Ayah

2.2K 134 2
                                    

Seminggu pun berlalu dengan sangat cepat. Dian sudah deg-degan karena Bram terus membuat dirinya seperti seorang putri. Ia keluar tidak boleh sendirian, ada seorang lelaki yang disewa oleh Bram dari perusahaan Rendy untuk mengawasi dari jarak aman. Hal itu membuat dirinya kesal.

"Akang.. saya tidak mau diawasi oleh lelaki tinggi tegap itu." ucap Dian menelpon Bram yang sedang berada di kantor sedang melihat report. Ia baru saja sampai di kantornya dengan caranya biasa yaitu naik motor.

"Lady..kamu itu calon istriku. Aku tidak mau terjadi apa-apa ketika aku tidak bersama kamu. Dan perlu kamu ingat hari minggu depan kita sudah bertunangan. Aku akan semakin ketat mengawasi dirimu." ujar Bram dengan suara tegas.

"Tapi .. akang. Saya sudah biasa sendirian." rutuk Dian pada Bram itu.

"Aku sudah berkali-kali bilang kepada kamu lady, jangan pernah membatah diriku ini." tutur Bram dengan geram.

Dian menjadi kesal dan langsung mematikan handphonenya tanpa berkata apa-apa lagi.

Bram berteriak di kantornya seperti harimau yang sedang marah. Ia mendapat wanita yang sangat mandiri dan keras kepala. Ia tidak mau ada sesuatu terjadi pada Dian.

Bram berdiri dan berjalan mondar-mandir didepan mejanya itu. Ia mendapatkan laporan dari Rendy bahwa Kenpi terlihat agak linglung karena keadaan keuangan lelaki itu semakin surut.

Rendy sengaja memberikan Bram informasi kepadanya karena Kenpi sudah menyakiti teman istrinya dengan sengaja yaitu memberikan cerita palsu kepada Bram.

Rendy juga mengatakan pada Bram bahwa jika sampai Kenpi berbuat yang aneh-aneh semisal bertemu dengan Dian lagi. Maka, Kenpi akan menyesal karena sudah berurusan dengan Rendy.

Maka dari itu Bram menyewa jasa pengawal pribadi pada Dian ketika wanita itu keluar dari rumahnya. Tapi, Dian malah terlihat marah dan kesal.

"Ini semua untuk dirimu lady."

"Aku tidak mau sesuatu terjadi padamu."

"Aku tidak akan membiarkan kamu keras kepala seperti ini."

Bram berbicara kepada dirinya sendiri. Ia lalu mengambil handphonenya dari kantong celana kerja.

Ia menekan dial si akang pengawal pribadi Dian.

"Halo..?"

"Iya pak. Ada apa?" suara pengawal itu terdengar tegas.

"Hmm.. apa semuanya baik-baik saja."

"Iya pak. Mbak Dian sudah masuk kantor."

"Apa ia tadi melihat kamu?"

"Iya pak, tadi saya tidak sengaja terlihat karena mbak Dian menoleh terus ke belakang."

Nada suara pengawal itu terdengar menyesal. Bram tidak menyalahkan pengawal itu. Dian ternyata wanita yang aware terhadap sekelilingnya. Ia seharusnya bangga karena Dian adalah wanita yang berkepribadian tangguh.

Bram menarik napas panjang. Ia lalu berkata dengan pelan pada si pengawal.

"Nanti tetap fokus dan awasi Dian."

"Baik pak. 86." jawab lelaki itu juga tegas menanggapi Bram.

"Baiklah. Selamat bertugas." ujar Bram sambil memutuskan sambungan handphonenya.

Bram kembali duduk ke kursi kerjanya. Ia mau mengetik laporan ketika bunyi pesan masuk dihandphone. 'Bro, kamu ada dimana? Lama sudah tidak bertemu.'

Bram langsung berasap membaca pesan dari temannya itu. Teman yang sudah menjerumuskan dirinya untuk berbuat salah pada wanita tidak bersalah. Temannya itu tak lain tak bukan adalah Kenpi.

MENCINTAI CEWEK MATRE? {Geng Rempong : 3}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang