Bram menarik leher Dian dan berkata di dekat mulut wanita itu.
"Kamu harus menerima kalung ini, karena aku tahu kamu sangat menyukai kemewahan. Kalung ini bisa membuat kamu menjadi wanita sosialita."
"Kamu juga bisa meminta apapun kepadaku, dan jangan khawatir aku bisa memenuhi semua keinginan kamu itu tanpa menjadi bangkrut seperti yang terjadi pada Kenpi temanku itu.
Dian belum bisa berkata-kata, kepalanya terasa pusing. Napas Bram berhembus didekat rahangnya membuat dirinya limbung.
"Apa kamu sangat terkejut lady, dunia ini sangat sempit sehingga kamu bisa terikat dengan diriku melalui Kenpi." lanjut Bram dengan suara beracun.
Dian menarik lehernya dari pegangan tangan kuat Bram. Ia tersentak ke belakang. Bram menangkap pinggang Dian dengan kasar menyebabkan tubuh Dian membentur tubuh keras Bram sehingga bersuara 'huufff''.
"Lepaskan saya?!" desis Dian marah.
"No..!" Bram juga balas mendesis marah. Ia memelintir lengan Dian sehingga tangan wanita itu berada dibelakang.
Dada Dian menyentuh dada bawah Bram membuat lelaki itu mengeram entah marah atau senang. Bram menarik Dian semakin merapat pada dirinya sehingga wanita itu berjinjit ke arahnya.
"Aku akan teriak jika bapak tidak melepaskan saya!"
Bram hanya mengangkat alis dengan menantang. Kotak kalung itu ia letakkan didekat wastafel sehingga tidak meghalangi dirinya untuk memegangi leher Dian.
Dian membuka mulut untuk berteriak, tapi mulutnya sudah ditangkap oleh Bram dengan cepat. Semua suaranya hilang.
Mulut panas Bram memerangkap mulut Dian dengan kasar. Dian meronta-ronta ditubuh kuat lelaki itu. Ia berusaha menendang kaki Bram, tetapi Bram lebih lihai sehingga kaki Dian malah dijepit oleh Bram dengan mudah.
"Hffttt.." Dian mengap-mengap mencari napas kehidupan.
Rasa Dian meledak didalam otak Bram, ia sudah tahu wanita ini akan terasa manis. Tapi, ia tidak menyangka kalau rasa Dian ini sangat lezat. Bram tidak menghiraukan Dian yang meronta-ronta dalam pelukannya itu. Ia malah mengeram karena wanita ini sangat liar. Cocok dengan karakter matrenya.
"Lepas..lepas.. Hfftt.." ujar Dian terputus karena Bram sekarang menarik lidahnya dengan paksa dan menggigit bibirnya dengan keras. Air mata Dian seketika bercucuran deras. Ia lelah karena meronta-ronta terus. Tubuhnya lemas karena lelaki ini menjepitnya dengan kasar.
Apa yang salah dengan dirinya ini batinnya pilu. Ia tidak pernah merasa sehina ini oleh seorang lelaki. Setidaknya Kenpi dulu tidak sampai berbuat sekurang ajar seperti yang dilakukan oleh Bram ini kepadanya.
Bram yang merasa Dian diam tanpa tahu wanita itu menangis dalam diam, menurunkan mulutnya menuju leher mulus milik Dian. Ia berkelakuan seperti lelaki tidak berpendidikan karena mengasari seorang wanita. Ia menggigiti leher lembut wanita itu dengan keras membuat Dian berteriak sedih. Air matanya turun ke leher dan terhisap oleh Bram membuat lelaki itu mengangkat wajahnya dan mematung karena melihat apa yang sudah ia lakukan pada Dian.
Syarif yang kebetulan ingin ke kamar kecil menjadi shock karena melihat apa yang dilakukan oleh Bram itu kepada mbak Dian.Ia menjadi marah karena mbak Dian
berteriak kesakitan oleh kekasaran lelaki yang ia sebut temannya itu.
Ia tahu bahwa mbak Dian tidak menyukai apa yang telah dilakukan oleh Bram terlihat dari postur tubuh kaku dan seolah terpaksa itu. Ia mendekati Bram dari belakang
dan menarik lengan Bram dengan kuat.
'Bukkk!'
Suara tinju melayang ke arah rahang Bram cukup membuat Syarif puas. Bram oleng tapi tidak terjatuh karena tubuh lelaki itu sangat fit dan kokoh.
"APA YANG KAMU LAKUKAN PADA MBAK DIAN INI BRO?!" teriak Syarif marah.
Dian gemetaran ia membentur wastafel karena sudah tidak dicengkram lagi oleh Bram. Syarif melihat air mata dipipi Dian dan melihat bibir serta leher temannya
itu memerah karena gigitan kasar Bram membuat Syarif kembali kalap.
Syarif menyerbu Bram yang terlihat agak shock entah karena tinju Syarif atau karena melihat wajah Dian yang pucat pasi serta memerah bergantian dengan bibir bengkak dan leher merah.
Suara tinju kembali bersarang. Kali ini pada perut Bram. Bram segera tersadar karena Syarif sudah menganggu dirinya dengan Dian. Bram menarik kerah kemeja Syarif dan balas meninju.
Suara benturan tinju mereka membuat Dian berteriak minta tolong. Dian maju dengan ngeri untuk meleraikan dua lelaki itu. Mereka berdua terlihat mau saling membunuh.
"Tidak..tidak..jangan seperti ini.. please?" isak Dian sedih.
Rendy dan Andi berlarian dari taman belakang karena mbok Titin memberitahukan bahwa Syarif dan Bram terlihat pertengkaran di dekat kamar kecil bersama Dian.
Kusuma dan Sari juga ikutan ke dalam. Anak mereka dititipkan pada baby sister.
Rendy lebih dulu sampai ke tempat Syarif dan Bram yang masih terlibat perkelahian.
"Woo.. woo.. bro.." ujar Rendy menarik Syarif dengan kuat untuk menahan anak buahnya itu memukul Bram.
Andi juga segera memegang Bram yang beringasan karena Syarif memukul dirinya itu. Ini bukan masalah pukulan fisik, tapi pukulan dari kata-kata Syarif padanya itu.
Sambil memukul, Syarif melontarkan kata pedas perihal lelaki brengsek tidak tahu aturan dan bisanya memanfaatkan wanita lemah saja.
Dian bukan wanita lemah, wanita itu cewek matre yang hanya berpura-pura lemah saja untuk menipu daya lelaki yang bisa dijeratnya.
"Lepaskan saya bos.. saya mau mengajar lelaki brengsek itu." suara Syarif terdengar dingin dan terkendali membuat Rendy agak terkejut.
"DIAM SYARIF!" ujar Rendy agak keras.
Mata Bram sangat marah. Ia mengeliat dari pegangan Andi mau menyerbu Syarif lagi.
"Uncle.. please..tenanglah." Andi berkata dengan nada pelan didekat pamannya itu.
Kusuma dan Sari tiba didekat mereka dan melihat mbak Dian yang terisak-isak membuat Kusuma melesat ke arah temannya itu.
"Ada apa ini mbak..?" tanya Kusuma dengan suara mendesak.
Dian menggelengkan kepalanya dengan pelan belum bisa berbicara. Kusuma melihat ke arah Bram dan Syarif.
Kusuma mengamati dengan teliti wajah mbak Dian yang memerah, bibir bengkak dan leher bekas gigitan membuat dirinya marah dengan seketika.
"SIAPA YANG MELAKUKAN HAL ITU PADA MBAK DIAN?!" suara Kusuma sangat marah, tapi dengan nada sangat dingin membuat Rendy dan Andi terkesiap.
Bram seketika menjadi patung. Ia baru menyadari bahwa mbak Dian terlihat sangat merana. Mata wanita itu memancarkan sorot ketidakpercayan atas apa yang terjadi pada dirinya itu.
"SAYA ULANGI SIAPA YANG BERBUAT KASAR PADA MBAK DIAN?!" kali ini suara Kusuma mematikan.
Syarif langsung nyeletuk pada Kusuma.
"Bro Bram yang melakukan tindakan brengsek itu pada mbak Dian." ujar Syarif sinis.
Kusuma melesat ke arah Bram dan mau memukul pria yang lebih dewasa diantara mereka itu.
Sari menangkap Kusuma dengan cepat.
"Jeng.. No.." ujar Sari pada Kusuma.
Mata Rendy membelalak melihat istrinya yang menjadi sangar seperti induk singa melindungi anaknya.
"Calm down jeng.. kita akan mendengarkan penjelasan dari akang Bram dan mbak Dian nanti." Sari mengusap-usap punggung belakang Kusuma yang ramping itu.
Mata Kusuma bersinar sangat tajam. Coklat almond itu membara ingin memukul Bram.
Bram tersenyum sinis melihat Kusuma yang marah itu. Rendy mengamati lelaki itu seksama. Kalau sampai Bram mengeluarkan kata-kata tidak enak di dengar maka teman atau bukan Bram pasti akan ia hajar.
"Uncle.. please.. " Andi memperingatkan Bram. Ia sudah melihat Rendy yang berubah menjadi sangat dingin dan datar.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
MENCINTAI CEWEK MATRE? {Geng Rempong : 3}
רומנטיקהDian, wanita sederhana yang pernah dihina oleh seorang lelaki bernama Kenpi karena tidak mau diajak untuk kegiatan asyik. Ia jadi sedikit trauma untuk mendekati lelaki lagi yang melibatkan perasaan. Bram, lelaki kaya dan mampan. Ia belum pernah dek...