"Iya mbok, Aku akan menyusul." ucap Bram pelan.
Mbok Titin permisi ke belakang untuk membantu rombongan tamu jika mereka butuh bantuan.
Bram berjalan pelan ke arah taman belakang. Ia melihat semua orang sudah mulai menikmati makan siang mereka.
Bram melihat Dian dilayani Syarif membuat hatinya seketika panas dengan api. Apa yang coba Syarif buktikan pada semua teman-teman mereka itu. Dan Bram merasa Syarif merencanakan sesuatu terkait dengan Dian.
Bram tidak mau Dian terlepas dari genggaman tangannya. Wanita itu adalah miliknya walaupun niat awalnya ada membalas perbuatan Dian pada Kenpi sebelum ia tahu yang sebenarnya.
Sekarang ia tidak mau melepaskan Dian, karena ia harus menebus semua kesalahan yang ia lakukan tadi pada wanita itu.
"Ayo kang.. sok atuh, makanan ini semua sangat lezat." tutur Sari sopan pada Bram ketika lelaki itu mendekati meja hidangan. Ia sih sebenarnya masih kesal pada lelaki itu. Tapi, ia tidak bisa berlama-lama berbuat seperti itu karena Bram adalah keluarga terdekat dari suaminya itu.
"Iya.. trims." balas Bram cepat.
"Jangan sungkan ya kang, saya mau ke sana dulu." lanjut Sari sambil menunjuk ke arah Dian dan Kusuma yang sudah duduk dikarpet menikmati makan siang mereka.
Bram mengangguk. Ia mengambil piring lalu mulai mengisi piring itu dengan nasi beserta lauk pauk.
"Bro, come here." ujar Rendy pada Bram ketika lelaki itu selesai memenuhi piring dengan makanan.
Bram tersenyum tipis menerima ajakan suami dari Kusuma itu.
Semua orang menikmati makan siang ditaman belakang itu. Dian sudah bisa menguasai dirinya sendiri. Ia tidak terlalu mau melihat ke arah Bram yang ia sangat tahu lelaki itu mengamati dirinya dengan tajam.
Seketika wajahnya merasa panas karena teringat mulut Bram berada dibibir serta lehernya itu. Ia sedih karena Bram bertindak kasar pada dirinya seolah ia wanita yang sudah biasa melakukan hal itu pada seorang lelaki.
Rasa terhina yang berada didadanya ini membuat ia terdiam sebentar.
"Mbak, ada apa?" tanya Kusuma.
"Ehh.. tidak kok.. " jawab Dian cepat.
"Hmm.. kalau tadi diriku tidak ditangkap oleh mas Rendy, pasti wajah akang Bram sudah ada cap 5 jariku ini." tutur Kusuma pada Dian karena ia tahu bahwa wanita itu sedang memikirkan Bram yang bertindak brengsek tadi.
Sari ikutan nimbrung untuk membuat mbak Dian senang karena mereka peduli pada sesama teman itu.
"Iya jeng, saya mah tadi mau mencakar wajah tampan paman suamiku itu. Mataku mah sudah gelap tidak bisa membedakan mana seorang kerabat mana seorang lelaki brengsek."
Dian tersenyum kecil melihat pembelaan temannya itu untuk dirinya.
"Terima kasih banyak ya jeng Kus, jeng Sari." ucap Dian dengan sepenuh hati. "Kalian memang teman yang sejati." lanjut Dian dengan suara serak.
"Tidak usah berterima kasih pada kami, kami memang sangat ingin membuat akang Bram merasa sakit karena telah menyakiti teman kami ini." lanjut Kusuma dengan suara serak juga.
Sari mengusap air mata yang sudah jatuh dipipinya.
"Sudah-sudah, jangan menangis dong." papar Kusuma pada Sari.
Sari tersenyum sambil terisak kepada dua temannya itu.
"Iya jeng.. nanti anak kalian disana berlari ke arah sini dan ikutan menangis." lanjut Dian.
Ketika para wanita sudah bisa mengendalikan diri lagi. Semua wanita itu kembali menikmati makan bersama dengan para lelaki yang makan tak jauh dari mereka itu.
***
Sampai sore mereka adem ayem saja. Bram berulang kali mendekati Dian tapi tidak pernah berhasil karena kedua temannya itu menjaga Dian seperti seorang ibu saja.
"Sabarlah bro.. nanti kamu juga bisa berbicara pada Dian." bisik Rendy pada Bram itu.
Syarif yang berada diujung kursi berusaha mencuri dengar pembicaraan bosnya itu tapi ia tidak mendengarkan apa-apa. Ngomong apa ya si bos pada bro Bram pikir Syarif bingung.
Sampai menjelang mau pulang Bram juga masih duduk gelisah karena tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk berbicara dengan Dian. Hal itu membuat dirinya frustrasi.
Semua orang permisi pulang sambil berjanji akan tetap mengadakan pertemuan ini lagi. Bram karena ada rumah di Bekasi maka ia tidak pulang ke Bandung.
"Ayo mbak kita ke kamar tamu untuk mbak istirahat."
Kali ini Bram pasti bisa berbicara dengan Dian, ia yakin itu karena sudah berkurang bodyguard wanita itu. Ia tidak akan pulang sampai bisa meminta maaf kepada Dian.
Lagian ia tidak mungkin diusir dari rumah ini. Toh, ia kerabat dekat dengan Andi batinnya puas.
Andi naik langsung ke kamar tidur untuk istirahat.
Andi tadi berpesan pada pamannya untuk beristirahat saja jika mau karena ia agak lelah setelah seharian bersenda gurau. Istrinya bersama Dian untuk menunjukkan kepada wanita itu kamar tamu agar Dian bisa beristirahat juga.
"Hmm.. mbak istirahatlah dulu. Nanti kita berjumpa pada makan malam dan setelahnya."ujar Sari pada Dian.
"Iya nih jeng, saya mah mau mandi dulu saja atuh. Sudah berasap otak saya karena kejadian tadi." balas Dian dengan agak sedih.
"Ya baiklah, saya permisi dulu ya mbak, suaminya saya mau dilayani juga." Sari mengedipkan sebelah matanya pada Dian membuat temannya itu terkikik geli.
Sari keluar kamar tidur tamu langsung ke atas menuju tempat suaminya beristirahat.
Dian yang didalam kamar ke kamar mandi. Ia melihat sudah ada semua perlengkapan mandi. Ia mempunyai kebiasaan membawa underware bersih ketika ketemu dengan teman-temannya, ya karena kadang seperti inilah ia menginap dirumah temannya. Begitu juga dulu Kusuma yang kebanyakan menginap dirumahnya jika ibunya rindu mau berbincang dengan Kusuma.
Ia menghidupkan shower dan membiarkan suhu air shower yang dingin membasahi kepalanya yang panas. Disaat seperti inilah ia bisa memikirkan apa yang telah terjadi pada dirinya.
Dian terisak karena apa yang dilakukan oleh Bram itu sangatlah kasar. Hanya karena Kenpi mantannya itu ia mendapatkan perlakuan seperti ini.
Ayah.. apa semuanya ini pantas aku dapatkan? batin Dian meratapi dirinya pada sosok ayahnya yang sudah tiada.
Ayah.. hanya karena kesalahpahaman ini abdi harus menanggung malu karena dihina.
Ayah.. abdi tahu ayah pasti tidak akan membiarkan diriku tersakiti jika ayah masih ada.
Dian menangis sambil terguncang-guncang. Ia wanita dewasa yang menjadi tulang punggung keluarganya sekarang. Diumurnya yang seharusnya sudah menikah dan mempunyai anak-anak seperti kedua temannya itu hanya bisa menahan rindu untuk seorang lelaki yang bisa menerima dirinya apa ada.
Ia tidak berani lagi mendekati seorang lelaki karena hinaan Kenpi pada dirinya, dan sekarang? Lelaki kaya nan arogan paman dari temannya ini membuat dirinya jatuh ke dasar laut dengan keras.
Ia mengira bahwa Bram mendekati dirinya untuk berusaha membangun suatu hubungan entah itu pertemanan atau apa. Ia kira juga lelaki itu berbuat baik padanya akhir-akhir ini seperti membantu dirinya dalam hal memberikan makan siang yang tidak pernah lelaki itu lewatkan untuknya jika ia sedang bekerja tanpa ada maksud apa-apa.
Ia pernah menolak perlakuan lelaki itu, tapi seperti yang biasa Bram lakukan. Lelaki itu selalu keras kepala dan tidak mau kalau permintaan atau pemberiannya tidak dipenuhi ataupun diterima.
Tapi, semuanya itu adalah palsu. Sebias rasa suka dihatinya untuk lelaki ini sekarang menjadi bingung. Ia sekarang juga tahu lelaki itu penuh dengan tipu daya.
Ia wanita sederhana sekarang. Tidak ada yang bisa merubah dirinya untuk menjadi wanita lain. Wanita yg seenaknya dihina dengan seuntai kalung berlian bertuliskan namanya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
MENCINTAI CEWEK MATRE? {Geng Rempong : 3}
RomanceDian, wanita sederhana yang pernah dihina oleh seorang lelaki bernama Kenpi karena tidak mau diajak untuk kegiatan asyik. Ia jadi sedikit trauma untuk mendekati lelaki lagi yang melibatkan perasaan. Bram, lelaki kaya dan mampan. Ia belum pernah dek...