Yang menjadikan suara serak Bram itu karena lelaki itu menatap jari telunjuknya yang menekan bibir sensual milik Dian itu.
Dian menjadi tidak bisa bergerak ataupun bernapas. Matanya melotot karena hal tersebut. Wajahnya juga memerah.
"Sebaiknya kamu menarik napas sekarang, jika tidak maka kamu akan pingsan didalam pelukanku ini lady." Bram menarik jarinya dari bibir Dian sambil tersenyum sinis.
Dian segera menarik napas dengan cepat.
OMG! Lelaki ini sangat panas batin Dian sambil mengipasi dirinya dalam hati.
"Apa kita bisa pergi secara beradab?" tanya Bram cepat.
Dian menganggukkan kepalanya dengan lemah. Ia tidak akan mendebat lagi untuk saat ini.
Bram menarik Dian lagi dengan pelan menuju warung seafood yang terlihat murah untuk dompetnya itu. Tapi, ia tidak mau membuat wanita disampingnya ini bawel lagi.
"Pak, lepaskan tangan saya. Saya mah bisa berjalan sendiri atuh." rutuk Dian mulai kesal lagi. Kenapa ia seperti nenek cerewet yang terus menerus mengoceh didekat lelaki dingin ini sih pikir resah.
Seperti biasa Bram tidak menghiraukan perkataannya itu.
"Pak.. ayolah.. Kita kan bukan mau menyebrang jalan." coba Dian lagi untuk membuat Bram mendengarkan dirinya yang berkata dengan nada bercanda itu.
Bram hanya mengeram merespon candaan Dian itu.
"Oh ya ampun!" ucap Dian agak keras sambil mengangkat tangan kanan ke atas.
"Ada apa dengan lelaki seperti bapak ini?!" lanjut Dian heran.
"Apa bapak tidak pernah bercanda?" kembali Dian mengoceh.
Bram menarik Dian semakin rapat ke sisi kanannya. Ia menunduk dan berbisik ke telinga Dian.
"Aku akan bercanda jika sudah berada di kamar tidur." suara Bram terdengar sangat parau.
Dian tersentak dan kepalanya membentur dagu Bram cukup keras.
"Ugghh..!" Bram mengaduh sambil mengusap dagunya yang kejedot kepala Dian itu.
"Hmm.. itulah balasan untuk orang yang bercanda dengan bahasa mesum." ejek Dian puas. Ia juga mengusap kepalanya yang membentur dagu jantan milik Bram.
Bram melotot kepada Dian yang dibalas wanita itu juga dengan pelototan seram.
Selama hampir 10 detik mereka berdua tidak mau saling mengalah, hingga ada anak lelaki seumur 11 tahun lewat didepan mereka.
"Cie..cie.. akang sama teteh lengket seperti perangko!" sembur anak lelaki itu sambil berlari meninggalkan mereka berdua yang tersentak bersamaan.
"Aku rasa kita tidak akan sampai lagi ke warung itu karena terus berdebat dan stop. Apa kamu mau ibumu menunggu lauk terlalu lama sehingga ia menyusul ke sini nanti?" desis Bram lagi.
"I..iya..ayo pak.. let's go!" jawab Dian agak tergagap.
Akhirnya mereka sampai juga di warung seafood yang terlihat sudah agak ramai dengan orang yang datang untuk menikmati makan seafood. Tapi, yang datang rata-rata wanita muda yang terlihat berbisik-bisik ketika Bram masuk dengan gaya kerennya itu.
"Dasar wanita ganjen!" gumam Dian disamping Bram.
Bram tersenyum dalam hati mendengarkan gumaman Dian itu. Ia sih tidak keberatan dengan perhatian para wanita itu.
Bram memang terbiasa mendapatkan perhatian dari para wanita. Ia tahu dengan kondisi tubuhnya yang fit serta wajah yang dikatakan tampan menurut wanita, belum lagi ditunjang dengan keadaan keuangan dirinya. Well, sepertinya wanita akan mendekat padanya seperti seekor ngengat mendekati lampu neon.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENCINTAI CEWEK MATRE? {Geng Rempong : 3}
RomantizmDian, wanita sederhana yang pernah dihina oleh seorang lelaki bernama Kenpi karena tidak mau diajak untuk kegiatan asyik. Ia jadi sedikit trauma untuk mendekati lelaki lagi yang melibatkan perasaan. Bram, lelaki kaya dan mampan. Ia belum pernah dek...