakar wajah Bram itu.

"Hmm.. aku. Biarkan aku yang mengantar Dian jika ia benar-benar ingin pula. Tapi, sebaiknya Dian tetap berada disini karena aku tidak mau ibunya menjadi khawatir ketika melihat Dian seperti ini karena ulahku." tutur Bam lugas.

Semua orang berpikir benar juga. Sebaiknya mbak Dian berada disini dulu untuk menenangkan diri.

"Lagian, aku juga belum sempat berbicara kepada Dian dari tadi." lanjut Bram agak kesal.

Semua orang kembali berpikir itu benar adanya. Mereka sedari tadi sibuk tarik urat tanpa membuat Bram dan Dian saling berbicara berdua saja.

"Hmm.. baiklah, Mbak.. apa mbak Dian besok bekerja?" tanya Sari pada mbak Dian.

"Tidak.. besok kebetulan off kerja." balas Dian dengan suara parau.

"Well, mbak akan menginap saja di sini dulu. Oke?" lanjut Sari dengan lembut.

"Tapi jeng..?"

"Tidak ada tapi mbak. Kita sudah lama tidak bergosip. Kita akan bergosip ria meninggalkan Kusuma yang nanti pulang dan sibuk mengurus para si kembar saja." balas Sari cepat dengan nada bersekongkol.

Dian tersenyum kecil atas perkataan temannya itu. Sari meminta izin pada suaminya agar mbak Dian diperbolehkan menginap dirumah mereka memakai bahasa mata.

Andi menyetujui permintaan istrinya itu.

Itu akan sangat membantu jika Dian bisa berbicara secara beradab dengan uncle Bram nanti. Dan Andi sangat menginginkan masalah antara Bram dan Dian ini selesai dengan cepat karena ia tidak mau hubungan persahabatan istrinya renggang gara-gara ulah pamannya itu.

MENCINTAI CEWEK MATRE? {Geng Rempong : 3}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang